Part 59

450 66 6
                                    

"Gue emang manusia bodoh yang pernah nyakitin lo ra. Gue harap sekarang lo nemuin bahagia lo"
-Ivan Aditya-

***

Hari demi hari pun sudah dilalui. Ini sudah 4 bulan setelah perundingan pernikahan dan kedatangan Hadi kakek Afisan waktu itu. Affan dan Bella pun sudah menikah sebulan lebih. Kini tinggal menuju hari H pernikahan Rara dan Afisan.

Hari pernikahan yang tinggal satu bulan  lagi tak membuat Afisan bersantai-santai. Justru dia semakin disibukkan dengan segala urusan. Senin sampai Jum'at dia gunakan untuk kerja dan kerja bahkan bolak balik Bali dan juga Bandung.

Waktu bersama Rara pun semakin berkurang. Jika Senin sampai Jum'at, Afisan yang sibuk. Sabtu dan Minggu waktunya Rara yang sibuk. Namanya juga cafe dan resto, akan semakin ramai jika weekend tiba. Akibatnya, waktu Afisan dan Rara bersama sangatlah singkat.

Rara juga sering menelan kekecewaan, saat Afisan memilih pekerjaan daripada pergi bersamanya. Hari ini Rara dan Afisan ada jadwal fitting baju. Dan Rara sangat berharap Afisan tak sibuk.

"Afisan mana ra?" Tanya Ema.

"Rara gak tau bunda. Afisan ditelfon gak aktif terus bun" Ujar Rara.

"Terus gimana fitting bajunya ra?" Tanya Ema.

Rara hanya menggeleng pasrah. Saat ini Rara dan Ema sedang perjalanan ke butik tempat fitting baju. Butik itu juga tempat Affan dan Bella fitting baju.

Kadang Rara iri pada kakaknya Bella. Sabtu dan Minggu sudah pasti Bella dan Affan akan menghabiskan waktu bersama. Sebagai pengantin baru. Meski menjadi dokter, Affan memang meminta libur hari Sabtu dan Minggu agar bisa menghabiskan waktu dengan keluarga.

Ema dan Rara sampai di butik. Rara mengernyit heran, dia pernah datang ke butik ini sebelumnya tapi dia lupa dengan siapa. Rara tak memusingkan hal itu, dia melangkah mengikuti Ema dari belakang.

"Hai ma, lama kita gak ketemu" Sapa pemilik butik pada Ema. Ema tersenyum dan membalas pelukan dari Santi teman kuliahnya dulu.

"Iya san, kemarin pas Bella fitting baju aku gak ikut, dia pergi sama suaminya" Ujar Ema.

"Oh iya, aku lupa, suaminya ganteng ma, anakmu gak salah pilih. Trus ini mau pesen apa lagi ma?" Tanya Santi.

"Ini anakku yang bungsu mau nikah san. Kamu pilihin bajunya ya. Sekalian yang cowok" Ujar Ema sambil menunjuk Rara. Rara maju mendekat.

"Bentar, kayaknya aku udah pernah ketemu anakmu ma... Emm.. Kamu Rara kan?" Tanya Santi.

"Iya tante, tante kok kenal saya ya?" Tanya Rara polos. Dia memang merasa pernah ke butik ini, tapi lupa dengan siapa kesini.

"Kamu kan yang dua setengah tahun lalu kesini sama Rita dan Ivan kan?" Tanya Santi. Rara pun akhirnya ingat jika dia pernah fitting baju pertunangan dengan Ivan disini.

"Kamu mau fitting gaun nikah sama Ivan ya ra? Pantes aja Ivan tadi kesini" Ujar Santi yang membuat Rara tercenung.

"Ivan disini tante?" Tanya Rara. Ema yang mulai mengerti kemana arah pembicaraan Rara dan Santi hanya diam. Biarkan Rara yang menyelesaikan semuanya.

"Iya tadi kesini ra, tapi terus pergi lagi ada urusan. Tante juga gak tau kalau dia mau fitting baju sama kamu. Dia gak bilang sih" Ujar Santi sambil terkekeh pelan.

"Duhh,,, kenapa harus fitting di sini sih? Trus nanti kalau Ivan kesini gimana? Ya Tuhan..." Batin Rara.

"E-eh enggak tante. Rara gak mau nikah sama Ivan. Rara punya calon namanya Afisan. Kalau sama Ivan.. Emm.. Itu udah di batalin tante" Ujar Rara gugup.

Aku, Kamu, dan Impian Kita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang