Kini ketiga semprul ayan, sedang berada dikantin. Melihat ke seluruh penjuru kantin, mencari bangku kosong. Saat ini kantin sedang ramai. Sangat ramai.
"Woii mau duduk dimana nih?" tanya Davira.
"Iya nih. Ajegile~ kantin rame banget. Ampe eneg gue liatnya," ucap Naira.
"Itu tempat duduk kosong." Zelina menunjuk salah satu bangku. Bangku yang terletak di sudut kantin itu nampak kosong. Tak ada yang menyinggahi-nya.
"Tapi Lin mending ki-"
"Udah ah ayo. Keburu diambil orang." Zelina langsung melangkah mendekati bangku itu, tanpa memerdulikan kedua sahabatnya.
Sedangkan Davira dan Naira saling tatap. "Yakin?" tanya Naira.
"Ya mau gimana lagi." Davira menggidikkan bahunya.
*****
Kini mereka sedang asik mengobrol ria bersama. Menikmati makanan yang mereka masing-masing
"Main yuk. Bosen banget gue di rumah," ajak Naira.
"Ayolah. Gue juga bosen. Jadi bansur terus gue di rumah. Di suruh ini, di suruh itu. Hadeuh..." Davira memijat pelipisnya perlahan. Ia membayangkan, saat di mana sang mama terus menerus menyuruhnya. Mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, kecuali memasak.
"Bersyukur bege! Inget orang tua lo berdua masih utuh. Kalian mau nyokap bokap kalian di ambil Tuhan?" tanya Zelina.
Dengan cepat Davira dan Naira menggeleng kuat. "Engga lah!."
"Yaudah." Zelina menyerutup es teh manisnya.
"Mau main kemana nih?" tanya Davira.
"Nonton aja nonton. Gimana?" tanya Naira.
"Gue mah setuju aja," jawab Davira. "Lina gimana? Mau ga?."
"Boleh. Kapan?" tanya Zelina.
"Besok aja gimana? Besok kan libur tuh. Kita bisa seru-seruan."
"Okelah."
"Tapi nanti tungguin gue, ya. Soalnya gue nunggu abang pulang dulu," ucap Zelina yang tidak di gubris oleh kedua sahabatnya.
"Woi! Lo berdua denger gue gak sih." Zelina menghembuskan nafasnya kasar. Kedua sahabatnya yang berada persis didepannya sama sekali tidak menggubrisnya. Menyebalkan.
Zelina memalingkan wajahnya. Masa bodo dengan kedua sahabatnya.
"Lin?" panggil Davira.
"Hm," jawab Zelina tanpa mengalihkan pandangannya dari siomai yang sedang ia santap.
"Pin-pindah tempat yuk," ajak Naira.
Zelina mendongakkan kepalanya. Menatap kedua sahabatnya. Entah kenapa, sikap Naira dan Davira seketika berubah. Sepertinya mereka panik.
"Males ah. Udah pewe gue disini."
"Lin ayo kita pin—" ucapan Davira terpotong begitu saja.
"Masih betah duduk disini?."
Zelina tersentak. Ia tersedak. Dengan cepat ia meraih esnya dan meminumnya hingga tuntas.
Zelina memutar tubuhnya. Mendapati lelaki jangkung yang sedang menatapnya tajam.
Ia manautkan kedua alisnya. Seperti pernah melihat. Tapi dimana?. Otak Zelina terus berputar, hingga suara berat menyadarkannya.
"Masih betah disini?" tanyanya kembali.
"Iya. Kenapa?" tanya Zelina menantang dan langsung bangkit dari duduknya. Davira dan Naira yang melihat itu hanya bisa menelan saliva. Berharap Zelina selamat dari maut.
Berdo'a didalam hati. Hanya itu yang bisa Davira dan Naira lakukan. Mereka takut. sangat takut. Bagaimana tidak takut. Kini Zelina sedang menghadapi lelaki yang sangat berbahaya di SMA Melyona. Siapa lagi kalau bukan, Arka Delvan Adhitama.
Lelaki dengan postur tubuh tinggi melebihi Zelina itu, sedang menahan emosinya. Bagaimana Zelina bisa menghadapi lelaki itu sendirian? Apakah Davira dan Naira harus membantunya?. Iya iya, mereka harus membantu Zelina. Secepatnya!.
"Lina. Kita balik aja yuk," ajak Naira yang langsung bangkit dari duduknya.
"Iya Lin. Cabut ke kelas yuk." Davira memegang pergelangan tangan Zelina memohon.
Zelina menatap kedua sahabatnya. "Kenapa? Kalian takut?."
"Bukan gitu Lin. Tapikan—"
"Udah kalian diem aja. Duduk lagi sana," tutur Zelina.
"Tap-tapi kan Lin kit—"
"Gue bilang duduk!."
Davira dan Naira mengikuti perintah Zelina. Kini mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Yang mereka lakukan sekarang hanyalah percaya dengan Zelina. Walaupun didalam hati yang paling dalam ada rasa resah dan ketidak nyamanan. Tetapi mau bagaimana lagi. Satu kata yang kini ada. Pasrah.
Disisi lain, Arka menatap Davira dan Naira secara bergantian. Ia tersenyum miring. Sepertinya kedua wanita itu sudah ketakutan akan kehadirannya disini.
"Ngapain lo ngeliatin sahabat gue hah?!." Arka menatap wanita dihadapannya. Hanya dialah yang berani melawannya.
"Kenapa? Masalah?" tanya balik Arka dengan sinis. Matanya masih menyorot tajam.
Zelina tak mau kalah. Matanya sudah mengeluarkan aura kegarangan. Siap untuk menerkam mangsanya. "Mereka bukan artis!."
"Yaudah kalau gitu gue ngeliatin lo aja." Arka mengeluarkan smirik nya dan di sambut decihan oleh Zelina.
"Pergi lo dari sini."
"Kenapa gue harus pergi?" tanya Arka. Ia tersenyum miring. Wanita didepannya benar-benar berani.
Zelina memandang Arka tak suka. Kini ia teringat. Cowok ini? Yang tadi gue tarik. Iya ini dia, Batin Zelina.
"Kenapa? Ada yang salah sama diri gue?."
"Banyak. Sangat banyak. Mending lo pulang. Terus ngaca sana. Apa aja kekurangan lo." Zelina memandang Arka sengit.
"Cihh dasar cewek gila. Gak ngaca. Sendirinya aja masih kurang."
"Tapi masih kurangan elo!."
Kini mereka berdua menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak. Arka, lelaki yang sangat berbahaya sedang berhadapan dengan Zelina, wanita yang terkenal dengan kegarangannya.
Banyak sekali bisikan-bisikan dari murid lain. Ada yang mendukung Arka dan ada juga yang mendukung Zelina.
Zelina memicingkan matanya. "Jangan ganggu gue dan sahabat gue. Mending lo pergi dari sini."
"Kalau gue engga mau gimana?."
Zelina mengepalkan tangannya. Menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubunnya.
Arka tersenyum penuh kemenangan. Ia tau betul, gadis didepannya sedang menahan amarah. Dendamnya terbalaskan. Didalam otaknya terbesit ide jahil. Yang pasti akan membuat wanita ini lebih marah.
Arka meraih jus alpukat yang berada persis diatas meja kantin. Jus itu miliki Davira. Davira mencegah Arka meraih jusnya. Tapi apalahdaya, pergerakan Arka lebih cepat darinya.
Tanpa babibu, Arka langsung menyiram jus alpukat itu tepat diseragam Zelina. Membuat siempunya membulatkan bola matanya sempurna.
*****
Hai semua...
Semoga suka sama chapter kali ini...
Terimakasih sudah membaca...♡ See you again in the next chapter ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELINARKA
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Zelina kalandra, seorang gadis yang sangat jago beladiri. Berani dan pantang menyerah, itulah dirinya. Terkenal dengan sikap garangnya. Wajahnya yang cantik seketika akan menjadi menyeramkan jika amarah sudah menguasainya...