61. BIDADARI YANG MEMUDAR

5.5K 250 8
                                    

            Aisyah sendirian duduk di atas ranjang pasien. Ia menunggu suaminya lama sekali sampai akhirnya ia merasa jenuh dan memutuskan untuk keluar kamar dan mencari suaminya. Ia pun menyusuri lorong rumah sakit, menoleh ke kanan dan kiri mencoba mencari laboratorium. Dengan tubuh rapuhnya ia terus berjalan walaupun napasnya sudah ngos-ngosan, kepalanya mulai terasa pusing kembali. Akhirnya ia pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di salah satu kursi yang ada di lorong rumah sakit. Tiba-tiba darah mengalir dari hidungnya. Ia mimisan! Lalu ia pun menangis. Dalam hati, ia ingin sekali bisa hidup lebih lama..

Reyfan yang kebetulan lewat di koridor rumah sakit saat itu tiba-tiba merasa tidak asing dengan mata binar wanita bercadar hitam yang duduk sendirian sambil menangis itu. langkahnya pun terhenti. Dilihatnya wanita itu lebih teliti lagi. Dan ternyata benar! Wanita itu adalah bagian dari masa lalunya! Ya! Aisyah! Wanita yang berhasil mematahkan hatinya bertahun-tahun silam.

"Aisyah?" sapa Reyfan memastikan.

Aisyah mendongak ke atas, melihat seorang pria tampan yang saat itu berdiri tepat di hadapannya. "Mas Reyfan?" air matanya terhenti, ia menoleh ke kanan dan buru-buru mengusap air matanya.

"Kamu menangis?" Reyfan mulai cemas.

Aisyah tidak menjawab. Ia hanya diam.

"Kamu...apa kabar?" Reyfan mulai salah tingkah, gugup bukan main bertemu dengan pujaan hatinya lagi. Walaupun pada kenyataannya sang pujaan hati telah dimiliki orang lain.

"Alhamdulillah, Mas. Aku baik-baik saja. Mas Reyfan sendiri?" tanya Aisyah balik.

Reyfan mengangguk. "Aku juga baik."

Aisyah berdiri dari tempat duduknya, ia mengerahkan seluruh sisa tenaganya yang tersisa untuk menjauh dari Reyfan. Ia tidak ingin Reyfan tahu tentang keadaannya saat ini. "Mas, aku pergi dulu ya?" pamitnya.

"Tunggu!" kata Reyfan ketika Aisyah mulai beranjak. "Ngomong-ngomong....kenapa kamu ada di rumah sakit? Kamu... sakit?"

Mata Aisyah membulat, kaget mendengar pertanyaan Reyfan barusan. Tapi ia mencoba tetap tenang. "Iya, Mas."

"Sakit apa?" Reyfan bertambah khawatir.

Aisyah menggeleng. "Tidak apa-apa. Hanya sakit biasa kok."

"Tapi.... Kamu benar-benar tidak apa-apa, kan?"

"Iya. Aku tidak apa-apa."

Dari kejauhan Muhammad terhenti ketika melihat istrinya berada di luar kamar rumah sakit dan berbincang dengan seorang pria yang tidak asing baginya. Ia pun mendekat lalu memegang tangan Aisyah dengan cepat.

"Aisyah? Kenapa kamu di sini?" tanya Muhammad cemas.

"Aku mencarimu, Mas," jawab Aisyah kalem seperti biasanya.

Saat Muhammad dan Aisyah tengah berbincang, Reyfan melihat sebuah amplop hasil tes yang dipegang Muhammad. Ia curiga hasil tes tersebut ada kaitannya dengan penyakit yang di derita Aisyah saat ini.

***

Di dalam kamar sendirian, Reyfan masih berpikir tentang amplop hasil tes yang di pegang Muhammad tadi. Sebenarnya apa isi amplop itu? Kenapa Aisyah seolah menyembunyikan sesuatu? Aaaargh rasa penasaran Reyfan tak bisa ditahan lagi. Ia langsung mengambil ponsel lalu menelpon Pak Widodo sekretarisnya yang baru.

"Halo, Pak?" sapa Reyfan setelah panggilannya tersambungkan.

"Iya, Pak. Ada apa?"

"Aku ingin kau menyelidiki sesuatu."

"Bapak ingin saya menyelidiki apa?"

"Aku ingin Bapak menyelidiki segala sesuatu tentang Aisyah, putri sulung Kiai Huda, pemiliki pondok pesantren As-Syams."

"Baik, Pak."

***
😎😎😎
Minggu, 17 Maret 2019

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang