Waktu

319 5 0
                                    

Saat tiba waktunya nanti
kala aku selalu menjadi melulu yang–menenangkanmu, pendengarmu paling ikhlas, pengundang tawamu, serta aku–yang melulu jadi pelarangmu dalam melakukan satu atau dua yang mungkin tidak baik 'tuk kesehatanmu itu,
pun yang terkadang mengundang emosimu–setelah itu meredamnya lagi. Terus seperti itu.
Perlu kau yakini bahwa kelak, aku 'kan pergi, entah kapan. Tapi kala tiba masanya, beribu harap ku sampaikan pada langit, agar kau tetap baik-baik saja, setelah sedikit hancur karena kepergianku. Agar kau tetap bahagia. Tetap sehat. Tenteram selalu.

Karena telah ku titipkan selamat pagiku untukmu hingga beberapa tahun ke depan sampai kau benar-benar menyentuh titik pulih. Pada embun yang selalu mengecup jendela, atau botol kacamu, juga pada surya tatkala ia 'kan datang tuk menemani rutinmu yang selalu monoton seperti–bermain senar lalu mencipta nada nan indah, duduk di kursi taman, menulis bait-bait puisi, melahap habis mie instan, bermain bola, dan lainnya yang mungkin belum sempat ku ketahui.

Juga kala renjana memenuhi dadamu, ku titipkan selamat malam dan selamat tidurku untukmu pada sinar rembulan, pun pada gemintang. Yang dengan sinarnya itu–beribu harap lagi ku sampaikan pada langit agar sinar dan hawa tenangnya dapat menyusup dari lubang angin, atau dari renggangnya jendela yang terkadang lupa kau kunci.
Semoga selalu tersampaikan, ya.
Dan ingat, kala masa itu tiba, bahwa aku tak pernah sepenuhnya pergi, aku selalu–ada di mana-mana.

MaulidaMarisa

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang