39. DEMI AISYAH

6K 298 12
                                    

Saat Reyfan dan Kiai Huda tengah dalam pembicaraan, tiba-tiba Aisyah memasuki ruang tamu sambil membawa dua gelas teh hangat. Lalu ia menyuguhkan teh tersebut kepada Reyfan dan Kiai Huda.

"Dia masih muda. Dan tidak mungkin baginya untuk menjalani sepanjang hidupnya di penjara, kan?" kata Aisyah dengan mata berkaca-kaca. "Maaf! Tidak seharusnya saya ikut bicara."

Reyfan melihat mata Aisyah. Ia tahu air mata Aisyah hampir tumpah. Saat itu pula hati Reyfan tergerak untuk menghapus kesedihan Aisyah. Yang dia inginkan hanyalah agar Aisyah tidak bersedih lagi. Baginya, mata yang indah seperti mata Aisyah tidak pantas bila digenangi air mata.

"Baiklah. Saya akan mencabut tuntutan saya terhadap Sayyidah," ucap Reyfan sambil terus melihat Aisyah yang saat itu menundukkan kepala.

Aisyah masih menunduk. Mendengar kata-kata dari Reyfan, ia pun mengangkat kepalanya lalu melihat Reyfan. Air matanya tumpah karena bahagia. Sementara iu, Kiai Huda juga menangis karena bersyukur kepada Allah atas dimudahkannya semua urusan menyangkut Sayyidah.

"Terima kasih, Nak Reyfan," ujar Kiai Huda sambil mengusap air matanya.

"Terima kasih," ucap Aisyah. "Saya tidak tahu harus membalas kebaikan anda dengan apa."

"Balaslah kebaikanku dengan tidak menangis. Itu saja yang kuminta," ungkap Reyfan yang terus menatap Aisyah.

Aisyah tersentak mendengar apa yang dikatakan Reyfan. Ia berhenti menangis. Lalu ia melihat Reyfan sambil menghapus air matanya. Kemudian ia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum di balik cadar.

"Ada apa denganku?Kenapa aku tidak tega melihatnya menangis?Selama ini, aku hanya tidak tega bila melihat Mama atau Aish menangis. Tapi kenapa kali ini aku tidak tega melihat Aisyah menangis?" pertanyaan di benak Reyfan mulai menyergap.

-----00-----

Dua minggu kemudian, Aisyah bersama Kiai Huda mendatangi penjara untuk menjemput Sayyidah. Di kantor polisi, Aisyah sudah memberikan berkas-berkas yang diperlukan untuk mengurus kasus yang menimpa Sayyidah. Dengan lancar, berkas-berkas itu pun diterima oleh pihak kepolisian. Dan akhirnya masalah Sayyidah pun terselesaikan lantaran tuntutan sudah dicabut oleh pihak Pt. Mulia Agung.

"Alhamdulillah." puji syukur dalam hati Aisyah dan Kiai Huda atas nikmat dan kemudahan yang diberikan Allah.

Tak berapa lama kemudian, Aisyah dan Kiai Huda melihat Sayyidah keluar dari sel tahanannya dengan diiringi seorang polisi. Saat itu, Sayyidah masih mengenakan pakaian tahanan. Dengan badannya yang terlihat semakin kurus, Sayyidah perlahan menghampiri ayahnya. Lalu ia pun menangis dipangkuan ayahnya.

"Jangan menangis, Nduk. Masalah sudah selesai," gumam Kiai Huda mencoba menghibur putri bungsunya itu.

Aisyah menangis bahagia. Ia mengelus-elus punggung Sayyidah. "Jangan bersedih! Semua bisa diperbaiki."

"Neng Aisyah, aku merasa sangat berdosa. Gara-gara aku yang mengikuti hawa nafsu, Neng Aisyah tidak jadi pergi ke Kairo," Sayyidah menangis tersedu-sedu.

"Dosa bisa dihapus dengan kebaikan, Nduk." Ujar Kiai Huda.

-----00-----

Aisyah membuka pintu gerbang pondok pesantren As-Syams. Tak lama kemudian, Sayyidah bersama Kiai Huda keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah tua, tempat mereka selama ini berteduh.

Beberapa santri putra dan santri putri yang melihat Sayyidah pulang dari penjara berbisik-bisik satu sama lain, ada yang hanya bengong dan bahkan ada pula yang melihat Sayyidah dengan tatapan sinis. Memang kata 'Penjara' sudah cukup memberikan pandangan negatif bagi siapapun yang telah mencicipinya.

Sayyidah berjalan menunduk. Ia kini bertopeng malu walau dia hanya sekejap merasakan ruangan berjeruji besi itu. Aisyah tahu benar apa yang dirasakan saudarinya. Ia pun merangkul tangan Sayidah dan mencoba meredam sedikit keresahan yang dipikul Sayyidah kini.

-----00-----

Aisyah, Sayyidah, beserta Kiai Huda duduk di ruang tamu. Tapi Sayyidah hanya diam dengan mata bengkaknya setelah menangis tadi. Ia sadar bahwa perbuatannya telah mencoreng nama baik ayahnya.

"Kenapa kamu hanya diam, Nduk?" ucap Kiai Huda memulai pembicaraan.

Sayyidah menggeleng. "Tidak apa-apa, Ba," jawabnya singkat.

"Besok, kita harus menemui seseorang yang telah berbaik hati mengeluarkanmu dari penjara, Nduk."

Mata Sayyidah terbelalak lebar. "Maksud Aba...... Pak Reyfan?"

Kiai Huda mengangguk.

Sayyidah kembali menangis. "Aku malu, Ba. Aku sudah banyak salah sama dia."

"Sesama Muslim, sudah sepantasnya saling memaafkan," ujar Aisyah sambil mengelus punggung adiknya.

-----00------

Di ruang tamu, Reyfan menemui Kiai Huda. Seperti biasa, ia mencium tangan Kiai Huda lalu duduk di hadapan beliau.

"Sebenarnya, ada masalah apa sehingga Pak Kiai menyuruh saya kemari?" tanya Reyfan dengan sopan.

"Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas kemurahan hati Nak Reyfan yang telah mencabut tuntutan terhadap Sayyidah."

"Itu bukan masalah besar, Pak Kiai," kata Reyfan sambil tersenyum malu.

Tak lama kemudian, Sayyidah datang dan duduk di samping ayahnya. Mata Reyfan agak melebar melihat Sayyidah. Saat itu, Reyfan tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak mengira bisa bertemu dengan Sayyidah lagi. Suasana mulai menghening. Di antara Sayyidah dan Reyfan tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka. Sementara Kiai Huda mencoba memberikan waktu kepada mereka untuk dapat saling bicara.

Ketika keheningan semakin bertambah, tiba-tiba Aisyah memasuki ruang tamu sambil membawa beberapa gelas teh hangat. Seperti biasa, ia menyuguhkan gelas-gelas yang berisi teh itu dengan hati-hati agar tidak tumpah. Lagi-lagi tingkah lembut Aisyah menyita perhatian Reyfan dan membuat Reyfan terpaku memandanginya.

"Ehem-ehem!" Kiai Huda berpura-pura batuk untuk memudarkan pandangan Reyfan dari Aisyah.

Reyfan beralih pandang dengan segera. Ia kelihatan begitu salah tingkah ketika ia berada di dekat Aisyah.

"Terima kasih, Pak Reyfan," ucap Sayyidah tiba-tiba yang mengubah suasana.

Reyfan tidak berkata apa-apa. Ia hanya mengangguk. Sementara Aisyah tersenyum bahagia di balik cadarnya melihat Reyfan yang telah berbesar hati memaafkan Sayyidah.

-----00-----

24 Februari 2019

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang