Udara dingin begitu menusuk kulit. Disinilah mereka sekarang. Ruangan dingin yang membuat siapa saja berkeringat. Aneh? Ya, sangat aneh. Tetapi memang kenyataan seperti itu.
Ruangan kramat yang selalu dihindari oleh seluruh murid disekolah manapun. Termasuk kamu mungkin.
Ruangan berbentuk kotak kecil dengan barang yang tersusun rapi, terkesan horor dimata semua pelajar. Jangan berani-beraninya membuat masalah, jika kalian tidak ingin memasukinya.
Ruangan yang dipenuhi oleh manusia menyeramkan. Ruangan yang penuh dengan segala pertanyaan. Ruangan yang akan membuat mu ketakutan setengah mati.
Dan yang paling seram. Ruangan ini akan membuatmu seperti orang yang sedang mandi dengan keringatnya sendiri.
Disini lah Zelina dan Arka berada.
"Kenapa kalian berkelahi tadi?" tanya Pak Ganto dengan tegas.
Tidak ada jawaban dari mereka berdua.
"KENAPA KALIAN BERKELAHI TADI?! JAWAB BAPAK!!" teriak Pak Ganto. Matanya menyorot tajam, tangannya terkepal kuat. Sudah ku bilang kan sebelumnya. Ruangan ini dipenuhi dengan manusia menyeramkan. Contohnya Pak Ganto. Entah bagaimana sekarang bentuk wajahnya. Tak bisa dideskripsikan lagi.
Arka yang sedari tadi menunduk. Ia mulai mendongakkan kepalanya. Menatap Zelina yang sedang menunduk dalam. Sepertinya gadis itu ketakutan, kentara dari keringat yang mengalir deras dipelipisnya.
Arka beralih menatap Pak Ganto. "Gapapa, pak. Cuman mau aja," ucapnya ngawur. Membuat emosi Pak Ganto semakin meluap-luap.
"Jawab dengan benar Arka! Bapak tidak sedang main-main!."
Arka menghembuskan napasnya perlahan. Beberapa detik kemudian ia tersenyum jenaka. "Saya juga engga main-main kok, pak. Emang bapak kira saya main apa? Bola?."
"Arka!!!" geram Pak Ganto.
"Iya pak saya sendiri," ucap Arka dengan nada penuh kewibawaan yang ia buat-buat.
Pak Ganto mengacak rambutnya frustrasi.
"Ihhh bapak kelakuannya kok mirip kayak saya sih. Suka ngacak rambut. Liat nih." Arka menirukan gaya Pak Ganto yang baru saja dilakukan.
Pak Ganto membuang napasnya kasar. Sudah cukup. Ia sudah jengah melihat kelakuan Arka yang semakin menjadi-jadi.
Pak Ganto beralih menatap Zelina. "Zelina? Kenapa tadi kamu bisa berkelahi?" tanya Pak Ganto.
"Maaf pak," ucap Zelina tanpa mengangkat kepalanya.
"Siapa yang mulai duluan?" tanya Pak Ganto kembali.
"Yang mulai—" ucapan Zelina terpotong begitu saja.
"Aduh bapak, tidak boleh berlebihan bertanya. Yang berlebihan itu hukumnya ngga baik loh pak. Ya kan? Apalagi dia perempuan. Kasian pak," potong Arka.
Pak Ganto kembali menatap Arka tajam. Ia sudah sangat jengah dengan semua sikap Arka. Mengapa anak ini tidak jera-jera. Membuatnya kewalahan saja.
"Aduh, bapak ngeliatinnya biasa aja dong. Saya tau saya itu ganteng pak. Dari lahir malah gantengnya," ucap Arka.
Pak Ganto menarik napas lalu membuangnya perlahan. Berusaha sabar menghadapi sikap abstrak muridnya ini. "Arka apakah kamu bisa diam sebentar? Bapak sedang berbicara dengan dia." Pak Ganto menunjuk Zelina. Dan dibalas anggukan oleh Arka.
"Zelina jawab bapak."
"Saya pak yang salah," ungkap Zelina. "Saya yang nyerang dia duluan," lanjut Zelina yang masih tertunduk dalam.
Arka membulatkan bola matanya tak percaya. Bagaimana gadis ini bisa menyalahkan dirinya sendiri? Jelas-jelas Arka duluan yang mencari masalah dengannya.
"Benar kamu yang memulainya duluan?."
"Iya pak."
"Yasudah. Mau tidak mau bapak harus kasih kamu huku—"
"ENGGA PAK!!! JANGAN!!!" teriak Arka tiba-tiba.
Nyaris saja Pak Ganto terjungkal kebelakang mendengar teriakan membahana Arka. Sedangkan Zelina mendongakkan kepalanya menatap Arka.
Arka menatap Pak Ganto yang juga sedang menatapnya. "Pak Ganto Nugroho yang paling ganteng di seluruh jagat raya. Kembarannya Ricky Harun kawean lima belas. Bapak engga boleh kasih hukuman buat dia!" tegas Arka.
Pa Ganto mengernyitkan dahinya. "Kenapa?."
"Hadeuh, Pak Ganto yang saya sayangi sekaligus saya cintai dan yang paling saya banggakan. Secara dia itu perempuan. Kan kasian pak kalau dia dikasih hukuman. Kalau dia capek gimana? Terus pingsan? Saya engga mau gendong dia ya pak. Soalnya dia pasti berat. Dan beratnya melebihi karung beras. Saya yakin itu." Arka menggangguk yakin.
Zelina membulatkan bola matanya. Tadi lelaki ini bilang apa? Dirinya berat? Apakah matanya itu katarak? atau pupilnya menghilang? Jelas-jelas dirinya langsing. "Heh kobokan warteg!!. Mata lo katarak?. Lo gak liat badan gue langsing begini. Butuh gue beliin kacamata hah?!."
"Wiss Wiss santai santai. Coba sekarang gue tanya. Berat lo berapa?" tanya Arka.
"49 kilogram," jawab Zelina.
"Itu berat. Kalau berat lo cuman 1 ons itu baru ringan. Ngerti?. Gue yakin pelajaran matematika lo ancur. Kayak gitu aja engga tau," ucap Arka yang mengundang amarah Zelina.
"Lo yang bodoh!!!." Tanpa segan-segan Zelina langsung menjambak rambut Arka. Membuat siempunya rambut mengaduh kesakitan.
"Aduh aduh sakit woi sakit!. Udah woi udah!. Jambul membahana gue bisa ancur ini!!."
"Bodo amat!!! Kalau perlu gue jambak sampe rambut lo botak!!!."
*****
Hai semua...
Semoga suka sama chapter kali ini...
Terimakasih sudah membaca...♡ See you again in the next chapter ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELINARKA
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Zelina kalandra, seorang gadis yang sangat jago beladiri. Berani dan pantang menyerah, itulah dirinya. Terkenal dengan sikap garangnya. Wajahnya yang cantik seketika akan menjadi menyeramkan jika amarah sudah menguasainya...