Bella tengah berada didepan gedung apartemen Reynald. Sepulangnya dari sekolah, kakinya berjalan tanpa arah. Bella juga terus melamun memikirkan perkataan Raka, Risky dan Rino saat di kantin tadi.
"Gimana? Udah ada kabar dari polisi?" Raka yang tengah memakan mie gorengnya, memulai pembicaraan.
"Mereka masih ngelacak keberadaan supir truk waktu itu, biar bisa dijadiin bukti kuat kalau Langit dalangnya" jelas Risky.
"Anjing lama banget kerjanya mereka!" Rino menggebrak meja, Raka yang sudah mangap siap untuk memasukkan mie nya kedalam mulut lantas terlonjak kaget.
Risky terkekeh melihat wajah Raka, lalu berujar "Tau! Greget gue. Kasian Bella hidupnya gak nyaman, Reynald masih koma dengan Langit yang masih berkeliaran diluar sana"
"Bella?!" pekik Rino syok saat baru menyadari Bella tengah berdiri tak jauh, dengan es bubble ditangannya
"Maksud kalian apa?"
Rino, Risky dan juga Raka saling melirik satu sama lain. Lalu Raka mengangguk sebagai tanda mereka harus memberi tahu Bella akan kenyataannya.
"Bell, sini duduk. Udah saatnya buat kita kasih tau yang sebenarnya" ujar Risky menepuk bangku kosong disampingnya.
Bella menuruti omongan Risky, lalu duduk di sebelahnya. Risky dan yang lainnya tengah memikirkan cara menyampaikannya pada Bella perkara kasus kecelakaan Reynald minggu lalu.
"Sebenarnya, Reynald kecelakaan bukan karna-" tett tett bunyi bel, membuat seisi kantin gaduh untuk kembali kedalam kelas.
Bella tidak memusingkan hal itu, lalu kembali fokus dengan ketiga cowok didekatnya.
"Karna?" tanya Bella mendesak mereka untuk melanjutkan omongannya.
"Anjir! Belnya cepet amat sih. Gue belom nyalin peer ini" ujar Rino panik, lalu beranjak dari bangkunya.
"Gue duluan ya, mau nyalin peer dulu" lalu berlari keluar kantin.
Bella mendengus kesal karena ulah Rino.
"Lanjut!" titah Bella.
"Keknya pulang sekolah aja deh kita kasih taunya. Ini udh bel, kita abis ini pelajaran mtk coy gurunya kiler" ujar Risky yang diangguki Raka.
"Ah resek! Yaudah balik sekolah. Awas aja lo pada boong, gue tendang burung lo atu-atu!" Bella pergi dari hadapan mereka.
"Lah gila. Tuh anak makin bringas aja gak ada lakinya" Raka geleng-geleng kepala.
Bella baru tersadar, saat dirinya ditegur satpam yang bekerja di apartemen ini. Pasalnya sedari tadi Bella hanya berdiri diam didepan gedung yang menjulang tinggi dihadapannya.
Satpam tersebut menanyakan keperluannya apa, dan kenapa hanya berdiri disini. Bella hanya menjawab, bahwa ia ingin ke apart temannya yang berada dilantai sembilan.
Selesai dengan satpam didepan sana, Bella masuk kedalam lift. Ia ingin mengobati rasa rindunya pada Reynald. Makanya ia pergi ke apartemennya.
Didepan pintu bercat cokelat, Bella berdiri diam. Ia ragu apa harus masuk kedalam atau tidak. Kalau ia masuk, kenangan didalamnya masih sangat terbayang diingatannya. Belum apa-apa saja, hati Bella sudah terasa sakit mengingat kenangan yang sepintas mampir dipikirannya.
Bella berlari keluar gedung apartemen itu, ia menetralkan napasnya yang ngos-ngosan di taman belakang apartemen itu. Dadanya sangat sesak, hingga air mata turun dipipinya. Ia tidak rela banyangan akan kenangannya bersama Reynald terus berputar diotaknya bercampur dengan wajah pucat Reynald yang terbaring di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Goals (SUDAH TERBIT DI GRAMEDIA)
Teen Fiction*Follow dulu sebelum membaca. Jangan lupa vote juga! * Siapa bilang anak jaman sekarang pacarannya lebay? Bella dan Reynald membuktikan fakta bahwa mereka bukan pasangan lebay seperti diluaran sana. Walaupun mereka sering di juluki couple goals di...