Epilog

4.9K 194 31
                                    

"Bunda."

Seorang yang dipanggil, sama sekali tidak menolehkan kepalanya. Tatapan kosong dan pikiran terbang jauh berkelana. Ia sama sekali tidak merasa terganggu dengan riuh piuk dan orang yang berlalu lalang dihadapannya.

"Bunda Zelina." Tangan mungil itu menyentuh pundak bundanya.

Sang pemilik nama langsung tersadar dari lamunannya.

Tanpa perlu dijelaskan lebih lanjut, kalian pasti mengerti. Kini Zelina sudah menjadi seorang ibu dan Arka sudah menjadi seorang ayah.

Zelina menolehkan kepalanya. Menatap putrinya yang kerap disapa, Aqilla.

"Eh iya. Kenapa sayang?."

Aqilla tersenyum. Meraih tangan bundanya, lalu mengelus tangan itu.

"Seharusnya Qilla yang bilang gitu. Bunda kenapa? Masih mikirin ayah, ya?" tanya Aqilla dengan nada yang sangat lembut.

Zelina hanya bisa tersenyum menanggapinya. Kini ia, keluarga Arka, keluarganya dan juga anak-anaknya sedang berada dibandara. Menunggu kehadiran seseorang yang sedari tadi belum juga muncul.

Tangan panjang itu memeluknya dari belakang. Menaruh kepalanya dipundak Zelina.

"Bunda jangan sedih. Sebentar lagi ayah pasti dateng."

Dia, Azka. Anak sulung yang mewarisi sikap humoris seorang Arka. Sebisa mungkin kedua sudut bibir itu ia kembangkan setiap harinya.

"Sabar, bun."

Zelina mendapatkan tepukan pelan dibahu kanannya. Pelakunya ialah Aksa, anak kedua yang mewarisi sikap cuek dan dingin seorang Arka.

Dulu, Zelina hanya dapat melihat sikap dingin dan cuek Arka saat cowok itu sedang marah kepadanya atau dengan orang lain saja. Tapi sekarang, ia bisa melihat setiap hari copy paste seorang Arka yang memiliki sikap itu.

Zelina menghembuskan napasnya kasar. Hatinya semakin resah saja.

Apalagi saat informasi tentang pesawat yang ditumpangi oleh Arka datang terlambat karena ada sedikit hambatan. Ditambah lagi, Arka yang sama sekali tidak mengabarinya.

Zelina tau hari ini cowok itu pulang ke Indonesia dari pihak perusahaan yang dikendalikan penuh oleh Arka. Cowok itu pergi ke luar negri untuk mengurus bisnisnya.

Saat mendapatkan telepon dari perusahaan, kalau hari ini Arka pulang. Zelina dengan cepat langsung menghubungi Arka. Tapi entah kenapa ponsel cowok itu tidak bisa dihubungi. Padahal baru kemarin, ia dan Arka teleponan bersama.

Tak lama, dari kejauhan terlihat seorang lelaki bertubuh tegap sedang berjalan sembari menarik kopernya. Jas hitam dipadukan dengan dasi yang terikat rapi dilehernya memberikan kesan bahwa dia benar-benar lelaki gagah.

"Arka!" teriakan yang meluncur dari bibir Gina membuat langkah Arka mendekat kearah keluarga besarnya.

"Bunda!" seru Arka tak kalah kencang. Cowok itu langsung memeluk bundanya erat. Menyalurkan rasa rindunya setelah dua bulan tidak bertemu.

Setelah selesai dengan Gina. Cowok itu mulai menyalimi setiap anggota keluarga satu persatu.

"Ayah!." Aqilla berlari dan langsung berhambur memeluk Arka. Menyembunyikan kepalanya dibalik ceruk leher cowok itu.

"Aqilla kangen ayah," ucapnya dengan nada sedih. Sesekali terdengar suara isak tangis.

Arka tersenyum. Ia mengelus rambut putrinya dengan penuh kasih sayang. "Ayah juga kangen sama, Qilla."

Setelah dirasa cukup, Aqilla melerai pelukannya.

Dapat Arka lihat putrinya menangis. Cowok itu menghapus air mata yang masih saja mengalir dipipi anak bungsunya.

ZELINARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang