Part 52

461 69 4
                                    

"Aku masih mengingatmu. Tak mungkin aku lupa akan orang yang sangat ku cintai"
-Afisan Zakarya-

***

Pagi ini Afisan memulai aktivitas dengan belajar mengukir di kayu.

"Jadi seperti itu caranya paman?" Tanya Afisan yang melihat pamannya menjelaskan.

"Iya san. Paman pergi dulu ya san. Sebentar lagi ada Deni yang datang bantu kamu" Ujar Wayan.

"Deni siapa paman?" Tanya Afisan.

"Dia anak teman paman san. Paman udah bilang sama dia buat ajarin kamu san" Ujar Wayan.

"Oke baiklah paman" Ujar Afisan. Setelahnya Wayan pergi meninggalkan Afisan. Afisan kembali meneruskan ukir mengukir nya.

15 menit Afisan masih mencoba. Hingga ada seorang laki-laki yang menghampiri nya.

"Lo Afisan kan?" Tanya laki-laki itu, Afisan mendongak kearah suara. Dia tersenyum melihat laki-laki yang berdiri di depannya. Yang seumuran dengannya.

"Iya, deni ya? Duduk lah den bantu gue ya" Ujar Afisan. Deni langsung duduk disamping Afisan.

"Lo mau bikin apa ini?" Tanya Deni.

"Gue baru belajar den. Tapi gue mau ukir nama tunangan gue" Ujar Afisan.

"Tunangan?" Tanya Deni.

"Iya den. Tunangan gue di Jakarta sekarang" Ujar Afisan.

"Oooh.. Sini gue ajarin" Ujar Deni lalu dengan telaten mengajari Afisan. Afisan sangat bersemangat apalagi setelah satu jam bergelut dengan barang-barang itu, hasilnya cukup memuaskan.

"Mau gue ajarin nglukis juga gak?" Tanya Deni.

Afisan tersenyum dan sangat antusias.

Di hari yang menjelang siang ini sampai sore hari, Afisan masih terus fokus dengan cat air dan kuasnya. Deni pun masih setia mengajari Afisan dengan memakan beberapa makanan yang di berikan Nadin tadi.

"Fyuhh.. Akhirnya selesai" Ujar Afisan menghela nafas lelah. Pada dasarnya Afisan memang pandai menggambar jadi mudah buat dia belajar melukis.

"Bagus san. Padahal baru hari pertama. Gue dulu harus berlatih satu minggu baru jadi satu lukisan" Ujar Deni sambil terkekeh pelan. Ia mengingat betul bagaimana dia sangat antusias saat Ayah dan pamannya mengajarinya melukis.

"Terus sekarang mau di kemanain san? Mau lo anter ke tunangan lo?" Tanya Deni.

"Gue belum bisa ketemu dia sekarang Den. Padahal 3 hari lagi dia ulang tahun" Ujar Afisan memasang muka sedih.

"Gue kangen ra. Tapi belum saatnya gue kembali. Gue gak bisa lupain semuanya karna lo wanita yang gue cintai setelah mama" Batin Afisan.

"Lusa gue ke Jakarta san. Mau main ke rumah nenek sambil nganter pesenan lukisan. Mau nitip sama gue?" Tanya Deni. Deni memang lahir dan besar di Jakarta, hingga saat lulus SMP dia pindah ke Bali bersama orangtuanya karna mereka membeli rumah di Bali. Tinggallah ia sekarang disini.

Bahkan Wayan, paman Afisan dan keluarganya dulu juga tinggal di Jakarta. Hingga saat usia Nadin 10 tahun mereka pindah ke Bali juga. Afisan menatap Deni dengan mata berbinar.

Aku, Kamu, dan Impian Kita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang