12. MASALAH SAYYIDAH

10.9K 507 0
                                    

Hargailah takdir yang digariskan Tuhan untukmu karena hanya Tuhan yang paling memahami kita

Hari-hari terlewati begitu membosankan bagi Sayyidah. Setiap harinya, Sayyidah menghabiskan waktunya dengan mengajar mengaji di Pondok Pesantren As-Syams. Tanpa ada kamera dan foto, seperti yang biasa ia pegang di kantornya dulu. Saat itu, Sayyidah melamun dan menyandarkan dagunya ke jendela kamarnya. Ia melihat dua ekor burung yang hinggap di dahan pohon. Kedua burung itu tampak sangat bahagia. Lincah senang kicauannya bersahut-sahutan. Sungguh! Yang mampu menciptakan semua itu hanyalah Allah SWT. Tidak ada yang lain selain Dia.

"Aku sangat merindukan kehidupanku yang dulu. Kehidupan bebas bergelut dengan fotografi. Menikmati indahnya alam dan memotret sepasang pengantin yang akan mengucap janji suci sehidup semati," keluh Sayyidah.

Aisyah menghampiri Sayyidah yang tak luput dari lamunan. "Ada apa denganmu?"

Sayyidah masih melamun. Ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan Aisyah padanya. Ia hanya terfokus dan mengamati gerak-gerik dua burung yang tengah asyik bercengkrama di atas dahan pohon.

"Sayyidah, kamu kenapa?" ulang Aisyah.

Lamunan Sayyidah hilang seketika. Ia menoleh menghadap ke arah Aisyah.

"Kamu sedih?" Tanya Aisyah lagi.

Sayyidah mengangguk. "Hm!"

"Ada apa?"

"Aku ingin bekerja lagi sebagai fotografer."

Aisyah tertegun lalu ia duduk di samping Sayyidah di dekat jendela. Lalu ia menatap Sayyidah pekat.

"Sudah dua bulan aku mengajar di sini. Aku senang," lanjut Sayyidah.

"Lalu?"

"Tapi aku lebih senang menjalani kehidupanku sebagai fotografer, Neng!"

Tidak semua orang merasa senang tinggal di Pesantren. Dan salah satu orang yang tidak senang itu adalah Sayyidah. Meskipun sejak kecil ia tinggal di Pesantren, tapi setelah ia hidup sebagai anak kuliahan di kota Surabaya beberapa tahun, membuat apa yang ia yakini sebelumnya perlahan ada yang hilang. Kehidupan kota memang telah merubah Sayyidah. Kini Sayyidah memiliki filosofi tersendiri tentang bagaimana menjalani hidup agar bisa bahagia layaknya dua burung di dahan pohon itu.

"Lantas kenapa kau kembali ke Pesantren ini, jika kau masih menyayangi kehidupanmu di Surabaya?" Tanya Aisyah lembut.

"Aku dipecat. Seseorang yang bernama 'Reyfan' telah membuntu semua lowongan pekerjaan bagiku."

Mata Aisyah membulat. "Bagaimana bisa seperti itu?"

"Dia tidak suka dengan hasil potretanku. Lalu dia marah dan menghinaku habis-habisan."

Aisyah tak berkata apa-apa dan hanya fokus mendengarkan curhatan Sayyidah.

"Lalu aku marah. Sementara dia bertambah marah. Dan....." ucap Sayyidah terhenti.

"Dan kau dipecat?" sambung Aisyah.

Sayyidah memanglingkan muka dari hadapan Aisyah. Ia kembali menatap jendela sambil merasakan hembusan angin sejuk yang menerpa ringan dan membuat sisi-sisi kerudungnya berkibar.

"Menurut Neng Aisyah, siapakah yang bersalah di antara kami?"

"Kalian berdua salah." tukas Aisyah.

Sayyidah kembali menoleh ke arah Aisyah. Matanya terbelalak lebar sambil menatap Aisyah dengan tatapan keheran-heranan.

"Seharusnya, kamu bisa menahan amarah itu. Tapi pada kenyataannya, kau tidak bisa menahannya," lanjut Aisyah.

"Berapa persen kesalahanku?"

"Hanya Allah yang tahu seberapa persen kesalahan yang kau buat."

"Allah sudah pasti Maha Tahu!" kata Sayyidah sambil menepuk bahu Aisyah dua kali. "Jadi perkiraan Neng Aisyah berapa persen?"

"Em...." Aisyah masih enggan.

Sayyidah masih menunggu jawaban dari Aisyah. Ia yakin, jawaban Aisyah pasti akan membuatnya semakin terdorong agar bisa memperbaiki kesalahan.

"30 persen!" sambung Aisyah.

"Ha?"

"Pemarah adalah temannya setan. Benar, kan?"

"Setuju sajalah," ucap Sayyidah lemas."Neng Aisyah tidak tahu seperti apakah orang yang bernama Reyfan itu. Menurutku, kesalahan Reyfan 99%. Dan kesalahanku hanya 1%. Tapi.... kembali pada perkataan Neng Aisyah. 'Yang tahu seberapa besar kesalahan seseorang, hanyalah Allah'."

-----00------

🤗🤗🤗🤗🤗🤗
Vote dan komen untuk penyemangat author ya
Maaf chapter ini dikit🙏
22 Januari 2019

🤗🤗🤗🤗🤗🤗Vote dan komen untuk penyemangat author yaMaaf chapter ini dikit🙏22 Januari 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang