Part 31

568 67 16
                                    

"Baru aja gue berharap, tapi gue udah patah hati sebelum harapan itu terwujud"
-Tiyara Ramadhani-

***
♥♥♥
Home Rara

Usai berbelanja dari mall tadi, Rara, Elsa dan Putri memilih pulang. Karna kedatangan Ivan tadi membuat mood Rara buruk. Padahal sejujurnya hari ini mereka akan menghabiskan waktu bersama. Setidaknya kenangan manis dari Jakarta sebelum ke Surabaya.

Beruntung masih ada hari esok untuk bersantai-santai. Setidaknya untuk melupakan masalah Ivan dan pergi ke Surabaya dengan tenang.

Rara tengah bersantai dikamarnya. Dia menatap langit-langit kamarnya.

"Maaf van, jujur gue juga belum sepenuhnya move on dari lo. Tapi gue rasa ini yang terbaik, biar gak ada lagi yang tersakiti" Gumam Rara.

Tiba-tiba ponsel Rara yang ada di atas meja bergetar menampilkan sebuah nama yang akhir-akhir ini menjadi moodboster Rara.

Rara membaca pesan tersebut dan merasa sangat kecewa. Padahal dia sudah cukup berharap bahwa Afisan akan datang menemuinya sebelum dia pergi ke Surabaya.

"Baru aja gue berharap, tapi gue udah patah hati sebelum harapan itu terwujud" Gumam Rara lirih, tak sadar matanya mulai berkaca-kaca.

♥♥♥
Apartemen Afisan, Bandung

Disisi lain saat kini Afisan sedang memikirkan Rara. Dia menyandarkan kepalanya di sofa. Rasti dan Aldi baru saja keluar rumah untuk makan, Afisan diajak tapi dia menolak.

Afisan mengerang frustasi.

"Harusnya gue gak punya rasa sama lo gini Ra. Gue udah ngecewain lo. Gue ngerasa bersalah. Bahkan mungkin karna kehadiran gue yang buat lo sama Ivan putus" Teriak Afisan kesal pada dirinya sendiri.

Afisan menyalahkan dirinya sendiri, mengapa dengan mudah dia jatuh cinta pada Rara. Padahal dulu, mantan Afisan yang berusaha selama satu tahun untuk membuat Afisan jatuh cinta saja gagal. Tapi mengapa sekarang secepat ini?

Tok Tok Tok

Terdengar suara ketukan di pintu apartemen Afisan. Afisan bingung .

"Apa Rasti sama Aldi? Tapi mereka kan baru aja pergi 30 menit lalu. Gue lihat dulu lah" Batin Afisan.

Afisan berjalan lemah ke arah pintu apartemennya. Ketika pintu dibuka.

Bukk

Bukk

Pukulan bertubi-tubi pada wajah dan tubuh Afisan. Hingga bibirnya sobek. Terlihat darah mengucur dari pinggir bibirnya. Afisan mencoba bangkit. Tapi laki-laki itu menjatuhkan pukulan lagi.

Bukk

Bukk

Berkali-kali, hingga Afisan sudah lemah tak berdaya.

"Cu- cukup" Ujar Afisan terbata sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Laki-laki itu tersenyum menang melihat musuhnya terkapar dilantai. Afisan memang bisa bela diri, tapi untuk serangan mendadak dia tak bisa mengantisipasinya.

Aku, Kamu, dan Impian Kita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang