Bella memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Bel sudah berbunyi nyaring sejak sepuluh menit yang lalu. Kini hanya tersisa Bella dan kedua temannya di dalam kelas.
"Bell, cepet kek. Lama amat masukin buku doang. Keburu ujan nih" ujar Risa yang sedari tadi menunggunya bersama Sasa.
"Duluan aja deh, gue kan bareng Reynald" Bella masih sibuk dengan peralatan sehabis belajarnya tadi.
"Kita juga tau lo bareng Reynald. Makanya kita bareng turunnya aja" timpal Sasa. Dikira Bella, Sasa dan Risa itu bodoh apa? Ya kali, mereka mau nebeng juga sama Reynald. Masa iya mereka bonceng berempat?
"Udah duluan aja. Gue mules nih" Bella sengaja mengulur waktu. Ia masih belum ingin bertemu Reynald setelah kejadian dikoridor tadi.
"Yaila. Yaudah kita duluan dah. Tiati lo, sendirian dikelas hahaha" Sasa dan Risa langsung keluar dari dalam kelas. Menunggu Bella yang sangat lama, membuat mereka memilih pulang duluan saja dari pada kehujanan. Bella sih enak sama pacar, lah mereka pulang berdua dengan motor Sasa.
Bella belum siap bertemu Reynald semenjak kejadian tadi. Membayangkan wajahnya saja Bella sudah seperti orang gila. Bayangkan saja ia dicium Reynald dikoridor sekolah tadi. Untungnya sepi tidak ada yang melihatnya. jika ada, mau taruh dimana mukanya.
Bella meraba bibir bawahnya, masih terbayang rasanya setiap cecapan yang dirasakan kala Reynald menciumnya.
"Ahh gila, gila, gila!! Kenapa gue kebayang yang itu. Mesum lo Bell" ujarnya memukul kepalanya. Ia frustasi saat mengingat hal itu.
Getaran dari saku roknya membuatnya mengambil benda pipih yang ia simpan disana.
Reynald is calling
Mampus, udah ditelpon. Jawab apa nih gue?. Batinnya.
"Dimana sih? Lama banget ngangkat telponnya" cerocos Reynald saat Bella menempelkan ponselnya ditelinganya.
"Dikelas ini" balas Bella singkat.
"Ngapain? Bel udah dari tadi. Gue nungguin diparkiran ampe kering ini" Bella melihat jam tangannya, pantas saja Reynald marah-marah gak tahunya ia sudah menunggu selama lima belas menit terhitung dari bel berbunyi.
"Iya maaf" hanya itu yang bisa Bella ucapkan.
"Turun cepet! Apa perlu gue susul ke kelas lo?" Bella memelototkan matanya reflek. Dari pada Reynald yang kesini, lebih baik ia saja yang kesana. Di bawah pasti masih ramai dari pada dikelasnya yang sudah sepi.
"Iya-iya ini pengen turun. Duh sabar kek" Telponpun terputus. Bella menarik napasnya dalam-dalam, menetralkan debaran jantungnya yang menggila. Bella bangun dari duduknya.
Baru berjalan dua langkah, Bella kembali lagi ke kursinya. Ia menutup wajahnya dengan lipatan tangannya.
Mama, jantung Bella mau copot. Inget muka Reynald aja ampe segininya, apalagi nanti ketemu langsung?. Ya ampun gue kolot banget sih gue.
Terdengar langkah kaki yang mendekat kearahnya. Bella mengangkat wajahnya. Degup jantungnya makin menggila, saat mendapati Reynald yang berjalan kearahnya. Reynald berjongkok dihadapannya. Bella merasakan panas disekitar pipinya.
"Kamu sakit?" ujar Reynald mengambil tangan Bella untuk diusapnya dengan ibu jarinya.
"Ha? Eng-Engga" ujar Bella gugup. Ia pasti terlihat bodoh didepan pacarnya ini.
"Kenapa masih diem disini?" Reynald menatap Bella lekat sekali, sampai Bella rasanya tak nyaman dibangkunya.
"Ini baru mau turun, kamunya udah disini" Reynald menyelipkan anak rambut Bella kebelakang telinganya, membuat Bella salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Goals (SUDAH TERBIT DI GRAMEDIA)
Teen Fiction*Follow dulu sebelum membaca. Jangan lupa vote juga! * Siapa bilang anak jaman sekarang pacarannya lebay? Bella dan Reynald membuktikan fakta bahwa mereka bukan pasangan lebay seperti diluaran sana. Walaupun mereka sering di juluki couple goals di...