Zelina menghembuskan napasnya perlahan. Gadis itu mendongak menatap bintang yang bertaburan dilangit lepas.
Kini ia sedang berada di halte. Menunggu bus datang. Seragam sekolah masih melekat ditubuhnya. Ia baru saja dari rumah sakit.
Ya, Zelina sudah membantu Naira untuk membayar biaya operasi mamanya. Lebih tepatnya ia dan Davira. Mereka bertiga menggunakan uang tabungan masing-masing, lalu disatu padukan menjadi satu. Bahkan tante Naira pun ikut serta didalamnya.
Tercipta senyuman dibibirnya. Zelina kembali memikirkan Arka.
Semenjak ia bertemu Arka. Hidupnya menjadi berubah. Kesedihan dan kebahagian menerjangnya secara bersamaan. Sampai membuat Zelina hampir menyerah.
Bahkan saat itu, ia rela mati ditangan Aira.
Tapi Zelina mempelajari satu hal. Semua masalah yang dihadapi bersama-sama akan terlihat indah, sekalipun masalah itu begitu menyakitkan.
Zelina kembali menghembuskan napasnya. Kalau saja disini ada Arka. Mungkin ia akan menjadikan bahu Arka sebagai sandaran kepalanya.
Zelina merasa lelah menghadapi semua masalah yang berada didalam hidupnya. Tapi disisi lain gadis itu juga bersyukur, karena masalahnya satu persatu telah selesai.
"Butuh sandaran?."
Suara seseorang menyadarkannya. Ia menoleh. "Leon?."
Leon tersenyum simpul. Hal yang sangat jarang terjadi.
"Bahu gue siap kok." Leon menepuk bahunya sekilas. Cowok itu mendudukkan dirinya tepat disamping Zelina.
Zelina menggeleng. Ia tidak ingin. "Gue maunya bahu Arka."
"Gue bakalan jadi pengganti Arka, sementara."
Zelina kembali menggeleng. "Ngga usah. Makasih."
Leon menghembuskan napasnya jengah. Ia sangat mengerti kalau saat ini Zelina butuh teman untuk bersandar.
Tangan panjangnya meraih kepala Zelina. Menariknya pelan sampai tersandar dibahunya.
"Arka yang suruh gue buat jagain lo. Buat jadi teman bersandar, saat dia ngga ada."
Zelina tak menolak. Sejujurnya, ia nyaman mendapatkan teman untuk bersandar. "Kapan Arka nyuruh?" tanya Zelina.
"Sebelum dia terbaring lemah dirumah sakit. Tepatnya pas dia mau nyelametin lo."
Zelina tersenyum getir. Entah kenapa kata-kata Leon begitu menyayat hatinya. Seakan-akan Arka mengetahui apa yang akan terjadi setelah cowok itu menyelamatkannya.
"Kenapa gue ngga boleh ketemu Arka?" tanya Zelina. Karena pasalnya, akhir-akhir ini ia tidak boleh menjenguk Arka. Entah apa alasannya.
"Keadaan dia belum stabil."
"Tapi gue mau liat muka dia."
"Liat difoto."
Zelina mendengus mendengar penuturan Leon. "Gue maunya langsung!."
"Ngga boleh."
"Tapi kenapa Kak Jovian boleh?."
"Dia laki-laki."
Zelina memukul lengan Leon pelan. "Apa hubungannya coba!."
"Banyak."
Zelina mendengus. Tak lama kemudian gadis itu terkekeh. "Ternyata lo banyak omong ya."
"Ngga suka?."
"Ya suka. Bagus malahan."
Leon berdehem.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELINARKA
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Zelina kalandra, seorang gadis yang sangat jago beladiri. Berani dan pantang menyerah, itulah dirinya. Terkenal dengan sikap garangnya. Wajahnya yang cantik seketika akan menjadi menyeramkan jika amarah sudah menguasainya...