Cinta itu irasional. Datang sendiri tanpa sepengetahuan akal
Siang berganti malam. Aisyah menyandarkan bahunya di dekat jendela kamarnya. Ia tekunci dalam lamunan sembari menatap rembulan yang indah bercahaya di atas langit sana. Tampak juga bintang-bintang yang semakin memperelok kelambu hitam yang terjabar lebar itu.
"Ya Allah! Mudahkanlah urusan hambaMu ini. Hamba tidak punya apa-apa melainkan pertolonganMu."
-------00-------
Hari berganti hari lagi. Lalu hari berikutnya berganti hari yang lain lagi. Sudah hampir seminggu Aisyah menunggu kedatangan seseorang yang bernama Reyfan itu. Tapi orang yang ditunggu Aisyah tak kunjung datang hingga membuat hatinya semakin risau.
Di ruang tamu, Aisyah menghampiri ayahnya. Lalu ia duduk di salah satu kursi yang berada di ruang tamu itu. Ayahnya masih sibuk membaca kitab kuning dengan khusu'nya. Tentu saja Aisyah tidak ingin mengganggu. Ia hanya duduk diam menunggu ayahnya selesai membaca kitab kuning.
Tak berapa lama kemudian, Kiai Huda menutup kitab kuningnya. Lalu melepaskan kacamatanya. "Ada apa, Syah?"
"Aisyah takut, Ba." Gumam Aisyah pelan.
"Takut kenapa?"
Aisyah berdiri dari tempat duduknya. "Ya takut semuanya! Aisyah takut kalau orang itu tidak datang. Aisyah juga takut jika orang itu datang, Aisyah tidak bisa membela Sayyidah. Aisyah juga takut kalau orang itu tidak akan mencabut tuntutannya terhadap Sayyidah."
"Kamu kok terus-terusan menyebut kata 'Orang itu'? Dia kan punya nama, Nduk!" ujar Kiai Huda kalem.
"Namanya Reyfan, Ba."
"Ingat! Ada Allah!"
Aisyah termenung. Setiap do'anya sama, yakni meminta kepada Allah agar dimudahkan segala urusan baik di dunia maupun di akhirat. Hanya Allah-lah dzat yang Maha Besar yang hanya kepadaNya-lah Aisyah meminta pertolongan.
-----00-----
Hari berganti hari. Tepat pada hari sabtu pagi Reyfan dengan ditemani Salim berkunjung ke kediaman Kiai Huda. "Assalamu'alaikum" ucap keduanya di depan teras rumah Kiai Huda.
Tak lama menunggu, seorang wanita bercadar membuka pintu mempersilahkan Reyfan dan Salim untuk masuk ke dalam rumah. Reyfan tertegun melihat wanita itu. Rasa-rasa aneh mulai menggeliat di benaknya. Salim pun memasuki ruangan dan langsung duduk di atas kursi kayu. sementara Reyfan masih tertegun di depan pintu. Ia merasa enggan untuk memasuki ruangan.
"Silahkan masuk, Pak!" ujar Aisyah pada Reyfan yang masih berdiri di ambang pintu.
Tanpa berkata sepatah kata pun, Reyfan memasuki ruang tamu kediaman Kiai Huda dan langsung duduk di sebelah Salim. Tak lama setelah itu, Kiai Huda pun datang. Lantas Salim langsung mendekati Kiai Huda dan mencium tangannya. Sementara Reyfan hanya menjabat tangan Kiai Huda saja.
"Lim, apa ini yang namanya Nak Reyfan?" tanya Kiai Huda kalem.
"Iya, Pak Kiai," jawab Salim dengan sangat sopan.
Aisyah masih berdiri di dekat pintu. Tanpa di suruh, ia bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat. Setelah selesai membuat 3 gelas teh hangat, Aisyah pun segera mengantarkan minuman-minuman itu ke ruang tamu. Aisyah tampak sangat berhati-hati saat menyuguhkan gelas-gelas kaca yang berisi teh hangat itu. Ia tidak ingin ada kesalahan yang akan memperburuk keadaan. Yang ia pikirkan saat itu adalah bagaimana menyelamatkan Sayyidah dari tuntutan hukum yang diajukan oleh Reyfan.
Saat itu, mata Reyfan hanya fokus melihat Aisyah. Entah mengapa hatinya selalu merasa damai bila melihat kerlingan mata Aisyah yang begitu berbinar-binar. Mendapati Reyfan terus memandangi Aisyah, Kiai Huda pun merasa ada sesuatu yang janggal.
"Ehem. Ehem," Kiai Huda berlagak batuk untuk membuyarkan pandangan Reyfan dari Aisyah.
Reyfan sedikit terkejut. Ia berpaling ke arah Kiai Huda. "Ada apa?"
"Jadi, Nak Reyfan kapan mau pindah ke sini?"
"Kalau bisa sekarang juga saya mau menuntut ilmu di sini."
"Bagus. Lebih cepat, lebih baik."
"Tapi saya hanya bisa belajar di pondok pesantren ini pada hari sabtu dan minggu saja," ucapnya. "Karena saya harus bekerja."
Kiai Huda hanya tersenyum kalem dengan jenggot putihnya. "Tidak apa-apa, Nak." sahutnya ramah.
-----00-----
👍👍👍👍👍
Vote dan komen
20 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlingan Sayyidah Aisyah
Romance"Aku bahkan tidak bisa membedakan. Dia itu bidadari atau manusia?" Ini bukan hanya tentang Sayyidah, tapi juga tentang Aisyah. Mereka adalah bidadari dunia yang jatuh cinta pada pria yang sama. "Kamu itu bidadari bukan?" Wanita berhidung mancung i...