XV. Despair

23.5K 2.7K 151
                                    

Christopher menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya ketika melihat pemandangan taman di salah satu pusat Kota Chicago. 

"Sedikit berbeda, bukan?" Detektif Jensen Hartnett menyodorkan segelas kopi di gelas kertas ke tangannya. "Kantor polisi akan sangat membosankan dan mendatangi tempat kerjamu sepertinya bukan pilihan."

"Apa ada sesuatu yang baru?" Christopher meletakkan gelas kopi itu di sisinya lalu melap wajahnya lelah. Ia bisa melihat beberapa pemain skateboard yang bermain-main di salah satu sudut taman, seseorang yang menyebarkan pamflet, dan seorang pria tunawisma yang merokok di salah satu bangku taman. Ia merasa diawasi akhir-akhir ini, Christopher tahu mencari Cara akan membuatnya bermasalah dengan kelompok Ferro. Namun, ia tidak bisa berhenti. Tidak sebelum Cara kembali ke sisinya dan mereka baik-baik saja.

Detektif Jensen Hartnett mengikuti arah pandangan Christopher lalu mengeluarkan sebatang rokok, ia menjepit rokok itu di antara kedua bibirnya lalu mengeluarkan sebuah pemantik berbentuk ikan kod. Sebelum menyalakan rokoknya, Jensen melirik ke arah Christopher lalu bertanya "kau mau?"

Christopher menggelengkan kepalanya. Ia menunggu hingga Detektif Hartnett selesai menyalakan rokoknya dan mengisapnya sekali lalu bertanya kepada pria itu, "kenapa kau memanggilku ke sini?"

"Aku minta kau menghentikan pencarianmu, Chris." Jensen mengembuskan asap rokok lalu tersenyum simpul ke arah Christopher. "Kau bisa menyerahkan semuanya ke kepolisian, kami akan melakukan yang terbaik."

Christopher mengepalkan tangannya, ia membalas senyuman Jensen dengan sebuah senyum tertahan. "Apa rekening Tony membawa informasi baru?"

Jensen terdiam sesaat sebelum memberikan jawaban dengan nada datar dan suara kecil. "Ini sangat berbahaya Chris. Kau tidak tahu siapa orang yang kau hadapi ini." Jensen menyesap kembali rokoknya lalu mengembuskannya. "Ferro tidak membunuhmu hari itu adalah sebuah keberuntungan."

"Kenapa?" Christopher mengalihkan pandangan matanya ke arah seorang pria tunawisma yang  kini membuat sedikit kekacauan.

"Dia masih membutuhkanmu." Jensen mengecilkan nada suaranya. Matanya melirik sesaat ke arah seorang pria tunawisma yang menabrak seseorang yang membagikan pamflet, sepertinya ia mabuk.

"Untuk?" 

"Mengendalikan Cara." Jensen kembali menatapnya, ia melihat bola mata Christopher yang berwarna kecokelatan lalu menjatuhkan rokoknya yang sudah nyaris habis kemudian menginjaknya hingga api di rokok itu padam. "Jangan buat ini lebih sulit untuknya, Chris." Jensen menepuk punggungnya, ia melihat ke jam tangannya lalu mengembuskan napas panjang. "Aku harus kembali ke kantor sekarang. Berhati-hatilah."

Christopher memerhatikan Detektif Jensen Hartnett yang berjalan menjauh menuju mobilnya lalu berlalu pergi meninggalkannya sendiri di taman kota. Chris menunggu beberapa saat, mempertimbangkan beberapa hal sebelum ia akhirnya mengembuskan napas gusar lalu berdiri dan berjalan menuju tempat kerjanya. 

Yang dikatakan Detektif Jensen Hartnett mungkin benar, ia bisa saja membahayakan dirinya sendiri dan Cara karena sikap terburu-burunya, tetapi lebih baik ia tetap menjalankan apa yang sudah ia lakukan sekarang. Tak ada yang tahu apa yang terjadi kepada Cara di sana, tidak ada yang tahu apa yang bajingan itu telah lakukan kepadanya.

Tanpa Christopher sadari seseorang berjalan cepat ke arahnya lalu menabraknya. "Apa yang kau?" Christopher menatap punggung pria itu nanar, ia mengenali sosoknya sebagai pria tunawisma yang sama di taman tadi. Chris berjalan terhuyung, tangannya menyentuh luka di perutnya. Pria itu menyabetnya, darah membasahi tangannya. Christopher terjatuh di sebuah gang gelap di antara dua jalan besar.

Pria tunawisma itu menarik badannya yang terjatuh ke pinggir gang di belakang sebuah tong sampah besar."Luka itu tidak cukup dalam untuk membunuhmu dalam sekejap." Pria tunawisma itu menatapnya sembari terkekeh. "Tapi bila kau mati, mungkin itu sudah takdirmu."

Vendetta | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang