"Gue kecewa sama lo! Lo lebih milih mengabaikan gue dan percaya sama dia. Tanpa dengerin apa yang terjadi. Bahkan gue sendiri gak faham kenapa lo marah sama gue."
-Afisan Zakarya-***
Pagi ini Afisan masih setia berbaring dikasurnya. Demamnya sudah turun tapi pucat diwajahnya tak kunjung menghilang. Semalam karna hujan-hujan nungguin Rara keluar dari rumah, buat Afisan jadi sakit sekarang. Dan Fia lah yang semalam menjaganya, tentu karna ada maunya makanya dia jagain Afisan.
Semalam Fia memang datang ke Bandung, dia mencari-cari rumah Afisan. Hingga akhirnya Fia ikut Affan untuk menjemput Afisan. Fia bersorak, kedatangannya tepat waktu. Tepat saat Afisan dan Rara berantem.
"Kak, makan lagi ya. Biar kamu cepet sembuh" Ujar Fia. Afisan hanya menatapnya datar dan dingin.
"Nggak usah aku kamu fi. Lo gue aja!" Ujar Afisan dingin. Rasa-rasanya tak pantas seorang Afisan bersikap dingin. Wajahnya yang baby face dan tampan tak cocok untuk ekspresi dingin dan datar.
Fia hanya mengangguk.
"Lo boleh keluar fi, gue pengen istirahat" Ujar Afisan lalu menutup kedua matanya dengan tangan kanannya.
"Untung gue suka. Coba kalo nggak!!" Batin Fia kesal lalu keluar dari kamar Afisan.
***
Sementara di satu sisi, kini Rara, Ridwan dan Bella tengah di perjalanan menuju rumah Afisan. Rara berharap-harap cemas. Semoga Afisan sudah membaik.
30 menit kemudian, mereka sudah sampai. Ridwan mengetuk pintu. Dan betapa terkejutnya Rara ketika yang membuka pintu adalah Fia.
"Jadi semalam beneran Fia?" Batin Rara.
Tak lama dari belakang Fia, datang Affan.
"Siapa Fi?" Tanya Affan. Affan lalu melihat diluar ternyata Ridwan sudah datang. Tapi tak hanya dengan Bella. Rara juga?
"Lo ngapain kesini Ra?" Tanya Affan pada Rara.
"Bang Affan pasti marah. Karna gue udah bikin Afisan sakit" Batin Rara.
"Biarin dia nyelesaiin masalahnya sama Afisan fan" Ujar Ridwan.
Mereka langsung masuk ke dalam rumah, sementara Rara langsung kekamar Afisan. Rara membuka pintu perlahan. Dilihatnya sosok laki-laki yang disayangi nya tengah terlelap dengan tangan kanannya yang menutupi matanya. Rara menutup pintu lalu berjalan mendekat ke arah Afisan.
Rara duduk di kasur Afisan. Dia menatap lekat wajah damai Afisan yang tengah tertidur. Rara juga melihat wajah Afisan masih pucat. Rara memegang pelan tangan Afisan. Mengelusnya pelan-pelan agar Afisan tak terusik.
"San, maafin gue. Harusnya semalem gue ngomong in masalah ini baik-baik sama lo. Tapi gue udah terlalu terbakar omongan Ivan san. Maafin gue" Gumam Rara. Afisan yang tidak benar-benar tidur masih terdiam menunggu apa yang akan Rara katakan.
"Gue egois san. Gue gak biarin lo jelasin semuanya. Padahal lo selalu memberikan yang terbaik buat gue. Lo datang baik-baik dan minta penjelasan tentang aku yang pulang duluan dari bandara. Lo masih mau dengerin ucapan gue setelah dengan teganya gue pulang duluan saat lo udah nunggu gue lama." Ujar Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Impian Kita (End)
RandomKisah 2 orang yang memiliki mimpi atau cita-cita yang sama tapi ada pertentangan dari orang tua.