Part 39

460 82 12
                                    

"Gue ingin menyangkal semua hal yang gak sejalan sama fikiran gue. Tapi, bukti itu cukup mengalahkan logika gue"
-Tiyara Ramadhani-

***

Afisan kini bingung mencari keberadaan Rara, padahal menurut informasi, pesawat dari Surabaya sudah sampai. 30 menit berlalu, Afisan masih mencari Rara.

"Lo dimana sih ra? Argghh pasti tadi gue kelamaan ngobrol sama Nadia" Ujar Afisan.

Flashback On
Hari ini Rara pulang dari Surabaya. Afisan dengan semangat menjemput Rara dan teman-temannya sendiri. Bahkan Ridwan dan Aldo tak dibolehkan ikut.

Satu jam sebelum pesawat Rara sampai, Afisan sudah tiba disana. Dia duduk sendiri di ruang tunggu dengan memainkan ponselnya. 10 menit saat Afisan duduk, ada seorang wanita dengan mendorong dorongan bayi yang berumur sekitar 2 tahun, wanita itu menepuk bahu Afisan.

"San.." Lirih wanita itu saat menepuk bahu Afisan. Afisan mendongak, dia amat terkejut melihat seorang wanita yang dirindukannya. Seorang sahabat yang waktu itu entah menghilang begitu saja.

"Nadia?" Tanya Afisan tak percaya. Nadia memang panggilan untuk wanita yang memiliki nama lengkap Stefanny Nadia itu. Tapi panggilan itu hanya untuk orang terdekatnya.

Nadia hanya mengangguk lalu duduk disamping Afisan.

Hening beberapa menit hingga akhirnya Nadia buka suara.

"Udah lama ya kita gak ketemu san.." Ujar Nadia.

"Lo aja yang perginya terlalu jauh Nad. Lagian lo kemana aja sih selama ini Nad?" Tanya Afisan.

"Gue malu sama lo san.. Gue sekarang jadi remaja gagal. Karna harus nya gue masih nikmatin masa kuliah. Tapi gue terikat dengan bayi ini" Ujar Nadia sambil melihat kearah bayi mungil disampingnya. Afisan mengikuti arah pandang Nadia.

"Maksudnya Nad?" Tanya Afisan bingung.

"Lo masih inget waktu gue bilang gue pindah rumah? Tapi gue gak pernah ngasih tau alamat rumah gue yang baru. Bahkan saat kita pacaran. Sebenarnya waktu itu gue lagi proses perjodohan sama papanya simungil Brian ini" Ujar Nadia sambil menatap sendu bayi mungil yang namanya brian itu.

"Jadi?" Tanya Afisan yang masih bingung.

"Waktu itu gue maksa lo pacaran sama gue, karna gue pengen lo jatuh cinta sama gue. Biar lo mau merjuangin gue dan batalin pernikahan gue. Tapi waktu 5 bulan berlalu lo gak kunjung punya rasa itu. Hingga gue pasrah sama perjodohan gue" Ujar Nadia dengan mata yang nampak berkaca-kaca.

"Harusnya lo bilang sama gue itu alesan lo maksa gue jadi pacar lo nad. Mungkin gue bakal usaha buat bantuin lo" Ujar Afisan merasa bersalah.

"Gue gak mau maksa lo cinta sama gue san" Ujar Nadia.

"Maafin gue Nad" Ujar Afisan.

"Gapapa san. Lagian lambat laun gue udah bisa move on dari lo dan sepenuhnya cinta sama papanya Brian" Ujar Nadia tersenyum.

"Gue harap lo bahagia ya Nad" Ujar Afisan lalu memeluk sahabatnya itu.

"Lo juga harus bahagia sama pilihan lo san" Ujar Nadia tersenyum tulus lalu melepas pelukannya.

"Jadi ini namanya Brian?" Tanya Afisan pada Brian. Brian hanya tertawa. Afisan gemas dan menepuk pelan pipi Brian. Tak lama kemudian Brian ngoceh dengan bahasanya.

Aku, Kamu, dan Impian Kita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang