XX. Made Man

21K 2.4K 80
                                    

Cara menatap pantulan wajahnya di cermin, ia lalu mengembuskan napas panjang ketika mengusap uap panas yang mengaburkan pantulan wajahnya di cermin. Rambutnya yang panjang diikat acak-acakan sementara tubuhnya hanya terbalut handuk. Seperti yang diinginkan Ferro, seusai mandi ia akan menyiapkan pakaiannya yang akan ia bawa ke Las Vegas.

Las Vegas.

Ferro Belucci benar-benar tidak tertebak dan ia menyesal pernah bersimpati dengan pria itu hingga tidur dengannya. Cara tidak tahu kenapa Ferro memilih untuk membawanya ke Las Vegas kali ini bersamanya. Keberadaannya di mansion Ferro hanyalah seperti sebuah pajangan, pria itu tidak benar-benar membutuhkannya atau mengganggunya.

Keadaan ini membuatnya resah, resah dengan dirinya sendiri yang enggan terlena dengan kenyamanan yang diberikan oleh Ferro Belucci dan ketakutannya bila pria itu tiba-tiba melakukan hal lain yang akan menyakiti orang-orang di sekitarnya.

Cara menekankan di dalam hati berulang kali, sepanjang ia berlaku baik, maka tidak akan ada yang terjadi. Semuanya akan baik-baik saja. Christopher dan keluarganya akan baik-baik saja. Ayahnya yang brengsek itu juga akan baik-baik saja.

"Apa yang telah kulakukan?" Cara mendesah keras ketika menatap pantulan wajahnya di cermin.

"Apa yang telah kau lakukan?" Cara memutar badannya secepat yang ia bisa ketika mendengar suara Ferro dan mendapati pria itu tengah bersandar di pintu kamar mandinya entah sejak kapan.

"Apa yang kau lakukan di sini, Ferro? Ini kamar mandiku!" Cara tahu seharusnya ia tidak mundur dan nyaris menabrakkan dirinya sendiri ke wastafel yang terbuat dari marmer. "Bagaimana kalau aku sedang mandi .... "

Ferro berjalan ke arahnya, nyaris seperti pemangsa yang siap menerkam mangsanya. "Kalau begitu kita akan mandi bersama."

"Kau sakit." Cara berkomentar pelan ketika Ferro terus berjalan hingga berdiri di hadapannya sementara kedua tangan pria itu diletakkan di atas meja marmer hingga membuatnya terkurung dan tidak bisa bergerak kemana pun.

"Mungkin." Ferro tertawa kecil ketika menatap Cara. "Apa kau sudah meminum pilnya?"

Cara mengerjapkan matanya berulang kali, kali ini menyadari betapa birunya mata Ferro bila dilihat dari dekat. "A-apa?"

"Pilnya, Cara." Ferro berbisik tepat di telinganya, mengirimkan sensasi gelenyar aneh dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. "Aku mau melakukannya lagi." Ferro mencumbu telinganya lalu rahangnya, merapatkan tubuhnya semakin erat dengan Cara.

Mungkin saat pertama kali mereka melakukannya Cara tengah sedikit mabuk dan mengabaikan akal sehatnya. Mungkin saat pertama kali mereka melakukannya karena Cara merasa sedikit simpati kepada pria itu. Mereka memiliki latar belakang yang sama. Seorang ayah yang menyakiti mereka secara fisik dan emosional. Dua orang dengan kehidupan yang sama berantakannya.

"Bagaimana dengan pesawatnya?" Cara berusaha mendorong Ferro menjauh, tetapi ia tahu itu percuma ketika pria itu dengan mudahnya mengangkat tubuhnya dan meletakkannya di atas meja marmer wastafel.

"Nanti." Ferro menjawab singkat. "Aku bisa saja melakukannya di kamar mandi, tapi aku berjanji kali kedua akan lebih baik." Ferro terkekeh ketika ia mendengar erangan Cara dan mengangkat wanita itu dengan mudahnya lalu membawanya ke atas kasur. Tempat yang sama di mana mereka melakukannya untuk pertama kalinya. "I mean every single word that I said, Cara. Jadi kali ini biarkan aku menjadi pria baik-baik untukmu."

Ferro mengumamkan serangkaian kata dalam bahasa asing yang tidak ia mengerti. Pria itu melepaskan kemejanya dengan cepat dan hanya dengan sekali sentakan, handuk yang Cara kenakan terlepas begitu saja. 

Vendetta | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang