XXXII. Padre

14.9K 1.7K 71
                                    

'Aku membencimu, Ferro.' Kata-kata Cara terngiang di dalam otaknya, entah berapa kali wanita itu mengatakan dengan gamblang bahwa dia membencinya.

Ferro tertawa kecil sembari menuangkan sebotol wiski ke dalam gelas kristal. Hubungan yang mereka lakukan, apa itu nafsu atau cinta? Hah, Ferro bahkan tidak lagi ingin tahu apa alasan kenapa dia masih mempertahankan wanita itu di sisinya. Demi Vitali, Bratva, para polisi itu atau karena egonya yang ingin melihat Cara hanya bergantung kepadanya?

'Aku membencimu, Ferro.' Ferro memejamkan matanya, mengulangi kalimat itu berulang kali di dalam benaknya. Cara mengingatkannya dengan seseorang yang ada di masa lampau, seseorang yang tidak ingin dipanggil madre, seseorang yang memilih untuk mati daripada bertahan hidup demi dirinya.

Clarissa, ibu kandungnya, Ferro bahkan tidak tahu apa Clarissa nama asli wanita itu atau bukan. Luciano tidak pernah bercerita tentang ibunya dan ingatannya tentang ibu kandungnya terhenti saat usianya masih empat tahun. Sebagian besar ingatannya tentang ibu kandungnya tidaklah menyenangkan, seperti Cara, Clarissa juga membencinya. Wanita itu benci bila dipanggil madre oleh Ferro. Satu-satunya yang menyenangkan dari masa kecilnya hanya saat-saat di mana Clarissa membawanya ke taman dan membelikan sebuah es krim loli seharga satu sen. Lalu wanita itu akan menerima hukuman dari Luciano karena rengekannya.

Memori terakhirnya tentang Clarissa adalah saat wanita itu memutuskan untuk menembak kepalanya sendiri di hadapan Ferro. Luciano datang tujuh jam setelah Clarissa memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, wajahnya nyaris tanpa ekspresi saat melihat jasad Clarissa bersimbah darah dan bagaimana Ferro kecil terpaku di apartemen yang ia tinggali bersama ibunya. Tujuh jam berada di ruangan yang sama dengan jasad ibu kandungnya.

Pada waktu itu ia tidak mengerti kenapa ibu kandungnya membunuh dirinya sendiri, Luciano masih menjadi pria asing di matanya. Pria itu datang dan pergi, sesekali membelikannya mainan yang tidak berarti. Kematian Clarissa membuat kehadiran Luciano sedikit menjadi lebih permanen di hidupnya, pria yang usianya dua kali lipat usia Clarissa itu membawanya ke Sicily, ke tempat istri sahnya berada.

'Aku membencimu, Ferro.' Ferro mendengkus saat menegak wiski yang berada di tangannya hingga habis. Rasa terbakar mengalir melewati kerongkongan hingga perutnya. Ibu kandungnya, Cara, nessuno l'ha mai amato [nobody has ever love him].

'You are just like your father, Ferro. Just exactly like him.' Kali ini kata-kata Daniella terngiang di kepalanya. Istri Charles Gage itu terlalu ikut campur dalam kehidupan pribadinya. Mungkin tanpa ia sadari ia memang menjadi terlalu mirip seperti bajingan itu, seperti Luciano. Ferro tertawa terbahak lalu melempar gelas kristal yang ada di tangannya, gelas itu menabrak dinding lalu hancur berkeping-keping.

Apa dia sudah berubah menjadi ayahnya? Menjadi Luciano Belucci? Bahkan setelah pria itu mati pun Ferro masih tidak bisa melepaskan rasa gelisah yang menggerogoti hatinya, hujanan peluru yang ia tembakkan hingga bersarang di dada ayahnya masih tidak dapat memuaskannya. Bila ia mampu menggali kuburan ayahnya dan menembak kerangkanya sekali lagi mungkin telah ia lakukan sedari dulu. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Ferro Luciano Belucci tahu, membongkar kuburan ayahnya masih belum dapat memuaskan perasaan yang menggerogoti hatinya. Ia tahu perasaan itu muncul karena ada darah pria itu mengalir dalam tubuhnya, bahkan nama tengahnya pun berasal dari nama ayahnya.

"Fuck." Ferro tertawa miris. Dia pun juga membenci dirinya sendiri.

***

Gadis itu kembali. Luca tidak menyangka Cara memutuskan untuk kembali ke tempat yang selalu ia sebut sebagai nerakanya.

"Cara kembali." Marc bersiul, sudah seperti hiburan melihat bosnya tidak mampu mengontrol istri mudanya dan melihat Cara yang seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Vendetta | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang