Kalau angin hanya mampu membuatmu dingin, aku ingin menjadi telapak tanganmu. Menepis segala kegigilan yang ada. Bahkan, menyibak isak tangis yang bertalu haru.
Walau kepergian menuntun arah pertanyaan, biar tangis mendera. Segala derita sebagai simbol dari sebuah sandiwara, tanpa musik atau tanpa satupun tokoh.
Seorang ibu menuntun arah jalan anaknya agar tidak terjebak dalam penderitaan. Namun pergaulan mengenalkan cinta. Dibuat jatuh bangun bersama.
Dari segala perjalanan, tentu kenang paling sulit dikisahkan. Saat melihat pelangi, berwarna indah namun tidak bisa dirasakan. Atau seorang lelaki yang berjalan di tengah gurun pasir bertelanjang kaki.
Menghilang bukan maksud untuk melupakan. Namun sekadar meninggalkan perasaan berlebihan. Agar tiada yang cidera pada luka, atau saling menanggung rindu yang sekalipun kita buat tabu.
Biar waktu berjalan dalam perannya. Semakin ke kanan, semakin pula terkikis usia. Bila sebuah retorika menjadi hantu dalam mimpimu. Lekas temui aku dalam perenungan yang paling dalam. Biar aku menjelma bantal tidurmu, tempat manampung air mata dalam hening malammu.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You
PoetryBiarkan lilin yang kau tiup tetap menyala. Terang dan gelap tiada jadi pembeda. Sedih dan senang adalah dua hal yang sama-sama perlu kamu nikmati. Ketegaran hati datang kepada kamu yang tetap terlihat begitu kuat, setelah patahnya yang begitu hebat...