Kamu bagai bulan purnama. menawan, juga rupawan.
banyak pasang mata yang kagum kepadamu,
utuh dan sempurna, tapi aku tahu tak sepenuhnya benar-benar begitu. ada bagian dalam dirimu yang masih menjadi misteri, masih tersembunyi.
sisi gelap yang tak banyak orang mau selidiki, dan masih dirahasiakan bagi yang mengetahuinya,
sebagian lagi asyik menduga-duga.
meski sinarmu tak selalu dapat dilihat,
pada suatu hari: bersinar terang; benderang,
di hari yang lain: terlihat seolah redup dan menghilang.kamu yang hadir menerangi langit yang gelap,
dan malamku yang kelam.
selalu setia menjadi teman berbincangku,
selalu siap mendengar tanpa menyela; menghakimi,
selalu ada meski terkadang dilupakan keberadaannya.di seluruh harimu yang terus berotasi.
pada suatu hari, kamu datang—sama seperti malam-malam biasanya, tapi malam itu berbeda,
kamu diguncingkan, dihubungkan dengan berbagai kesialan-kesialan yang terjadi pada hari itu,
dihantui kalimat-kalimat jahat.tak pernah lelah kamu memeluk bumi,
juga memelukku.
karena bagimu: perbuatan baik, akan selalu berbiak.
bumi akan tetap di tempatnya:
sebagai ruang untukmu berekspresi,
aku akan tetap di sini dengan lengan yang paling lapang untuk merengkuhmu lebih dekat saat rapuh, pundak yang kuat, punggung yang siap dijadikan lautan untuk menampung semua kesedihan.
tak usah takut, setidaknya ada aku.
hidup akan baik-baik saja.MaulidaMarisa
KAMU SEDANG MEMBACA
For You
PoetryBiarkan lilin yang kau tiup tetap menyala. Terang dan gelap tiada jadi pembeda. Sedih dan senang adalah dua hal yang sama-sama perlu kamu nikmati. Ketegaran hati datang kepada kamu yang tetap terlihat begitu kuat, setelah patahnya yang begitu hebat...