Caturdasa Mei

196 2 0
                                    

Pada mula tiada
lalu nama, lalu makna
bagai kepak sayap burung pulang
perkasa di sepanjang sawang,
laksana camar menjelajah riang
selami keemasan laut pawana.

Perlaksa doa-doa dilangitkan
mengawang di selaras bentang
sejak pesan terakhir pada peri hujan
muasal apa saja,
entah duka entah bahagia,
entah suka cita atau air mata
sebab usia pengingat paling setia.

Semoga belum petang benar merah jingga
dalam caturdasa mei yang membatu,
waktu jangan dulu bergegas pergi
seperti kendaraan di perkotaan
gedung-gedung dan pernak-pernik
pertokoan pindah di atas pundak
seseorang yang punya banyak keinginan,
tersebab ada yang perlu dimaknai
ihwal hidup yang terlewat sukar
atau hati yang kian menemu pedar.

Usia akan usai
kenangan kian mengakar
seperti tamu undangan di pesta ulang tahunmu
yang kembali pulang memeluk kesepiannya
masing-masing tepat setelah lilin padam,
atau bagai bocah kecil yang gemar menarik
ujung baju yang kau kenakan.

Kuharap sabit di bibirmu masih lekat
bagai senyum berpendar beribu kunang
pada gubahan lindap malam, bersama
gugusan kartika dalam landscape lazuardi
biarkan lilin yang kau tiup tetap menyala
terang dan gelap tiada jadi pembeda
sedih dan senang; adalah dua hal
yang sama-sama perlu kau nikmati.

MaulidaMarisa

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang