ZELINARKA - 8

7.7K 322 23
                                    

Zelina melangkahkan kakinya pada lorong koridor yang amat sepi. Tak ada satupun orang yang berkeliaran disana. Hanya dirinya. Sendiri.

Udara luar dapat membuatnya rileks. Terbebas dari kurungan penjara yang amat sangat membosankan. Apalagi kalau bukan kelasnya sendiri.

Tangannya tenggelam didalam saku roknya. Sesekali ia menghirup udara, menambah pasokan oksigen didalam tubuhnya.

Rambut yang tadinya ia kuncir, kini ia biarkan tergerai begitu saja. Rambut panjangnya bergerak mengikuti arah angin yang berhembus dan menerpa setiap inci wajahnya.

Sesekali tangannya terulur untuk menyingkirkan rambut yang menutupi setengah wajahnya karena terpaan angin.

Senyuman terukir begitu saja di wajah cantiknya. Hidupnya kini damai. Tidak ada yang mengganggunya. Kini ia sendiri, tak ada yang mengusik. Ia menyukai ketenangan. Ketenangan adalah teman sejatinya. Teman yang selalu membuatnya bahagia setiap saat.

Mungkin terdengar aneh. Tapi itulah realita yang sesungguhnya.

Seketika langkahnya terhenti. Saat ia mendengar rintihan yang keluar dari mulut seseorang. Entah itu siapa.

Matanya menerawang. Mencari sosok yang sedang merintih kesakitan.

Hanya satu yang ada diotaknya sekarang. Menolong.

Matanya menangkap ruangan yang tak asing lagi baginya. UKS.

Sepertinya suara itu datang dari sana.

Kakinya melangkah. Menyeret dirinya untuk mendekati ruangan itu. Ruangan yang paling ia benci dan pantang ia masuki.

Langkahnya terhenti tepat didepan pintu kokoh berwarna putih. Ia meneguk salivanya. Dirinya ragu untuk memasuki ruangan itu.

Perlahan namun pasti. Tangannya terulur untuk membuka kenop pintu.

Matanya membulat sempurna. Tangannya dengan cepat menutup seluruh wajahnya.

"AAAAAAAA," teriaknya histeris.

Kini didepannya terpampang seorang lelaki bertelanjang dada. Siapa lagi kalau bukan Arka.

Dengan cepat Arka meraih kaos putih polosnya lalu secepat kilat ia langsung memakainya.

"Gue udah pake baju," ucap Arka tenang. Matanya masih terpaku dengan gadis yang setia menutup wajahnya.

"Bohong!."

"Kalau ngga percaya liat aja," ucap Arka meyakinkan.

"Kalau gue buka mata dan lo masih belom pake baju. Gue penggal kepala lo!" ancam Zelina.

"Iya iya. Liat dulu makannya."

Perlahan Zelina menyingkirkan kedua tangan yang menutupi seluruh wajah.

Ia menghela nafas. Kini Arka sudah memakai bajunya.

Zelina mengambil nafas dalam. Bersiap untuk memberikan Arka pelajaran. "Lo gila! Ini sekolah bukan rumah lo! Dengan enaknya lo buka baju disini! Lo kira ini kamar mandi!." Zelina berdecak pinggang.

ZELINARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang