Epilog

599 67 15
                                    

"Karna meraih kebahagiaan ini sulit apalagi mempertahankannya"
-Tiyara Ramadhani-

***

5 tahun kemudian...


Seorang anak kecil laki-laki yang berusia kurang lebih 3 setengah tahun tengah berlari tapi cukup pelan, karna dibelakangnya ada gadis kecil yang baru berusia sekitar 13 bulan yang baru bisa berjalan dan mulai berceloteh ria.

"Ana ayo kejar kakak" Ujar anak laki-laki itu sambil tersenyum ke adiknya. Meski berlari pelan, tetap saja gadis kecil bernama lengkap Diana itu tak bisa mengejar kakaknya, karna Diana saja baru bisa berjalan satu bulan lalu.

"Kak,,, udah dong berhenti. Kasian itu adeknya" Ujar wanita cantik yang duduk dibangku taman sambil mengupas apelnya.

Mendengar ucapan bundanya, tiba-tiba saja anak laki-laki itu berhenti membuat adiknya yang masih mencoba terus berjalan menabraknya dan terjatuh lalu menangis.

Rara yang mendengar tangisan putri kecilnya segera meletakkan apelnya dan menghampiri putrinya. Ya, dua anak itu adalah anak Rara dan Afisan.

Rara meraih Diana dan mendekapnya hingga putri kecilnya itu berhenti menangis. Tatapannya kini beralih pada putranya, Dewa yang menundukkan wajahnya.

"Maafin Dewa bun" Cicit Dewa lirih.

Rara tersenyum, putranya itu tau betul kapan harus berucap maaf dan kapan berucap terimakasih. Kalau dia salah dia akan selalu minta maaf meski tak disuruh dan meski dimaafkan tetap saja anak itu akan terlihat sedih.

Kadang meski tak tau apa salahnya, Dewa tetap minta maaf, hal itu membuat nya ingat pada Afisan dulu yang selalu minta maaf meski tak tau apa salahnya dan selalu memaafkan sebesar apapun kesalahannya.

Rara berdecak, putranya ini memang menuruni sikap Afisan yang lucu dan lembut.

"Nggak kakak, kakak gak salah kok. Udah gak usah sedih gitu. Adek juga gapapa kok" Ujar Rara sambil menyentuh pundak Dewa.

Dewa mendongak, melihat kearah bundanya dan Diana yang menatapnya dengan tersenyum. Rara melihat kearah Diana yang tersenyum, membuat Rara juga tersenyum. Putri kecilnya ini memang pandai membaikkan suasana.

Meski masih kecil, tapi Rara rasa Dianw cukup peka dengan keadaan. Dewa membalas senyuman Diana lalu mencubit pelan pipi Diana, tanda tak ingin menyakiti adiknya.

"Maafin kakak dek" Ujar Dewa. Diana hanya terkekeh karna melihat muka lucu Dewa.

"Bundaa, Dewa, Ana... Ayah pulang" Teriak Afisan dari dalan rumah. Karna Rara memang berada ditaman belakang rumah mereka. Rumah Reza lebih tepatnya.

Rara yang mendengarnya langsung menyahut.

"Kita dibelakang yah" Teriak Rara. Afisan segera melangkah menenteng paper bag di kedua tangannya. Kedatangannya ke taman belakang, langsung disambut Dewa yang berlari kearahnya.

Afisan berjongkok menyamakan tingginya dengan jagoannya itu. Lalu mengacak gemas rambut Dewa.

"Ayah kangen deh" Ujar Afisan.

Aku, Kamu, dan Impian Kita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang