13. MASALAH SAYYIDAH

10.5K 477 0
                                    

Aisyah melepaskan cadarnya lalu ia letakkan cadar itu di atas meja. Kemudian ia menghela napas lalu melangkah mendekati kasur. Kemudian, ia rebahkan tubuhnya. Dipeluknya bantal sambil menatap langit-langit kamar lalu berkedip beberapa kali secara bertahap. Ia memikirkan apa yang ia perbincangkan dengan Sayyidah tadi. Perbicangan itu membuat beberapa filosofi baru tumbuh di benaknya.

"Aku juga merindukan kehidupanku yang dulu. Kehidupan di mana aku masih menjadi seorang Mahasiswi. Senang sekali rasanya kalau ingat masa-masa itu."

Sekitar tiga tahun yang lalu, Aisyah lulus dari salah satu Universitas ternama di Jawa Timur. Ia menjadi salah satu lulusan terbaik di jurusan ekonomi syari'ah. Walaupun demikian, setelah lulus Aisyah tidak sekalipun melamar pekerjaan. Ia langsung mengajar di Pondok Pesantren untuk membantu ayahnya.

"Teringatku saat aku masih belum bercadar."

Dulu, Aisyah tidak bercadar. Tapi karena terpaksa, Aisyah diharuskan untuk bercadar karena kecantikannya mengundang syahwat para lelaki yang melihatnya. Kecantikan adalah hal yang didaNengan semua wanita. Tapi tidak untuk Aisyah. Kecantikan malah membuatnya harus bersembunyi di balik cadar. Membuatnya selalu merasa takut jika kecantikannya dapat mengundang syahwat para lelaki.

Aisyah beranjak dari ranjangnya. Lalu ia membuka laci lemarinya dan mengambil beberapa kertas yang biasa disebut dengan ijazah. Ia pandangi kertas itu sejenak. Tertulis di dalamnya "IPK : 3,78". Lalu ia tersenyum.

"Buat apa ijazah ini?"

Ia menaruh ijazah itu kembali ke tempat semula. Lalu ia bergegas tidur karena malam semakin pekat.

-----00-----

Di dalam kamar sendirian, Sayyidah merenung. Ia tengah memikirkan bagaimana cara agar bisa mendapatkan pekerjaan di Surabaya jika Reyfan masih menutup semua jalan baginya untuk melamar pekerjaan.

"Aku tidak tahan lagi dengan kehidupan Pesantren! Aku harus mencari cara untuk dapat mencari pekerjaan. Tapi bagaimana caranya jika Reyfan masih menggunakan kekuasaannya untuk menindasku?"

Reyfan memang adalah seseorang yang berkuasa. Ia adalah salah satu pembisnis terkaya di Indonesia. Tidak sulit baginya jika ingin menghancurkan karir seseorang dalam sekejap. Tinggal menelepon, bicara lalu beres. Sayyidah terus berpikir. Hingga suatu ketika ia menemukan ide. Matanya terbelalak sedikit sambil tersirat senyuman kecil yang menghiasi bibirnya.

-----00-----

Diam-diam, Sayyidah membuka pintu kamar Aisyah. Dengan langkah kecil yang tak bersuara, Sayyidah menerobos masuk. Ia melihat Aisyah yang tengah tertidur lelap di atas ranjang. Lalu ia membuka lemari pakaian Aisyah tanpa izin terlebih dahulu.

"Neng Aisyah kira-kira menyimpannya di mana, ya?" Sayyidah mencari sesuatu dari dalam lemari Aisyah.

Setelah mencari beberapa menit, Sayyidah tidak menemukan apa yang ia cari. Lalu ia membuka laci meja Aisyah. Ia mencari dan terus mencari hingga akhirnya beberapa tumpukan kertas yang berada dalam laci membuatnya tersenyum simpul. Disana ada yang ia cari, yakni ijazah Aisyah. Dengan mengendap-endap, Sayyidah beranjak pergi sambil menutup pintu kamar Aisyah dengan sangat pelan agar tidak menghasilkan suara yang dapat membangunkan Aisyah dari tidur lelapnya.

-----00-----

Setelah menunaikan ibadah shalat subuh, Aisyah segera bergegas menuju dapur untuk membatu para santri putri menyiapkan sarapan. Di dapur, ia langsung saja mengambil wortel dari dalam keranjang, mencucinya lalu memotong dadu wortel-wortel tersebut. Hari ini Aisyah ingin memasak sambal goreng wortel campur udang.

Matahari sudah mulai terlihat. Nasi, ikan dan sayur telah siap untuk disantap oleh seluruh santri pondok pesantren As-Syams. Semuanya makan bersama di ruang makan. Tentu saja ruang makan santri putra dibedakan dengan ruang makan santri putri. Itu semua dimaksudkan agar tidak terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah selesai makan, Aisyah pergi ke rumahnya untuk mempersiapkan diri sebelum mengajar di Pesantren. Di rumah, Aisyah melihat Sayyidah duduk di antara ayah dan ibunya.

"Ada apa? Tumben, kok ngumpul?" Tanya Aisyah beranjak duduk di samping ayahnya.

"Sayyidah mau berangkat ke Surabaya lagi," jawab Bu Nyai Salamah.

Perkataan ibu Aisyah membuat Aisyah menaruh sedikit perasaan curiga pada Sayyidah yang tiba-tiba ingin kembali mencari pekerjaan di Surabaya. Padahal, Sayyidah baru saja bilang pada Aisyah bahwa seseorang yang bernama Reyfan telah membuntu semua lowongan pekerjaannya.

"Apa kamu yakin dengan keputusanmu, Dah?" Aisyah bertanya pada adik tunggalnya itu.

"Ya yakin!" sahut Sayyidah agak bimbang sambil memanglingkan muka dari tatapan Aisyah yang penuh selidik.

Tingkah laku Sayyidah yang begitu aneh membuat rasa curiga dalam hati Aisyah semakin pekat. Tidak biasanya Sayyidah menjawab bimbang seperti itu. Biasanya, Sayyidah selalu tegas dalam menanggapi apapun. Tapi tidak untuk kali ini.

"Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu, kan?" tanya Aisyah semakin penuh selidik.

"Emmm...." Sayyidah semakin bimbang.

"Apa yang kamu bicarakan, Syah? Mana mungkin Sayyidah menyembunyikan sesuatu dari kita semua!" tukas Bu Nyai Salamah dengan nada agak tinggi.

Aisyah terdiam mendengar perkataan ibunya yang agak emosional. Sementara Sayyidah juga ikut terdiam dan semakin gugup dengan dahi yang terbasahi keringat hingga membuat kerudungnya basah.

"Emm.... Sayyidah mau ke toilet dulu," ujar Sayyidah lalu ia melangkah pergi dari hadapan semuanya dengan gelagat yang agak aneh dan tampak mencurigakan.

Kecurigaan Aisyah semakin pekat. Matanya terus mengamati tingkah Sayyidah yang berlalu pergi dengan gelagat yang tidak seperti biasanya itu.

"Sebenarnya apa yang dipikirkan Sayyidah. Dan hal apakah yang ia sembunyikan? Apa semua ini hanyalah kcurigaanku saja?" pikir Aisyah.

-----00-----    
😎😎😎😎😎😎😎😎
Jangan lupa vote dan komen untuk penyemangat author ya
Rabu, 23 Januari 2019

-----00-----    😎😎😎😎😎😎😎😎Jangan lupa vote dan komen untuk penyemangat author yaRabu, 23 Januari 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang