Memulai suatu hal selalu menjadi salah satu hal yang tersulit bagi seseorang, tetapi begitu kau dapat melakukannya untuk pertama kali, kali berikutnya akan begitu mudah. Dua kali, tiga kali, kau tidak akan memikirkannya begitu dalam seperti pertama kali.
Sebuah pertikaian sederhana dengan emosi yang meledak setelah dipendam begitu lama hingga akhirnya Ferro menembakkan pistolnya dan membunuh ayahnya.
Membunuh ayahnya adalah sebuah ketidaksengajaan, tetapi dia lega untuk ketidaksengajaan itu. Luciano Belucci mati, orang-orang yang membenci ayahnya mengakuinya sebagai Don Outfit dan meski hanya sesaat ia mengira ia bisa lepas dari kungkungan Outfit.
"Kenapa?" Cara bertanya ragu. Matanya tidak bisa lepas dari luka panjang itu, begitu mengerikan sekaligus indah di saat yang bersamaan. Ferro meluruskan lengan kemejanya kembali, menutupi luka panjang itu hingga akhirnya Cara tidak memiliki pilihan lain selain mengalihkan pandangan matanya ke wajah Ferro, mendapati pria itu juga terus memerhatikannya.
"Apa kau pernah ingin meninggalkan ayahmu, Cucciola?" Panggilan itu lagi, Cara tidak tahu apa artinya tetapi ia mengangguk, mengiyakan pertanyaan Ferro. "Bagaimana caranya?"
"Aku ingin lari." Cara berbisik lirih. Ia ingin lari, tetapi sejauh apa pun ia berlari pada akhirnya ia kembali ke Tony Williams, melihat ayahnya yang bahkan tidak menyapanya meskipun ia kabur selama berhari-hari dan kembali masuk ke kamarnya yang tidak berubah sejengkal pun.
Tak lama setelah Ferro menculiknya untuk pertama kalinya dulu, ia berusaha kabur dari rumah. Tak peduli bila Ferro datang dan merenggut ayahnya atau orang-orang yang ia kenal. Cara hanya ingin pergi meninggalkan tempat terkutuk itu, memulai hidup di mana tak ada orang yang mengenalinya.
Bukan Tony Williams yang membuatnya kembali ke tempat terkutuk itu, Christopher lah yang membuatnya kembali. Dia sepadan. Chris sepadan dengan apa yang ia rasakan selama di tempat itu, Chris sepadan dengan rasa takut, lapar, penghinaan yang ia dapatkan, juga mimpi buruk yang ia dapatkan selama beberapa tahun terakhir. Cara tidak akan menukarnya dengan apa pun.
"Tapi tidak ada kata 'lari' di Outfit, Cucciola. Kau hanya bisa meninggalkan tempat ini bila kau mati." Ferro menutup pembicaraan mereka. Pria itu mengeluarkan sebuah kain hitam dari kantong celananya lalu menutup mata Cara dengan kain itu dan mengikatnya di belakang kepalanya.
"Apa kau ingin lari?" Cara bertanya kepada kegelapan yang menyelubunginya. Ia bisa merasakan gerakan tangan Ferro yang melamban ketika pria itu selesai mengikat kain hitam yang menutup matanya.
Jantungnya berdegup kencang menunggu pria itu mengatakan sesuatu, apa saja. Ia tidak pernah suka dengan kegelapan ini. Rasanya begitu sesak dan menyiksa meski ia tahu kedua tangannya bebas dan hanya matanya saja yang tertutupi.
"Setiap saat." Cara berjengit ketika merasakan deru napas Ferro di depan wajahnya. Ia tidak menyadari sejak kapan pria itu berdiri di depannya dan begitu dekat dengannya. "Setiap saat, Cara." Cara merasakan bibir Ferro yang dingin menyentuh bibirnya, melumatnya perlahan, penuh kehati-hatian seolah-olah Cara adalah benda pecah belah yang rapuh. "Kau tidak membuat semua ini mudah." Ferro bergumam ketika melepaskan pagutan bibirnya.
Cara tak bisa melihat ekspresi wajah Ferro, tetapi ia seperti bisa mendengar nada sedih yang keluar dari mulut pria itu.
***
Perjalanan ini sepertinya tidak hanya membuat Cara gelisah, tetapi juga Ferro yang semakin sulit untuk dimengerti. Cara melirik ke arah pria itu ketika kain hitam yang melilit kepalanya akhir terlepas dan mendapati pria itu tengah menatap kosong sembari menyentuh senjatanya, terlihat terlalu waspada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vendetta | ✓
حركة (أكشن)"Semua benda punya harga. Bahkan manusia pun punya harga. Sekarang beritahu kepadaku, berapa hargamu?" Sebuah pertemuan singkat dengan pria itu membawa Cara Williams ke dalam sebuah lingkaran setan. Lingkaran yang mengurungnya, menguncinya, karena C...