Tercipta untuk siapakah bidadari dunia itu? Entahlah.
Pagi-pagi sekali Aisyah sudah berada di depan Pt. Mulia Agung, yang tak lain adalah sebuah perusahaan yang terlibat konflik dengan Sayyidah. Aisyah duduk sendirian di tempat duduk sambil menunggu kedatangan karyawan-karyawan perusahaan itu. Matahari pun bertambah terik. Mulailah bermuculan orang-orang yang lalu lalang keluar masuk pintu depan perusahaan tersebut. Aisyah pun memberanikan dirinya. Ia menghentikan seorang perempuan yang lewat di depannya. "Maaf!"
"Iya, ada apa?" perempuan itu berhenti dan menoleh ke arah Aisyah.
"Apa anda adalah karyawan perusahaan itu?"
Perempuan itu hanya mengangguk.
"Saya mau tanya, apakah saya bisa bertemu dengan pemilik perusahaan itu?"
"Mbak mau cari sumbangan?"
Aisyah menggeleng. "Bukan! Em....Sebenarnya saya mau mengurus suatu masalah."
"Maaf, saya kurang tahu." Perempuan itu terdiam sejenak. "Tapi kelihatannya Pak presdir tidak ada di kantor."
Mata Aisyah sedikit melebar. "Tidak ada di kantor?"
"Saya dengar, beliau meliburkan diri karena tengah sibuk mencari guru spiritual," bisik perempuan itu.
"Kalau begitu terima kasih, Mbak."
Perempuan itu hanya mengangguk lalu pergi dari hadapan Aisyah.
-------00-------
Saat itu, Aisyah tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia pun mendongakkan kepalanya sembari menatap langit biru yang berawan putih. Langit itu tampak begitu indah di matanya. "Ya Allah,berilah hambaMu ini kekuatan dalam menghadapi cobaan ini," pintanya pada Tuhan.
Lalu ia melangkahkan kakinya menyusuri jalanan kota Surabaya dengan lesu dan dengan kepala menunduk. Tiba-tiba saja dari belakang tampak mobil merah yang melaju kencang ke arah Aisyah lalu mobil itu dalam sekejap menyerempet lengan Aisyah hingga membuat Aisyah terjatuh di aspal.
Pengendara mobil itu terhenti. Ia keluar dari mobilnya dan menghampiri Aisyah. "Kamu tidak apa-apa?"
Aisyah menggeleng lalu mencoba berdiri. "Saya tidak apa-apa."
Tanpa basa-basi, pengendara mobil itu mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan beberapa uang seratus ribuan."Ini ambillah!"
Mata Aisyah terbelalak lebar mendapati kelakuan pengendara mobil itu. "Saya tidak apa-apa! Sungguh!"
Pengendara mobil itu meraih tangan Aisyah dan menaruh uangnya di tangan Aisyah. "Anggap saja ini ganti rugi."
Dengan cepat, Aisyah langsung menghempaskan tangan pengendara mobil itu. "Jangan pegang saya!"
Pengendara mobil itu tersenyum sinis. "Jangan sok suci deh! Perempuan jaman sekarang itu semuanya sama! Munafik!" bentaknya.
"Astaghfirullahal Adzim," ucap Aisyah. Hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Aisyah.
"Jangan bawa-bawa nama Allah!" ucap pengendara itu yang pergi menuju mobilnya.
Sebenarnya, pengendara mobil itu adalah Reyfan. Di dalam perjalanan, ia teringat dengan mata seorang gadis bercadar yang ia temui di makam tunangannya. Mata gadis itu sangat mirip dengan mata wanita bercadar yang barusan ia temui. Tanpa basa-basi, Reyfan pun memutar balik mobilnya dan kembali menghampiri Aisyah.
Aisyah terhenti ketika mobil yang menabraknya barusan terhenti lagi di sampingnya. "Ada apa dengan orang ini?"
Reyfan keluar dari mobilnya. "Tunggu!"
"Ada apa lagi?"
"Apa kau pernah bertemu denganku sebelumnya? Apa kau pernah menjumpai orang beryanyi dan bermain gitar di makam?"
Aisyah masih bingung dengan pertanyaan pria tampan yang ada di hadapannya kini. "Apa maksud orang ini?"
"Kau tidak bisa jawab?"
Aisyah mengernyitkan dahi lalu mengangguk dengan mata yang sedikit melebar. "Ooh! Saya baru ingat! Ternyata orang itu anda."
"Saat di makam, kau bilang kalau bernyanyi dan bermain gitar di makam tidak ada gunanya bagi mayat, bukan?"
Aisyah mengangguk lagi sambil tersenyum.
"Dan kau juga bilang, kalau mayat hanya membutuhkan do'a, yakni lantunan ayat suci Al-Qur'an."
"Betul."
"Menurutmu, di manaaku bisa menemukan guru yang tepat untuk mengajariku?"
😎😎😎😎😎
Senin, 18 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlingan Sayyidah Aisyah
Romantik"Aku bahkan tidak bisa membedakan. Dia itu bidadari atau manusia?" Ini bukan hanya tentang Sayyidah, tapi juga tentang Aisyah. Mereka adalah bidadari dunia yang jatuh cinta pada pria yang sama. "Kamu itu bidadari bukan?" Wanita berhidung mancung i...