33. BERTAUBAT

6.8K 300 5
                                    

Memang Tuhan Maha Pemaaf. Tapi bukan berarti kita boleh melakukan kesalahan lagi dan meminta maaf lagi

Di dalam kamarnya, Elin berdiri di depan cermin. Ia memandangi wajahnya yang pucat pasi dan rambut panjangnya yang sedikit berantakan. Tak begitu lama memandangi wajahnya sendiri, tiba-tiba ia menitihkan air mata. "Ya Allah! Sebenarnya yang ada di dalam tubuhku ini siapa? Kenapa hambaMu jadi sehina ini?"

Tok Tok Tok. Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Elin pun segera mengusap air matanya dan bergegas membukakan pintu untuk seseorang yang berada di luar sana. "Aisyah?"

"Bolehkah aku masuk?"

Elin mengangguk pelan.

Aisyah pun memasuki kamar Elin yang tampak bersih dan rapi. Tak ada lagi barang-barang yang berserakan di atas lantai seperti biasa. Bahkan selimut pun terlipat di atas kasur. Mendapati hal itu, Aisyah pun tersenyum kecil sambil menatap Elin. "Syukurlah kamu sudah sembuh!"

"Aisyah."

"Hm?"

"Jika aku bertaubat, apa Allah akan menerima taubatku?"

"Tentu!" jawab Aisyah sambil tersenyum kecil lagi.

"Benarkah?"

"Allah Maha penyayang lagi Maha pemaaf bagi hamba-hambanya yang bertaubat."

Elin menunduk. "Tapi dosaku sangat besar! Apa Allah masih sudi menerimaku sebagai hambaNya lagi?" ucapnya sambil mengalirkan setetes air mata.

"Dalam surat Al Imron ayat 133 Allah berfirman : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa."

"Tapi Aisyah, dosaku sangat besar! Dari mulai mabuk-mabukan, narkoba, sampai berzina! Apa mungkin dosa sebanyak itu diampuni Allah?"

"Yang dimaksud orang-orang yang bertaqwa di dalam surat Al Imron 133 ada dilanjutan suratnya. Baca sendiri ya! Agar kamu bisa mendalaminya sendiri," ucap Aisyah sambil tersenyum manis. Lalu pergi.

-------00-------

Di dalam kamar sendirian, Elin merenungkan apa yang dikatakan Aisyah barusan. Sehabis ia pergi mengambil air wudhu, ia pun memakai jilbabnya dan bergegas membuka Al-qur'an terjemahan yang berada di atas meja. Dibacanya terjemahan surat Al-Imron ayat 133-135.

133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.

134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Setelah membaca ayat-ayat suci itu, Elin termenung sambil meratap. Diteteskannya air mata dari kedua bola matanya. "Astaghfirullahal adzim."

-------00------

Di dalam ruang tamu, Kiai Huda termenung sendirian. Tiba-tiba Aisyah membuka pintu sambil mengucapkan salam. Dan Kiai Huda pun menjawab salam Aisyah dengan sigapnya.

Setelah memasuki ruang tamu, Aisyah duduk di samping ayahnya. "Kenapa, Ba?" ucap Aisyah sambil menatap wajah ayahnya yang terlihat risau.

"Aisyah, apa kamu bisa menyelesaikan urusan Sayyidah?"

"Bukankah semua cobaan pasti ada jalan?"

Kiai Huda mengangguk pelan. "Aba tahu."

"Tapi, Ba,"

"Hm?"

"Kenapa Aba belum mengunjungi Sayyidah?"

Seketika mulut Kiai Huda terkunci rapat. Ia tak tahu rangkaian kata yang tepat untuk menerjemahkan maksud hatinya yang risau dengan semua cobaan yang ia hadapi saat ini.

"Kasihan Sayyidah, Ba. Dia merindukan Aba!" sambung Aisyah.

"Entah mengapa, Aba masih tidak bisa memaafkan Sayyidah. Aba masih tidak habis pikir! Bagaimana bisa Sayyidah berbuat seperti itu?"

"Setiap orang pasti pernah khilaf, Ba."

Raut muka Kiai Huda semakin kelihatan risau. Kerutan-kerutan di dahinya semakin banyak. Hatinya sangat pilu karena memikirkan Sayyidah yang mendekam di penjara. "Aba tidak tau harus bagaimana lagi! Kasus Sayyidah kini sudah diproses di kejaksaan."

Aisyah termangu sambil mendengarkan keluh kesah ayahnya. Ia pun juga risau memikirkan hal tersebut. Apalagi ia tidak mau kalau ayahnya jatuh sakit karena terlalu banyak berpikir tentang masalah ini.

"Sebenarnya, di satu sisi hati Aba ingin sekali memaafkan Sayyidah. Tapi di satu sisi yang lain......" Kiai Huda terhenti.

Mendengar hal itu, Aisyah berdiri lalu mengambil Qur'an terjemahan yang tersimpan di lemari kaca di dalam ruang tamu. Dibukanya Qur'an tersebut dengan perlahan. " Surat An-Nuur ayat 22 mengatakan : Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha pengampun lagi Maha penyanyang."

Kiai Huda tertegun sejenak setelah mendengar terjemahan surat tersebut. Hatinyapun tergerak walaupun sedikit keraguan masih terselip di hatinya yang mulai terbuka untuk dapat memaafkan Sayyidah.

Aisyah terseyum. "Ayat tersebut berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a yang mengatakan bahwa dia tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang Aisyah r.a. Lalu kemudian ayat itu turun dan melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu. Dan menyuruh memaafkan dan berlapang dada terhadap mereka."

"Aba tau."

"Abu Bakar saja bisa memaafkan orang-orang keji seperti itu. Tapi kenapa Aba tidak bisa memaafkan Sayyidah, putri Aba sendiri?"

Kiai Huda terdiam lagi. Kali ini hatinya benar-benar tergerak untuk bisa memaafkan putri bungsunya yang telah khilaf itu. "Baiklah! Aba akan berusaha menerima Sayyidah kembali dengan lapang dada."

Aisyah tidak bisa berkata apa-apa lagi. ia hanya tersenyum lebar setelah mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya.

"Sekarang, kita harus memikirkan cara untuk mengeluarkan Sayyidah."

Aisyah mengangguk.

-------00-------
😎😎😎😎😎😎
Minggu, 17 Februari 2019

-------00-------😎😎😎😎😎😎Minggu, 17 Februari 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang