EXTRA PART

2.5K 135 13
                                    

Dengan terburu-buru Zelina menuruni setiap undakan tangga.

"Telat?" tanya Nura menyindir Zelina. Tadi ia sudah membangunkan anak bungsunya tapi berakhir dengan ia yang meninggalkan Zelina karena gadis itu tidak ingin beranjak dari kasur sama sekali.

"Mama kenapa ngga bangunin Linaaaa?" tanya Zelina kesal dengan mamanya. Gadis itu mencak-mencak sendiri ditempat.

"Sesekali. Biar kamu itu sadar." Nura menutup kotak bekal yang tadi telah ia siapkan untuk Zelina. Lalu menyodorkan makanan itu keanaknya. "Nih bekal. Jangan diulangin lagi. Anggap ini pelajaran buat kamu."

Zelina menerima kotak bekal itu dengan cepat. Lalu memasukkannya kedalam tas. Entahlah, hari ini ia sama sekali tidak ada semangat untuk sekolah. Bahkan gadis itu sudah membayangkan bagaimana jika nanti dirinya dihukum dan dipermalukan dikhalayak banyak.

Disisi lain Jovian yang saat ini tengah menyantap sarapan sedang tertawa geli. Cowok itu sudah lulus kuliah beberapa bulan lalu bersamaan dengan sahabatnya Kenzo.

Cowok dengan jas hitam yang melekat ditubuhnya itu, tengah fokus mendirikan sebuah perusahaan yang akan ia bangun seorang diri. Berbeda dengan Kenzo yang langsung meneruskan perusahaan keluarganya.

"Rasain. Makannya bangun pagi. Tidur kok kayak orang mati."

"Diem lo!" bentak Zelina. Saat ini moodnya sedang hancur tapi kakaknya malah membuat masalah.

"Yaudah, ma. Aku ngga usah sekolah aja." Zelina mendudukkan dirinya dibangku meja makan. Ia menopang kepalanya dengan tangan yang tertangkup dipipi. Bibirnya mengerucut sebal.

"Jangan gitu dong. Nanti kamu dialfain gimana?" tanya Nura .

"Biarin aja, ma. Males, Lina."

"Halo, Arka. Pacar lo ngambek nih."

Mendengar suara itu Zelina langsung mengalihkan pandangannya. Dilihatnya Jovian yang tengah menelepon seseorang. Zelina yakin itu pasti Arka.

"Dia bangun kesiangan. Terus marah-marah ngga jelas. Padahal salah dia sendiri. Gaje banget kan," ucap Jovian berbicara didalam telepon.

"Ini ada didepan gue orangnya. Ngga mau sekolah katanya."

Zelina masih menatap Jovian. Begitupun dengan Nura.

Sampai pada akhirnya, Jovian menaruh ponselnya diatas meja makan. Lalu mendorong benda pipih itu hingga mendekati Zelina.

"Pacar mau ngomong katanya."

Zelina meraih ponsel tersebut. Mendekatkan benda itu dengan telinganya.

"Apa?!."

Disebrang sana Arka sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. Benar-benar pembukaan yang sangat buruk.

"Kamu kenapa, Zel?."

Zelina memukul meja makan berlapis kaca dengan kesal. "Aku kesel tau ngga sih! Pengen makan orang rasanya tuh!."

Arka menggidikkan bahunya seram. "Kesiangan?" tanya Arka dari sebrang.

"IYALAH PAKE ACARA DITANYA LAGI!!!."

Nura dan Jovian yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Yaudah, kamu kesekolah aja dulu. Tunggu didepan warung kecil yang ada didepan sekolah. Nanti kalau udah aman aku telepon kamu lagi disana."

"Terus?" tanya Zelina.

"Nanti kamu jalan kedepan gerbang sekolah. Aku tunggu kamu didepan gerbang, ya. Terus aku anter sampai kekelas."

ZELINARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang