1. Hello

13.8K 501 130
                                    

Alvin’s pov
-Indra’s House-
05:00 WIB

Tatapanku tertuju pada sebuah foto keluarga yang terpajang di kamarku. Aku dan Alvan ketika masih berusia 5 tahun, Mama Papa yang masih bersama dan saling menyayangi, lalu background pantai itu adalah gambaran sempurna keluarga bahagia. Sayangnya kebahagiaan keluarga itu telah hancur karena drama murahan seorang wanita yang enggan ku sebutkan namanya.

Wanita ular yang licik telah merubah Papa yang penyayang dan penyabar menjadi Papa yang pemarah. Aku masih ingat dengan benar, Papa hampir memukulku karena pistol air.

Sungguh, saat itu aku dan Alvan hanya memenuhi permintaan wanita itu. Ya, wanita itu yang memintaku dan Alvan bermain pistol air di dalam rumah.

Seharusnya saat itu aku tak percaya mengenai bayi dalam kandungannya yang terhibur karena melihatku dan Alvan bermain pistol air. Tapi bagaimana? Saat itu aku sama sekali tidak mengerti mengenai kelicikan seseorang.

Aku memejamkan mataku dan menghela napas berulang kali, amarah dan dendam yang sempat mereda kini kembali membumbung tinggi. Kedua tanganku mengepal kuat, melampiaskan emosi terpendam yang ku rasakan sekarang ini.

Alvin, tenanglah.

Kau harus tetap tenang agar tidak ada seorang pun yang menyadari gerak-gerikmu. Aku meminta izin Mama dan Daddy untuk tinggal disini beberapa bulan bukan tanpa alasan, ada suatu hal yang akan ku lakukan. Kalian ingat saat aku mengatakan pada Lily dan Pak Diman mengenai pembalasan dendam?

Itu benar adanya.

Aku akan membalaskan dendam atas rasa sakit dan air mata yang dikeluarkan Mama juga adik kembarku. Setidaknya ada tiga orang yang menjadi sasaranku, yaitu Lily, Pak Diman, dan seseorang yang harus menanggung dosa-dosa ibunya.

Siapa lagi jika bukan Fira?

“Mas Alvin.” Aku menoleh, tampak seseorang yang baru saja ku bicarakan masuk ke dalam kamarku dengan senyuman lebar di wajahnya.

“Fira bawakan susu dan vitamin, Tante Ralia bilang Mas meminum ini setiap pagi.” Fira meletakkan nampan berisi susu dan vitamin di nakas. Aku tersenyum dan mengangguk, Fira berjalan ke arah rak berisi album-album foto dengan namaku di pinggirnya.

“Ini hasil potretan Mas?” tanyanya mengambil satu sebelum duduk di meja belajar dan membukanya.

Aku mendorong kursi rodaku dekat dengannya. “Ya, aku yang memotretnya.”

“Wah, bagus sekali Mas. Tempatnya juga bagus, ada banyak bunga.”

“Ya, tempat itu bernama Australian National Botanical Gardens.” Fira mengangguk-angguk dan membalik halaman demi halaman album.

Tok

Tok

Pandanganku teralih pada seseorang yang berada di depan pintu, ia menatapku dan Fira dengan senyuman. Dia tidak takut denganku setelah apa yang ku lakukan kemarin? “Mas Alvin, Fira, sarapan sudah-”

“Stop!” teriakku membuat dua perempuan beda usia berjingkat saking terkejutnya.

“Jangan pernah menginjakkan kaki kotormu ke dalam kamarku! Keluar!” tangan Lily bergetar hebat, wajahnya pucat pasi dan air menggenang di pelupuk matanya. Tanpa mengatakan apapun dia segera keluar dari kamarku.

“Mas, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Mas Alvin sangat membenci Lily?” Fira menatapku dengan wajah sedihnya. Cih, untuk apa dia sedih? Perempuan penghianat itu tidak pantas mendapatkan simpati dari siapapun!

“Dia perempuan yang jahat, Fira.” Fira menatapku dengan wajah bingungnya. Hey, bukankah sekarang saat yang tepat untuk memulai rencanaku. Bagaimana jika langkah pertama yang ku lakukan adalah mencuci otak Fira?

Second Love : The Last MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang