ZELINARKA - 44

4.1K 176 10
                                    

Zelina berlari sekencang mungkin. Jarak antara UKS dan toilet perempuan dilantai paling atas itu tidak dekat.

Apalagi SMA Melyona terbilang sangat luas. Zelina harus menyebrangi beberapa lapangan, melewati panjangnya koridor dan menaiki puluhan anak tangga untuk sampai kesana.

Toilet dilantai paling atas itu memang jarang digunakan. Walaupun toilet itu terlihat bersih, tapi sangat jarang murid datang kesana. Paling hanya beberapa saja. Salah satu pemicu utamanya adalah jarak.

Zelina menyeka keringat yang menetes dipelepisnya dengan kasar. Rambut yang awalnya tergerai kini ia kuncir kuda. Jujur saja, Zelina hari ini tidak membawa kuncir rambut.

Sengaja.

Ya, dia sengaja tidak membawanya. Ia berniat tampil lebih feminim dihadapan Arka.

Tapi tadi saat ia berlari, entah kebetulan atau memang keberuntungan, netranya melihat kunciran yang tergeletak diatas lantai koridor. Dengan cepat Zelina menyambarnya lalu menguncir rambutnya sembari berlari kencang.

Ia tidak ingin membuang waktu. Otaknya tidak secetek itu, jika ia berhenti sejenak sembari menguncir rambut itu akan buang-buang waktu. Jadi ia putuskan menguncir rambut sembari berlari.

Setelah beberapa menit, gadis itu telah sampai ditempat tujuan.

Zelina memegang lutut, ia berusaha mengatur napasnya yang tidak beraturan. Bagaimanapun ia harus menyiapkan dirinya. Bagaimana kalau yang mem-bully Elena jago bela diri sepertinya?. Bisa-bisa Zelina kewalahan jika harus menghadapi orang itu dengan keadaan napas terengah-engah.

Zelina kembali menegakkan tubuh setelah dirasa napasnya telah stabil. Gadis itu menarik napas panjang lalu membuangnya secara kasar. "Gue pasti bisa!."

Tanpa ba-bi-bu, Zelina langsung menendang pintu toilet yang tertutup rapat. Gadis itu yakin seribu persen, pasti pintu itu terkunci rapat. Makannya dari itu lebih baik Zelina langsung menendangnya. Persetan jika nanti pintu itu akan rusak!. Toh juga niatnya baikkan?.

Kosong.

Toilet ini terlihat kosong. Zelina berjalan selangkah demi selangkah. Memeriksa setiap bilik. Gadis itu tersenyum sinis saat mendapati bilik paling pojok tertutup rapat.

'Krakk'

Zelina mendengar sesuatu dari dalam situ. Seperti kain yang sengaja dikoyak. Sepertinya mereka semua tidak sadar kalau Zelina telah berada disini. Pasti karena terlalu asik mem-bully Elena.

"Tolong jangan lakukan ini.... Hiks... Hiks...."

Zelina mengepalkan tangannya erat. Itu suara Elena, gadis itu menangis tersendu-sendu.

Tanpa pikir panjang, Zelina kembali menendang pintu bilik dengan keras. Dalam sekali tendangan pintu itu terbuka secara keseluruhan.

Matanya membelalak sempurna.

"APA-APAAN INI?!" teriak Zelina marah.

Sungguh, semua ini tidak sepatutnya dilakukan.

Terdapat empat gadis yang sedang tersenyum iblis. Salah satu dari mereka membawa sebilah pisau.

Zelina benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Elena tidak memakai kemeja seragamnya.

Zelina yakin, seragam Elena telah dirobek secara paksa oleh keempat gadis jahanam yang kini ada dihadapannya. Elena hanya bisa meringkuk kedinginan sembari menutupi bagian dadanya yang terekpos sempurna.

Salah satu dari gerombolan itu membawa sebuah ponsel yang ia arahkan kearah dada Elena. Digunakan untuk mengambil gambar tubuh Elena dan Elena berusaha untuk menutupinya.

ZELINARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang