Klik.
Klik.
Klik.
Mata Cara melihat pemantik ikan kod yang berada di tangan Detektif Jensen Hartnett. Klik. Klik. Klik. Klik. Bunyi tutup pemantik itu ketika Detektif Jensen Hartnett memainkannya.
Pria itu mengembuskan napas gusar lalu bangkit berdiri meninggalkannya seorang diri di dalam ruang interogasi dengan kedua tangan yang terikat borgol dan jaket yang masih tersampir di bahunya.
"Ada apa?" Detektif Alan Darlings bertanya kepada atasannya itu ketika Jensen masuk ke dalam ruang pengawasan yang terletak di balik cermin ruang interogasi.
"Dia tidak mau berbicara." Jensen memperhatikan sosok gadis yang berada di ruang sebelahnya. Sebuah ruang introgasi dengan cermin dua arah. Sudah bukan rahasia lagi kalau cermin itu bukan cermin biasa. Orang-orang yang berada disebelah ruangan bisa melihat semua gerak orang yang berada di ruang introgasi tanpa ketahuan ditambah lagi dengan CCTV yang ditaruh di ruang sempit itu.
Alan ikut memperhatikan gadis yang berada di ruang itu. Wajahnya lebam membiru di beberapa sudutnya, rambutnya menutupi wajahnya yang lebam, gadis itu mengkerut di bangkunya menundukkan kepalanya sedalam mungkin, membuat Alan sulit mengetahui ekspresi di wajah gadis itu. Takut kah? Atau mungkin bahagia? Bagaimanapun juga gadis ini dilaporkan hilang sejak beberapa bulan yang lalu dan baru ditemukan beberapa hari yang lalu. Apakah dia termasuk salah satu korban penjualan manusia? Alan dengar sekarang mereka mencari gadis-gadis remaja untuk dijadikan wanita penjaja seksual. "Apa yang terjadi padanya?"
"Aku mengikutinya selama berbulan-bulan dan ketika berhasil mendapatkannya dia tidak mau berbicara." Jensen memperhatikan gadis itu. Sudah berbagai cara ia coba lakukan agar gadis itu mengeluarkan suara sedikit pun, mulai dari cara paling halus dengan memanggil psikiater hingga cara paling kasar dengan cara membentak gadis itu. Gadis itu tidak bergeming sedikit pun dan Jensen terlihat seperti nyaris kehilangan kesabarannya.
"Apakah kau ingin aku berbicara dengannya?" Alan yang biasanya duduk di belakang cermin memperhatikan interaksi keduanya kemudian berbicara. Meski ia sendiri tidak yakin dapat membuat gadis itu bersuara. Jensen bahkan psikiater yang datang tidak sanggup membuat gadis itu mengeluarkan sepatah kata pun. Bagaimana dengan dirinya yang tidak ada apa-apanya?
"Cobalah." ucap Jensen putus asa. Alan beranjak dari kursinya mengambil sebuah bundel map yang berisi informasi gadis itu dan sebuah alat perekam suara. Bundel itu berisi banyak informasi, sekumpulan kertas yang terlalu tebal untuk gadis seukuran dirinya, dia terlihat terlalu muda untuk terlibat jaringan kejahatan besar di Chicago.
Alan masuk ke dalam ruang interogasi dengan hati-hati. Untuk pertama kalinya berada di depan cermin menatap gadis itu langsung tanpa adanya pembatas kaca. Alan duduk di hadapan gadis itu, membuka bundelnya diatas meja lalu menatap gadis itu lurus. Menyadari kedua mata cokelat terang gadis itu, bukan wanita itu. Wajahnya terlihat dewasa, lebam itu mengurangi kecantikannya namun ia masih terlihat cantik. Rambutnya pendek sebahu, terlihat sedikit berantakan karena wanita itu merasa tidak perlu repot-repot menyisirnya. Alan terpaku menatap wanita itu. Untuk pertama kalinya wanita itu tersenyum, pertama kalinya semenjak dia ditemukan. "Cara Williams." Alan membaca informasi yang berada di mapnya lalu terhenyak begitu menyadari kalau wanita itu usianya baru delapan belas tahun. Keterlibatannya dengan salah satu jaringan kejahatan di Chicago juga tidak main-main. Kini Alan mengerti kenapa Jensen terlihat tidak sabaran. Dia bisa saja kehilangan informasi yang berharga bila wanita ini tidak berbicara.
Wanita itu tetap tersenyum kepadanya. Alan tidak bisa mengalihkan wajahnya dari wajah cantik Cara. Dia jelas lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan. "Alan Darlings." Cara mengucapkan namanya. Suaranya jernih tanpa ada getaran apapun. Alan terpaku di kursinya mendengar suara Cara, Alan mengingatkan dirinya kalau wanita itu tentu melihat tag namanya sebelum menyebutkannya. Ia melihat ke cermin dua arah itu, dia yakin Jensen sekarang pasti sama tegangnya sepertinya. Wanita itu akhirnya berbicara. Sebuah kemajuan pesat dibandingkan beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vendetta | ✓
Action"Semua benda punya harga. Bahkan manusia pun punya harga. Sekarang beritahu kepadaku, berapa hargamu?" Sebuah pertemuan singkat dengan pria itu membawa Cara Williams ke dalam sebuah lingkaran setan. Lingkaran yang mengurungnya, menguncinya, karena C...