ZELINARKA - 36

4.5K 159 2
                                    

Kringgg

Bel sekolah berbunyi, semua murid berhamburan lari kedalam kelas untuk mempersiapkan diri jika nanti guru datang.

Gadis dengan surai tergerai yang sedari tadi menaruh kepalanya diatas meja kini mendongak. Bayangan Arka kembali muncul diotaknya.

Setelah pulang dari cafe dasely tadi malam sama sekali tidak merubah semua nya. Niatnya pergi hanya untuk mencari udara segar dan menjernihkan pikiran.

Tapi semuanya sia-sia. Berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh Hana tentang Ferro membuat kepalanya ingin pecah saat itu juga. Belum lagi omelan mamanya dikarenakan Zelina pulang larut malam.

Davira yang berada tepat disampingnya terlihat bingung melihat tingkah Zelina yang menurutnya aneh. Mendongakkan kepala dengan mata terpejam. Ada apa dengan cewek itu?. Tangannya terulur, menegakkan kepala Zelina kembali. "Jangan kebanyakan dangak, nanti leher lo nggak bisa balik mampus!."

Zelina menoleh, menatap Davira tajam. "Diem napa ah! Jangan ganggu gue terus!."

Davira mencuramkan alis. "Lah mbak lo kenapa? Sensian amat? Lagi berdarah?."

"Bawel!." Zelina kembali menaruh kepalanya diatas meja. Kupingnya terasa panas mendengar ocehan Davira.

Sedangkan Davira sendiri menoleh kebelakang. Mendapati Naira yang sedang menerawang kuku-kuku cantiknya. Davira tebak, cewek itu pasti baru saja perawatan.

"Heh manusia," panggil Davira.

Naira menegakkan kepalanya. "Hm."

"Dasar jomblo. Duduk sendirian gitu. Mau gua cariin temen ga?." Dari awal masuk kelas sebelas, Naira memang selalu duduk sendiri. Sedangkan bangku disebelahnya kosong tak berpenghuni.

"Nggak ah. Enakan sendiri." Naira kembali menatap binar kuku-kukunya.

"Heh manusia!."

"APAAN SIH?!" jawab Naira berteriak. Davira ini selalu saja membuatnya emosi. Apakah gadis itu tidak lihat kalau ia sedang menatap kagum kuku cantiknya. Menyebalkan!.

"Yelah santai kali mbak. Hari ini temen gue ga ada yang bener, otaknya pada sengklek semua. Gua panggil malahan pada marah. Dasar gila!."

Naira menatap Davira tajam, begitupun Zelina. Gadis itu langsung menegakkan kepalanya mendengar umpatan Davira.

Sedangkan Davira sedang merutuki dirinya sendiri. Mulutnya sama sekali tidak bisa direm. Gadis itu menggaruk tengkuk lehernya. "Hehehe maafin akoh gaes."

Naira dan Zelina hanya dapat memutar bola mata. Berusaha sabar dengan sikap Davira yang semakin lama semakin aneh. Lalu kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Tak lama, guru masuk. Seketika kelas menjadi senyap. Semua murid menegakkan kepalanya, meninggalkan kegiatan mereka masing-masing. Berbeda dengan Zelina, gadis itu masih saja menaruh kepalanya diatas meja.

"Oke anak-anak ibu ingin memberitahukan sesuatu kepada kalian. Hari ini kita kedatangan teman baru."

"Cewe atau cowo bu?" tanya Tian salah satu murid dikelas Zelina.

"Cewek."

Suara riuh piuk mulai terdengar. Terutama kalangan laki-laki. Mereka semua berharap, semoga saja murid baru itu berwajah cantik dengan body yang aduhai.

"Eh woi ada murid baru," ucap Davira sembari menoleh kebelakang. Beniat untuk memberitahu Naira.

"Gue juga tau kali Ra. Kan tadi gue denger tu guru bilang apa."

ZELINARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang