Happy reading 💕💕
Zelina melangkahkan kakinya melewati gerbang sekolah yang menjulang. Hari ini cewek itu bebas dari jeratan Arka.
Tadi pagi cowok itu mengirimkan pesan kepadanya. Sebuah pesan yang berisi bahwa Arka tidak bisa menjemputnya.
Jangan ditanyakan bagaimana reaksi Zelina. Ia sangat senang. Jujur saja, Zelina sangat merindukan kursi bus yang nyaris setiap hari mengantarnya kesekolah. Dan akhirnya sekarang ia bisa kembali merasakan itu.
Langkahnya terhenti, tubuhnya menegang. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Kini dihadapannya terpampang seorang cowok jangkung yang sedang tertawa. Terlihat sangat bahagia.
Zelina melihat itu.
Arka sedang bergandengan tangan dengan seorang gadis cantik. Senyum bahkan tawa terhias diwajah keduanya.
Zelina menyentuh dadanya. Terasa sesak. Bagikan diremas dengan kasar.
Tak lama, seakan sadar gadis itu menggeleng. "Gue gak suka sama Arka!" ucapnya tegas. "Gue gak peduli. Sadar Zel sadarrr."
Zelina melangkahkan kakinya lebih cepat. Melewati Arka dan gadis cantik itu.
Arka yang sadar akan kehadiran Zelina menoleh. Gadis itu berjalan tanpa perduli dengan lingkungan disekitarnya. Netranya dapat menangkap jari-jari tangan Zelina yang menggenggam tali tas dengan erat. Kepala gadis itu merunduk dalam. Seperti menahan sesuatu. Tapi apa?.
"Zel," panggilnya.
Zelina hanya diam. Ia tidak menghiraukan panggilan Arka. Cowok itu sudah memanggilnya berulang kali. Tapi tetap saja gadis itu hanya diam dan mempercepat langkahnya supaya menjauh dari radar Arka.
💠💠💠
Seluruh murid kini sedang melaksanakan upacara. Kegiatan yang selalu mereka lakukan setiap hari Senin. Tak sedikit yang menguluh tentang panasnya matahari pagi yang menyoroti mereka dengan senang hati.
Peluh membasahi pelipis. Tapi tetap saja, mereka harus berdiri dengan hikmat mengikuti kegiatan upacara.
Zelina, gadis itu berdiri dipinggir lapangan. Hanya sekedar mengawasi keadaan agar tetap tenang. Ini adalah hari terakhir untuknya berjaga saat kegiatan upacara. Diminggu selanjutnya dan seterusnya akan ada guru yang bersedia untuk menggantikannya.
Zelina memutar kepalanya saat ia merasakan kehadiran seseorang. Itu Pa Ganto.
"Zelina, tolong periksa seluruh sekolah. Bapak sedari tadi tidak menemukan gerombolan Arka and friends."
Zelina mengangguk dan langsung bergegas untuk mencari gerombolan itu. Gadis itu menelusuri seluruh kawasan SMA Melyona, tapi ia sama sekali belum mendapatkan kehadiran ke-enam cowok itu. Entah kemana perginya mereka. Benar-benar merepotkan.
"ANYING KAU!!."
Langkahnya terhenti saat mendengar teriakan itu. Zelina menajamkan pendengarannya. Perlahan ia mendekati sumber suara itu. Gadis itu mendekatkan tubuhnya didinding, menjaga langkah kakinya supaya tidak terdengar.
Kini dihadapannya terdapat tikungan. Kepalanya menyumbul. Mata coklat itu sedikit menyipit. Terlihat segerombol lelaki sedang tertawa ria bersama.
"Lah lah apa-apaan lo sekarang gantian gue!."
"Dih kambing! Sekarang gua."
"Gue dulu monyet!."
"Mending gue dulu. Bentar lagi gue menang nih."
"Halah diem lu dugong!. Dapet kepala uler aja belagu."
Zelina semakin menajamkan pendengarannya. Gadis itu yakin kalau gerombolan lelaki itu sedang memainkan permainan, yaitu ular tangga.
Dia melangkah perlahan lalu berdecak pinggang. Ke-enam lelaki yang sedang memunggunginya ini seperti tidak mengetahui kehadiran Zelina. Mereka masih saja asik bermain.
Zelina mengendus. Ia mengibas-ngibaskan salah satu tangannya didepan hidung karena asap rokok yang begitu menyeruak. Benar-benar gerombolan ini seperti tidak memiliki otak. Bagaimana bisa mereka merokok dikawasan sekolah? Benar-benar diluar nalar.
"Ekhem."
Satu deheman sukses membuat semua tergejolak kaget. Reflek mereka berbalik. Seakan seperti sedang melihat penampakan, mereka membeku seketika.
Alvaro menggerakkan tangannya. Menyentuh paha Arfin. Lalu berisik. "Ada setan bro."
"Kalau ini sih lebih serem dari setan," balasnya.
"Pagi-pagi bukannya ikut upacara malahan asik main disini. Sambil merokok. Uhhhhhh surga dunia banget yaaaa." Zelina tersenyum.
Semua lelaki itu hanya diam. Itu bukan senyuman yang tulus. Bagaimana tidak, gadis itu tersenyum sembari melotot. Benar-benar menyeramkan.
"Kalian itu watados tau ga."
Lion mengerutkan keningnya. "Apaan itu?."
"WAJAH TANPA DOSA!!! KELAPANGAN SEKARANG!!!."
Mendengar teriakan menggelegar dari Zelina membuat mereka lari terbirit-birit. Membuang batang rokok yang mereka hisap dengan santainya tadi.
💠💠💠
Udara dingin begitu menusuk kulit. Sesekali Zelina menggosok kedua tangannya yang saling bertautan. Di sinilah ia bersama ke-enam lelaki yang sedang di introgasi habis-habisan oleh Pa Ganto.
"Sekali lagi bapak melihat kalian menghisap rokok. Jangan harap kalian bisa bersekolah disini lagi. Mengerti?."
Gerombolan itu terdiam. Tak ada satupun yang menjawab perkataan Pa Ganto.
"Jangan berfikir kalau saya sedang main-main. Saya serius. Kalau kalian masih saja merokok. Siap-siap untuk angkat kaki dari sekolah ini. Karena SMA Melyona tidak membutuhkan murid seperti kalian," ucap Pa Ganto diiringi dengan tatapan mematikan yang disajikannya.
"Maaf pak." ketua dari gerombolan itu mulai angkat bicara. Entah pembelaan apa yang akan dilontarkan.
"Kita tau kita nakal. Sering bolos, merokok, dan lain sebagainya. Tapi kenapa bapak selalu saja melihat sisi buruk kita?. Cobalah bapak melihat sisi baik kita. Bapak lihat Leon, dia juara satu olimpiade nasional dan juara dua olimpiade internasional sains. Bapak lihat Alvaro, dia juara satu tingkat nasional lomba debat dalam bahasa Inggris. Saya juga pernah juara dalam pertandingan bola basket, bukan hanya sekali atau dua kali tapi lebih. Sekarang bapak lihat piala sekolah kita. Salah satu dari situ adalah piala yang kita bawa untuk sekolah karena hasil kerja keras kita pak. Asalkan bapak tau ya, semua sahabat saya bertalenta. Jadi saya mohon, sekali saja bapak lihat sisi baik kita. Mohon maaf kalau saya lancang." Arka kembali merunduk.
Zelina yang berada diruangan ini tercengang. Ia tidak percaya. Arka bisa mengatakan itu. Cowok seperti Arka bisa melontarkan kata-kata seperti tadi? benar-benar keajaiban dunia.
Pa Ganto menghela nafas panjang. Seperti inilah jiwa anak muda, selalu saja merasa paling benar. "Yasudah terus kalian maunya apa?."
Hening. Tak ada yang menjawab.
Lagi-lagi Pa Ganto menghela nafas. Berusaha sabar dengan ke-enam pemuda yang selalu saja berbuat ulah. "Yasudah sekarang kalian masuk kelas. Jangan pernah diulang lagi. Kalau kalian kembali mengulang, mau tidak mau bapak akan ambil tindakan."
💠💠💠
Hai hai gaesss 👋😆
Bertemu lagi sama aku, semoga ga bosen ya wkwkwk
Terimakasih yang sudah mau baca 🙏😘
See you💙😄😍
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELINARKA
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Zelina kalandra, seorang gadis yang sangat jago beladiri. Berani dan pantang menyerah, itulah dirinya. Terkenal dengan sikap garangnya. Wajahnya yang cantik seketika akan menjadi menyeramkan jika amarah sudah menguasainya...