"Neng Aisyah, maaf aku tadi di suruh Sayyidah ke sini untuk...." Madinah terhenti ketika ia melihat Aisyah yang menangis di dalam kamar.
Aisyah segera mengusap air matanya saat melihat Madinah berdiri di ambang pintu kamar. Aisyah mencoba menutupi kegelisaannya dari siapa pun. Ia tidak ingin perasaannya diketahui orang lain.
"Neng Aisyah kenapa?" tanya Madinah mendekat.
"Ti tidak apa-apa." Jawab Aisyah gugup.
"Jangan bohong, Neng! Madinah tahu benar kalau saat ini Neng Aisyah tengah bersedih kan?"
"Sudahlah, jangan pikirkan aku. Ngomong-ngomong, kamu kesini ada keperluan apa?" Aisyah mencoba mengalihkan pembicaraan.
Madinah sangat mengenal Aisyah. Sejak kecil mereka tumbuh bersama. Madinah tahu bahwa Aisyah rela menderita asalkan orang-orang di sekelilingnya merasa bahagia. Aisyah tidak pernah mengeluh apalagi membantah. Memang sejak dulu Aisyah selalu mengalah. Dan kali ini Aisyah mengalah demi Sayyidah.
Madinah memegang tangan Aisyah. "Katakan, Neng. Setidaknya, curhat bisa mengurangi sedikit rasa sakit yang Neng Aisyah alami."
"Aku tidak apa-apa, Din."
"Ayolah, Neng. Ceritakan semuanya padaku. Aku berjanji tidak akan pernah mengungkapkan rahasia Neng Aisyah kepada siapa pun."
Aisyah tiba-tiba menitikkan air mata. Sementara Madinah terkejut mendapati hal itu. Madinah semakin bertanya-tanya tentang hal apakah yang membuat wanita kuat seperti Aisyah menitikkan air mata dengan begitu mudahnya? Madinah tidak tahu. Hanya opini abstrak yang membelenggu benaknya saat itu.
"Aku akan menikah bulan depan, Din," ucap Aisyah tiba-tiba.
Mata Madinah melebar. "Apa? Menikah?" tanyanya kaget.
"Namanya Muhammad. Dia lulusan S2 Kairo Mesir. Dia akan melanjutkan S3 di sana juga. Tentu saja setelah menikah, aku akan tinggal bersamanya di Kairo."
"Lantas mengapa Neng Aisyah bersedih? Bukankah itu hal yang bagus?"
"Mungkin semua oraang akan bahagia jika aku menikah kelak. Tapi akan ada seseorang yang akan sangat terluka."
"Siapa?" Madinah bertanya-tanya.
"Pak Reyfan."
Mata Madinah membulat. "Apa? Jadi Pak Reyfan benar-benar menyukai Neng Aisyah?" tanya Madinah ngotot.
Aisyah mengangguk. "Mungkin dia terlahir sebagai seorang muslim sejak kecil. Tapi dia baru mengenal Islam setelah tinggal di pondok pesantren ini. Aku takut dia akan kembali seperti dulu dan memutuskan untuk tidak mengenal Islam lebih dalam setelah sakit hati karena pernikahanku dengan Mas Muhammad," papar Aisyah.
"Kalau hanya itu alasannya, kenapa Neng Aisyah menangis? Jangan-jangan...." Terka Madinah.
"Iya, aku juga menyukainya."
Madinah menggeleng. "Ini.... Ini salahku. Seharusnya aku membuang bunga mawar putih itu saat Pak Reyfan menyuruhku untuk diam-diam menaruh bunga itu di kamar Neng Aisyah. Astaghfirullah. Kenapa jadi serumit ini?" ucap Madinah cemas.
"Ini bukan salahmu, Din. Ini bukan salah siapa-siapa. Sebelum aku menerima bunga mawar putih itu, aku sudah memiliki perasaan pada Pak Reyfan."
"Tapi apakah Neng Aisyah menyukai pria yang bernama Muhammad itu? Tidak kan?"
"Belum. Tapi aku yakin, aku bisa melupakan Pak Reyfan dan mencintai Mas Muhammad kelak."
Wajah Madinah pucat. Ia tahu semua rahasia di antara Aisyah, Reyfan dan Sayyidah. Tapi ia harus bungkam. Sekali saja ia buka mulut, maka semuanya akan kacau.
-----00-----
😊😊😊😊
Kamis, 7 Maret 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/174388892-288-k117250.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlingan Sayyidah Aisyah
Romance"Aku bahkan tidak bisa membedakan. Dia itu bidadari atau manusia?" Ini bukan hanya tentang Sayyidah, tapi juga tentang Aisyah. Mereka adalah bidadari dunia yang jatuh cinta pada pria yang sama. "Kamu itu bidadari bukan?" Wanita berhidung mancung i...