Part 12

556 62 7
                                    

   Afisan pergi dari rumah melewati Reza yang menatap nanar kepergiannya. Reza merutuki dirinya. Bagaimana bisa tadi dia menampar anaknya.

'Maafkan papa san, papa egois. Tapi papa masih belum bisa melupakan kepergian mamamu' Batin Reza.
.
.
  Affan langsung menghubungi Rara meminta Rara untuk menghampiri dan menenangkan Afisan.

Call On.
"Hallo Ra"

"Iya bang ada apa?"

"Gue mau minta tolong ra, tolong sekarang lo pergi temui Afisan. Afisan pergi dari rumah ra"

"Hah? Kenapa bang kok pergi? Dia kemana bang?"

"Nanti pasti dia bakal cerita ke lo kok ra, sekarang gue share loc apartemen Afisan ya, gue harap lo bisa nenangin dia"

"Iya bang"

Call Off.

  Setelah selesai menghubungi Rara, Affan turun dari kamar Afisan dan menghampiri papanya.

"Maafin papa fan, papa gak bisa kontrol emosi papa" Ujar Reza menyesal.

"Udahlah pa, gak usah di bahas lagi. Biarin Afisan pergi menenangkan diri" Ujar Affan.

"Papa gak mau Afisan mengejar mimpi nya itu fan" Ujar Reza.

"Ada kalanya papa harus tau kalau mengekang anak itu gak harus setegas ini pa! Afisan udah besar, dia bisa nentuin masa depannya! Affan udah rela kubur impian Affan cuma untuk papa!! Sekarang Affan mohon pa, jangan lagi!! Biarin Afisan mengejar impiannya" Ujar Affan dengan sedih.

"Kamu tau kan fan, masalalu papa dan mama! Mama pergi ninggalin kita karna kecerobohan papa!! Juga karna menyanyi!! Nggak pokoknya papa gak akan izinin Afisan mengejar impiannya!! Afisan akan jadi penerus perusahaan papa karna kamu memilih jadi dokter" Ujar Reza dengan amarahnya lalu pergi meninggalkan Affan.

  Affan menangis kala mengingat kembali kepergian mamanya 12 tahun silam, tapi disatu sisi dia juga gak ingin Afisan mengorbankan mimpinya. Biarkan hanya dia yang berkorban.

"Kenapa ya Allah, kenapa harus keluarga Affan. Affan mohon kembalikan semuanya Ya Allah" Ujar Affan di sela tangisannya.

♥♥♥
Afisan Posisi

  Di satu sisi kini Afisan sudah sampai di apartemen miliknya. Yang di berikan papanya saat dia memutuskan memilih fakultas ekonomi. Disana Afisan menangis dan sangat tak menyangka papanya begitu melarangnya.

"Kenapa papa tega nglakuin ini semua!!" Gumam Afisan lalu mengacak rambutnya.

  Tak lama kemudian pintu apartemen Afisan diketuk oleh seseorang. Afisan langsung membukakannya dengan airmata yang masih mengalir deras di pipinya. Entah sekarang apa yang akan dikatakan orang, seorang Afisan menangis seperti anak kecil.

  Afisan diam mematung saat yang didapatinya orang yang mengetuk pintu itu adalah Rara.

"San, lo kenapa? Lo baik-baik aja kan?" Tanya Rara khawatir karna kondisi Afisan yang tak begitu baik. Rambut acak-acakan dan airmata nya.

'Hah? Astaga? Afisan menangis? Sebenarnya apa yang telah terjadi?' Batin Rara.

  Afisan masih terdiam. Tak lama kemudian dia memeluk sosok didepannya itu dan menghamburkan segala keluh kesahnya di pelukan Rara. Rara membalas pelukannya dengan hati miris. Dia mendapati sosok yang slalu ceria menangis sejadi-jadinya.

"Tenang san, sekarang ada gue, lo bisa cerita semuanya sama gue" Ujar Rara menenangkan.

"Papa ra!! Papa egois" Ujar Afisan. Afisan lalu melepas kan pelukannya dan mempersilahkan Rara masuk lalu duduk di soffa bersamanya.

"Udah tenang, sekarang lo cerita sama gue apa yang terjadi" Ujar Rara .

"Papa tau kalau selama ini gue manggung ra, papa marah sama gue karna gue udah nglanggar aturan papa!!" Ujar Afisan terisak. Rara menepuk pelan bahu Afisan agar Afisan lebih tenang.

"Maafin gue san, karna gue ngajak lo nyanyi semua jadi kayak gini" Ujar Rara merasa bersalah.

"Gak ini bukan salah lo ra, papa yang egois!! Papa gak pernah ngertiin apa mau hati gue!! Papa selalu memaksakan semuanya!! Padahal gue juga udah nurutin mau dia untuk ambil fakultas ekonomi. Gue kira setelah ini papa izinin gue nyanyi!! Tapi ternyata gue salah" Ujar Afisan tertunduk.

"Apa salah sih ra, gue mau jadi penyanyi? Entah kenapa gue rasa dari menyanyi gue nemuin jiwa gue!! Ini hidup gue, semua kekesalan dan senang yang gue rasain bisa gue ungkapin lewat lagu! Tapi lagi-lagi papa egois!! Dia cuma mau kalau apa yang diinginkan terwujud!! Padahal kalau sekedar meneruskan perusahaan gue bisa!! Dan gak harus larang gue nyanyi!!" Ujar Afisan yang masih terisak.

"Lo harus sabar san, mungkin dibalik semua ini papa lo nyimpen sesuatu yang bikin dia larang lo nyanyi" Ujar Rara.

"Iya ra, papa bilang karna papa nyanyi dulu, mama pergi ninggalin papa. Papa takut hal itu juga akan terjadi sama gue atau bang Affan. Tapi kan taqdir setiap orang beda ra. Papa juga gak pernah cerita perihal penyebab kematian mama!! Gue rasa cuma gue manusia bodoh yang gak tau gimana kejadian mama gue meninggal. Saat itu gue masih kecil bahkan gue gak ngerti apa yang terjadi saat itu." Ujar Afisan sambil menatap Rara.

"Mungkin papa lo punya trauma yang cukup besar san. Dia bukannya gak mau cerita, tapi mungkin belum saatnya. Lo harus maklumin san. Lo harus ngertiin papa lo juga" Ujar Rara.

"Gak ra, gue udah tentuin pilihan pergi dari rumah dan gue akan cari sendiri biaya hidup gue dan itu dari nyanyi. Gue cuma mau suatu saat papa ngerti kalau nyanyi gak akan ganggu kehidupan gue. Gue akan bikin papa sadar" Ujar Afisan.

"Jadi lo bakal tinggal disini?" Tanya Rara.

"Iya ra, dan lo tau darimana alamat apartemen ini ra?" Tanya Afisan yang sekarang sudah mulai tenang.

"Dari bang Affan san, dia nyuruh gue buat tenangin lo, dan buat temenin lo" Ujar Rara.

  Afisan lalu menggenggam kedua tangan Rara.

"Ra, thanks ya lo udah mau datang kesini dan nemenin gue saat gue hancur kayak gini" Ujar Afisan.

"Iya san sama-sama" Ujar Rara.

"Lo mau kan temenin gue malam ini ra? Gue mohon, gue masih butuh kehadiran lo dan mungkin temen-temen yang lain nanti gue suruh kesini. Gue pengen lupain semua ini lagian besok juga hari minggu. Mau kan ra?" Tanya Afisan.

  Rara melepaskan genggaman tangan Afisan nampak berfikir dan juga sadar dia sudah meninggalkan sesuatu.

'Astaga! Ivan? Saking paniknya tadi gue tinggalin dia gitu aja pas makan. Tapi gue gak tega juga tinggalin Afisan dikondisi hancur kayak gini. Mungkin nanti gue jelasin ke Ivan biar dia gak salah faham' Batin Rara.

"Emm yaudah nanti aku telfon Ayah ya dan lo hubungin Aldi dan Aldo, gue juga hubungin Elsa dan Putri" Ujar Rara.

"Iya ra, thanks yaa" Ujar Afisan.
.
.
.
Bersambung...
Duh Rara perhatian banget guys sama Afisan. Saking khawatir nya sama sahabatnya Afisan dia ninggalin pacarnya gitu aja😂
Gimana ya reaksi Ivan?
Tunggu deh next next part✌

Jangan lupa Vote dan Comment yaa guyss...
Biar Author tambah semangat ngetiknya.

Follow Ig Author:
@jnations_wikaayu354

Salam Cinta Dari:
Wika Ayu Nur Rohmani✌
Terimakasih...

Aku, Kamu, dan Impian Kita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang