ZELINARKA - 58

4.1K 179 72
                                    

"Sudah."

Suara berat itu menyadarkan lamunannya. Zelina menoleh melihat lukanya yang baru saja dijahit oleh Yuda. Lebih tepatnya orang tua Leon dan Lion.

"Makasih om." Zelina tersenyum memandang wajah rupawan milik Yuda.

Yuda mengangguk. "Nanti setelah biusnya hilang. Jahitannya akan terasa sakit. Jadi nanti tahan ya." Yuda tersenyum, ia mengelus surai panjang milik Zelina.

Zelina mengangguk. "Iya om. Sekali lagi terimakasih."

"Oh iya." Yuda menahan Zelina saat gadis itu ingin beranjak pergi.

Zelina kembali membalikkan tubuhnya. Ia menatap Yuda bingung. "Kenapa om?."

"Saya mau minta maaf masalah Leon waktu itu."

Zelina mengerutkan dahinya. Ia masih tidak mengerti dengan pembicaraan yang sedang dibahas oleh Yuda. "Masalah yang mana ya?."

Yuda menatap Zelina lekat. "Pas itu Leon pernah kasar kan sama kamu dikantin. Saya minta maaf."

Zelina semakin mencuramkan alisnya. Gadis itu berpikir sejenak. Sampai akhirnya kejadian itu terlintas dipikirannya. "Iya om gapapa. Zelina juga salah kok."

Yuda kembali tersenyum. "Kamu memang gadis yang baik. Arka beruntung menemukan kamu." Ia mengelus bahu Zelina pelan. Membuat gadis itu tersenyum.

"Om tau dari mana kalau pas itu saya sama Leon sempat berantem?" tanya Zelina penasaran.

"Apapun yang Leon lakukan. Saya tau."

Zelina mengangguk saja untuk mengiyakan. Sepertinya Yuda tidak ingin memberitahukan semuanya.

"Yaudah kalau gitu saya duluan. Jaga diri kamu baik-baik."

Yuda melangkah meninggalkan ruangan serba putih itu. Sampai akhirnya menghilang saat pintu kembali menutup.

Tercipta senyuman kecil dibibir Zelina. Entah kenapa, ia jadi merindukan ayahnya.

Gadis itu menatap langit-langit. Setetes air mata mengalir dipipinya.

"Zelina rindu ayah."

💠💠💠

Gadis itu melangkah mendekati hospital bed. Diatasnya terbaring seseorang yang sangat ia kenal.

Arka.

Cowok itu masih saja menutup matanya. Nyaris diseluruh tubuhnya terdapat alat yang Zelina tidak ketahui fungsinya. Gadis itu duduk dikursi empuk yang telah tersedia tepat disamping hospital bed.

Zelina menarik dan menghembuskan napasnya perlahan. Mencoba untuk menenangkan sesuatu yang bergojolak dihatinya.

Ia menelan salivanya lalu mengigit bibir bagian dalamnya. Jika semua ini mimpi tolong bangunkan.

Sebutir kristal bening mengalir bebas menelusuri lekuk pipinya. Tangannya yang bergetar, perlahan meraih tangan besar itu.

Satu yang saat ini ia rasakan.

Dingin.

Tangan Arka sangat dingin. Seperti tidak ada aliran darah yang menelusuri tubuhnya. Ia membawa tangan itu kedalam dekapannya. Berharap cowok dihadapannya membuka mata dan kembali berbicara dengannya.

"Arka..." lirinya.

Zelina menangis hebat. Sebisa mungkin ia menahan isak tangisnya supaya tidak terdengar.

Sekarang ia hancur. Hatinya seperti sedang disayat-sayat tanpa ampun. Terasa sakit dan sesak.

Semua menumpuk didalam hati. Menggunung hingga terbentuk rasa sakit yang luar biasa hebat.

ZELINARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang