ZELINARKA - 40

4.3K 189 26
                                    

"Gue mau nanya sesuatu. Boleh?." Zelina melerai pelukan diantara keduanya.

Arka mengangguk.

"Sebelumnya maaf kalau gue lancang."

Arka mengganguk kembali. Ia yakin, pasti ini menyangkut privasinya. "Tentang?."

"Em... itu... tentang kedua orang tua lo," ucap Zelina dengan penuh rasa takut. Ia takut jika Arka marah. Tapi tak bisa dipungkiri, kalau dirinya juga merasa sangat penasaran.

"Mereka sekarang ada dimana?."

Arka memalingkan wajahnya. Ia paling tidak suka jika membahas tentang kedua orang tuanya. Sudah cukup penderitaannya selama ini. Ia berusaha tidak ingin mengingatnya lagi. Tapi.....

"Kalau lo ngga mau cerita juga gapapa kok. Maaf sebe—"

"Gue bakalan cerita."

Zelina menoleh menatap Arka yang juga sedang menatapnya. Dapat ia lihat berbagai luka didalam mata hitam milik Arka. Luka yang amat menyakitkan.

Disisi lain, Arka memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Zelina. Gadis itu sudah saatnya untuk mengetahui semuanya. Arka takut jika nanti terjadi hal buruk yang menimpa Zelina. Apabila hal buruk itu terjadi, tetapi Zelina tidak mengetahui semuanya. Itu akan lebih menyakitkan lagi.

Arka menarik nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan. Seumur hidupnya, ia tidak pernah terbuka kepada siapapun. Bahkan kedua orang tua angkatnya sekalipun.

Arka tertutup? Ya. Cowok itu tidak ingin mengajak orang lain untuk masuk kedalam hidupnya yang penuh dengan rasa sakit.

Tapi sepertinya, ini adalah waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya. Kini saatnya untuk dunia mengetahui semuanya.

"Papa gue orang prancis."

Mulut Zelina terbuka ketika mendengar penuturan Arka. "Jadi... lo.... blasteran?."

Arka mengangguk.

"Ayah gue berasal dari prancis dan mama gue berasal dari Indonesia. Saat kecil, gue sempat tinggal diprancis bareng papa sama mama. Gue anak tunggal. Jujur aja, jadi anak tunggal itu ada enak dan ngga enaknya juga. Enak nya, gue bisa dapet perhatian penuh dari mama sama papa. Ngga enak nya, gue ngga punya saudara yang bisa nemenin gue disaat gue sedih ataupun senang. Kalau kata orang sih, saudara itu enaknya diajak berantem." Arka terkekeh. Ia berkhayal bagaimana enaknya jika memiliki saudara.

"Tapi kan lo punya Kak Kenzo."

Arka tersenyum miris. "Tapi dia bukan kakak kandung gue."

"Tapi lo sayang kan sama dia?" tanya Zelina.

"Ya, gue sayang sama dia. Bukan hanya Kak Kenzo gue juga sayang sama Felysia, bunda dan ayah. Gue menganggap mereka semua seperti keluarga kandung gue sendiri. Tapi terkadang pikiran buruk itu muncul. Sekeras apapun gue nganggap mereka seperti keluarga kandung gue sendiri, tapi kenyataannya mereka bukan keluarga kandung yang gue miliki. Mereka hanya keluarga berada, yang ngangkat gue untuk dijadikan sebagai bagian dari keluarga Adhitama. Satu hal yang gue takutin, mereka ngangkat gue sebagai bagian dari keluarga Adhitama hanya karena unsur kasian dan tidak lebih." Arka menundukkan kepalanya.

Zelina tersenyum. Jujur saja, ia ingin sekali menangis sekarang. Tapi semua itu ditahannya. Ini bukan waktu yang tepat untuk meluapkan semuanya.

"Ngga Arka. Seluruh keluarga Adhitama sayang sama lo. Semuanya. Tanpa terkecuali."

Selang beberapa detik, Arka tersenyum. Senyuman yang penuh dengan rasa sakit. "Gue tau mereka sayang sama gue, tapi gue belum yakin sepenuhnya."

"Kenapa lo bisa berfikir seperti ini? Kenapa lo berfikir kalau keluarga Adhitama ngga sayang sama lo? Kenapa Arka? Apa karena masa lalu lo?." Berbagai pertanyaan keluar begitu saja secara bertubi-tubi dari mulut Zelina.

ZELINARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang