Zelina berdiri tepat didepan cermin. Melihat penampilannya. Penampilan dengan seragam pemberian Arka.
Seutas senyum terukir dibibirnya. Jika dilihat sekilas, penampilannya sangat berbeda. Seragam yang ia kenakan sangatlah kebesaran.
Tapi mau bagaimana lagi. Tak mungkin kan ia mengembalikan seragam ini kepada pemiliknya kembali. Toh juga Zelina suka dengan wanginya.
Zelina merentangkan tangannya. Ia terkekeh. Sungguh ini bukan dirinya.
Dengan langkah santai, ia melangkah keluar toilet. Melewati koridor sekolah yang sudah mulai ramai.
Memang bel istirahat kedua telah berdering sedari tadi. Jadi tak heran jika banyak murid yang berkeliaran.
Banyak pasang mata yang melihatnya aneh. Mungkin karena penampilannya.
Zelina berniat menuju kelasnya terlebih dahulu. Menemui kedua sahabatnya.
Dari kejauhan, kelasnya sudah terlihat. Samar-samar indra penglihatannya melihat dua orang sedang duduk santai dikursi depan kelas.
Zelina menautkan kedua alisnya. Memperjelas penglihatannya.
Beberapa detik kemudian ia tersenyum. Ternyata itu kedua sahabatnya. Sepertinya mereka sedang menunggu dirinya.
Dilihatnya Naira yang sedang memainkan ponsel dan Davira yang sedang menyenderkan tubuhnya pada tembok kelas. Sepertinya wanita itu sedang tidur dengan keadaan terduduk.
"WOI!!" Zelina berteriak tepat dihadapan mereka.
"Setan lo setan," latah Naira.
"HAHAHA," tawa Zelina pecah begitu saja. Ia menepuk-nepuk pundak Naira. Sedangkan Naira mendengus kesal.
"Kemana aja lo setan?" tanya Naira dengan ketus.
"Wis santai kali. Gue manusia," jawab Zelina.
"Wujud manusia tapi kelakuan kayak setan."
"Sialan lo." Zelina menoyor kencang kepala Naira membuat wanita itu sedikit terhuyung. "Gue abis dari toilet tadi."
"Yaudah, ayo ke kantin. Laper nih gue." Naira memegang perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi. Sepertinya cacing-cacing didalam sana sudah demo meminta makanan.
"Lo lupa sama sahabat lo yang itu." Zelina menunjuk seseorang yang sedang berkutat dengan alam mimpinya. Siapa lagi kalau bukan Davira.
"Oiya gue lupa, hehe." Naira menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Ia menggoyang-goyang kan tubuh Davira, berniat untuk membuatnya terbangun.
"Woi bangun woi. Heh woi bangun."
"Nghh." Davira merenggangkan otot-otonya. "Apaansih. Lima menit lagi," ucapnya.
"Ndas mu lima menit lagi. Lo kira ini dirumah. Ayo bangun bangun ah. Bikin kesel aja lo." Naira masih berusaha membangunkan Davira yang masih terlelap.
"Hihhhh ni anak bikin gue kesel." Naira mendorong tubuh Davira pelan sebagai pelampiasannya.
Zelina terkekeh. Bagaimana Davira bisa bangun kalau cara membangunkannya sangat lemah lembut begitu. "Sini biar gue aja." Naira menyingkir. Memberikan akses untuk Zelina membangunkan Davira.
Zelina sedikit merundukkan dirinya. Menyamakan tingginya dengan Davira yang sedang terduduk. "Vir bangun," ucapnya lembut. Sedangkan Davira masih saja tak berkutik.
Zelina tersenyum penuh arti. "Okey kalau engga mau bangun." Tangannya langsung menjewer telinga Davira lalu menariknya kasar supaya wanita itu bangkit dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELINARKA
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Zelina kalandra, seorang gadis yang sangat jago beladiri. Berani dan pantang menyerah, itulah dirinya. Terkenal dengan sikap garangnya. Wajahnya yang cantik seketika akan menjadi menyeramkan jika amarah sudah menguasainya...