Memang hati yang merasakan, meminta akal untuk berdiam dan mengikuti apa yang dirasakannya
"Pak Ridho sebentar lagi mengundurkan diri dari Madrasah, Ba," ucap Aisyah saat menyapu lantai di ruang tamu.
"Pak Ridho guru ekonomi?" tanya Kiai Huda yang berhenti membaca bukunya. "Kenapa dia mau mengundurkan diri?"
"Aisyah dengar, beliau sudah diterima jadi pegawai negeri di Surabaya, Ba," ujar Aisyah yang terus menyapu lantai.
Kiai Huda melepas kacamatanya dan menaruh kacamata tersebut di atas meja. Ia memikirkan kepergian Pak Ridho, seorang guru mata pelajaran ekonomi yang nantinya akan membuat pengajaran di Madrasah Aliyah As-Syams akan terganggu.
"Kira-kira....siapa ya yang bisa menggantikan Pak Ridho?" lanjut Aisyah.
"Apa kamu tidak bisa?"
"Tapi Aisyah kan sudah mengajar ekonomi kelas 1 dan 2, Ba. Jadwal Aisyah sudah penuh."
Kiai Huda terhenti sejenak. Ia berpikir lagi. Sementara itu Aisyah sudah selesai menyapu lantai lalu sapu yang ia pegang di belakang pintu. Kemudian ia duduk di samping ayahnya.
"Kasian anak kelas 3. Dua bulan lagi mereka menghadapi ujian nasional," kata Aisyah.
"Mungkin kamu bisa membagi jadwal kamu ke kelas 3, Nduk."
"Tidak bisa seperti itu, Ba. Aisyah tidak berani mengajari anak kelas 3 karena Aisyah merasa kalau ilmu Aisyah masih kurang."
"Apa kamu kurang percaya diri?" tanya Kiai Huda sambil tersenyum kecil.
Aisyah menghela napas. Lalu menatap ayahnya dengan tatapan tajam. "Bukan begitu, Ba. Aisyah ini bukan sarjana pendidikan ekonomi ataupun akutansi. Aisyah ini kuliah di jurusan ekonomi syari'ah."
"Kan sama-sama ekonomi. Sama-sama berhubungan dengan uang, kan?" goda Kiai Huda.
Tiba-tiba saja Sayyidah masuk ke ruang tamu. "Bagaimana kalau Pak Reyfan?" celetuk Sayyidah sambil meringis.
"Pak Reyfan?" tanya Aisyah.
"Dia kan sarjana ekonomi akutansi!" celetuk Sayyidah.
Aisyah terdiam sambil menoleh ke arah ayahnya. Sementara Kiai Huda mengangguk-angguk pelan sambil mengelus jengot putihnya. Ia tampak sependapat dengan usulan Sayyidah.
-----00-----
Aisyah berjalan pelan sambil membawa beberapa buku di koridor yang berhubungan langsung dengan lapangan basket. Lalu Aisyah terhenti ketika ia melihat beberapa siswi Madrasah Aliyah As-Syams tengah bermain basket di lapangan tersebut. Aisyah pun tersenyum.
"Tertarik dengan basket?" ucap seorang pria tampan yang berdiri di belakang Aisyah, Reyfan.
Aisyah pun terkejut lalu menoleh ke belakang. "Pak Reyfan, anda mengagetkan saya."
Reyfan menghela napas. "Aisyah, please! Kamu tidak perlu memakai bahasa formal denganku. Jujur! Telingaku sedikit gatal mendengarnya."
"Tapi......"
"Tidak ada tapi-tapian!" potong Reyfan dengan tegas.
Mendengar akan hal itu, Aisyah menundukkan kepalanya sambil tersenyum di balik cadarnya. Sementara Reyfan juga tersenyum sambil memandangi Aisyah yang selalu terlihat sangat anggun di matanya.
Saat Aisyah dan Reyfan tengah asyik mengobrol, tiba-tiba saja bola basket yang dimainkan oleh sekelompok siswi-siswi menggelinding ke arah Aisyah dan Reyfan. Lantas Reyfan pun mengambil bola basket itu.
"Pak! Tolong lempar ke sini!" ujar salah seorang siswi yang berada di tengah lapangan basket.
Reyfan tersenyum sambil melempar bola tersebut ke tengah lapangan. Dengan gesit siswi tadi menangkap bola tersebut dan melanjutkan permainannya.
Reyfan tersenyum sambil melihat para siswi yang saat itu tengah asyik bermain basket "Mereka jago juga," opininya.
"Tiga minggu lagi mereka akan mengikuti lomba basket se-provinsi Jawa Timur," jawab Aisyah.
Reyfan hanya mengangguk dan tidak berkomentar lagi.
"Ngomong-ngomong... terima kasih karena Pak Reyfan bersedia mengajar di sini."
"Tidak masalah! Tapi... ada satu syarat!"
Aisyah tertegun. Matanya agak membulat setelah mendengar apa yang dikataan Reyfan. Dalam benaknya ia hanya bisa menebak-nebak syarat apakah yang akan diminta oleh Reyfan.
"Pertama, kamu tidak perlu memakai bahasa formal jika berbicara denganku. Kedua, kamu tidak perlu memanggilku dengan sebutan 'Pak'. Itu membuatku terlihat tua!" oceh Reyfan.
Aisyah lagi-lagi dibuat tersenyum oleh Reyfan. "Tapi kenapa? Bukankah itu memang sudah sepantasnya?"
"Kalau kamu tidak mau memenuhi syarat-syaratku, aku akan berhenti mengajar di sini."
"B baik!" jawab Aisyah ragu.
-----00------
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
Senin, 25 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlingan Sayyidah Aisyah
Romansa"Aku bahkan tidak bisa membedakan. Dia itu bidadari atau manusia?" Ini bukan hanya tentang Sayyidah, tapi juga tentang Aisyah. Mereka adalah bidadari dunia yang jatuh cinta pada pria yang sama. "Kamu itu bidadari bukan?" Wanita berhidung mancung i...