Cinta selalu datang tanpa alasan yang tepat bahkan kerap kali cinta tak butuh alasan untuk ada
Sudah hampir 3 minggu Reyfan mencoba beradaptasi di lingkungan pondok pesantren As-Syams. Ia mulai mengenal santri-santri yang lainnya. Dan ia juga mulai betah hidup tanpa kemewahan di pondok pesantren. Saat itu, ia melamun dan menyandarkan dagunya di atas meja. Sesekali ia tersenyum saat ia teringat suara lembut Aisyah. Hatinya mulai terasa aneh. Degupan-degupan kencang mulai menguasai pikirannya.
"Ada apa denganku?Kenapa aku terus memikirkan wanita bercadar itu?"
Tiba-tiba ponselnya berdering hingga menepis lamunannya. Ia pun mengangkat telepon itu. Ternyata telepon itu adalah telepon dari pihak kuasa hukumnya.
"Ya, ada apa?" tanya Reyfan santai.
"Berkas-berkas gugatan terhadap kasus penipuan ijazah sudah siap. Apa gugatan ini harus diundur lagi?"
Reyfan terdiam untuk berpikir sejenak. Sebenarnya, ia bisa saja dalam sekejap mata memasukkan Sayyidah selamanya ke dalam penjara. Akan tetapi, di hati kecilnya masih ada rasa iba. Oleh karena itulah ia selalu menunda tuntutan hukum terhadap Sayyidah.
"Halo? Pak Reyfan?" ucap pengacara Reyfan.
"Aku masih bingung. Akan kupikirkan lagi nanti."
"Tapi...."
Belum sampai sang pengacara melanjutkan kalimatnya, Reyfan sudah mematikan telepon dan mengakhiri panggilan. Di satu sisi, Reyfan enggan untuk memaafkan Sayyidah yang telah menipunya. Akan tetapi di sisi lain Reyfan tidak tega bila melihat seorang wanita muslimah terperangkap di dalam dinginnya jeruji besi penjara.
Ketika Reyfan tengah terdiam karena berpikir keras, tiba-tiba salah seorang santri, teman sekamar Reyfan menghampiri Reyfan dan memegang pundak kiri Reyfan dari belakang.
Reyfan pun menoleh. "Ada apa?"
"Pak Kiai memanggil Mas Reyfan untuk datang ke kediaman beliau," ungkap santri yang bernama Saifuddin itu.
Mendengar hal itu, Reyfan pun segera bergegas menuju ke kediaman Kiai Huda, seorang Kiai yang sangat ia hormati.
-----00-----
Setelah mendengar sahutan salam dari Kiai Huda, Reyfan pun masuk ke dalam ruang tamu. Di ruang itu, ia melihat Kiai Huda yang tengah duduk santai di atas kursi. Langsung saja Reyfan menghampiri Kiai Huda lalu mencium tangan beliau.
Sebelumnya, Reyfan tidak pernah mencium tangan siapapun bahkan tangan ustadz terkenal sekalipun. Baru kali ini ia mencium tangan seseorang, yaitu tangan Kiai Huda. Karena Reyfan sangat menghormati sosok Kiai Huda yang memiliki kepribadian yang begitu baik, sabar dan memiliki pengetahuan agama yang luas.
Setelah mencium tangan Kiai Huda, Reyfan pun duduk di kursi yang berada di hadapan Kiai Huda setelah Kiai Huda mempersilahkannya untuk duduk. Reyfan terdiam. Ia hanya melihat Kiai Huda yang saat itu tengah menggelintir tasbih.
Tak berapa lama kemudian, Kiai Huda pun berhenti bertasbih. Lalu ia menatap Reyfan dengan mata rabunnya. Reyfan hanya menunduk. Walau bagaimana pun dia adalah seorang santri yang harus bersikap Tawadhu' kepada Kiainya.
Mungkin pelajaran-pelajaran agama yang diterimanya selama ini sudah sedikit demi sedikit menghilangkan sifat sombongnya. Ia sadar bahwa dia hanyalah seorang manusia biasa yang tidak berhak untuk sombong. Dan ia juga sadar bahwa satu-satunya Dzat yang berhak sombong adalah Allah. Karena hanya Allah-lah yang memiliki kekuatan yang Maha dahsyat.
"Sebenarnya, saya ingin minta tolong pada Nak Reyfan," ungkap Kiai Huda tanpa bertele-tele.
Mendengar hal itu, Reyfan tampak agak sedkit terkejut. "Minta tolong apa, Pak Kiai?"
"Em.....Sejujurnya, anak bungsu saya terjerat kasus hukum dengan Nak Reyfan."
Mata Reyfan membulat. Ia masih tidak mengerti apa yang dibicarakan Kiai Huda. Reyfan merasa tidak pernah sekali pun mengenal anak bungsu Kiai Huda. Apalagi menjerat kasus hukum anak yang Kiai Huda maksud.
"Saya tahu dia salah. Dan saya tahu dia pantas dihukum," lanjut Kiai Huda.
"Tunggu! Yang dimaksud anak bungsu Pak Kiai itu siapa? Aisyah?" tanya Reyfan keheranan.
"Bukan. Aisyah adalah anak sulung saya. Sementara anak bungsu saya itu bernama Sayyidah."
Reyfan tersentak mendapati hal yang ia dengar. Matanya membulat, kepalanya menggeleng seakan tak percaya. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa wanita yang menipunya adalah putri Kiai Huda, seseorang yang sangat ia hormati.
"Nak Reyfan?" sapa Kiai Huda.
Pikiran Reyfan terpecah. Ia hanya bisa menatap Kiai Huda yang berada di hadapannya dengan mata bertanya-tanya.
"Saya benar-benar meminta maaf atas perbuatan Sayyidah. Sebagai orang tua, saya telah gagal mendidiknya," sambung Kiai Huda menudukkan kepala, ia malu.
Tawadhu' adalah sikap rendah hati dan tidak sombong.
😎😎😎😎😎😎
Jum'at 22 Februari 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/174388892-288-k117250.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlingan Sayyidah Aisyah
Romance"Aku bahkan tidak bisa membedakan. Dia itu bidadari atau manusia?" Ini bukan hanya tentang Sayyidah, tapi juga tentang Aisyah. Mereka adalah bidadari dunia yang jatuh cinta pada pria yang sama. "Kamu itu bidadari bukan?" Wanita berhidung mancung i...