Setelah perbincangan singkat dengan Julian, Fara lantas melihat jadwalnya yang ternyata sedang kosong sehingga ia mulai berbenah untuk segera pulang.
*****
Baru ingin berdiri Verno menghampirinya dan menarik tangannya secara paksa. Karena bingung akan sikap Verno itu Fara lantas menghempaskan tangan Verno dengan kasar.
"Maksud anda apa,narik tangan saya seperti tadi?" ucapku tak terima atas perlakuan Verno yang seenaknya sendiri. "Cukup diam, dan ikut saja," jawab Verno yang lantas menggenggam tangan Fara lagi dengan lebih erat, namun lagi-lagi Fara menghempaskan cekalan tangan Verno.
"Tidak, saya tidak mau, saya sudah memiliki janji dengan orang lain."
"Kau—menentang perintahku!!!" geram Verno terhadap sikapku yang dia rasa aku menentangnya.
"Bukannya aku menentangmu Ver, tapi aku memang sudah memiliki janji dengan orang lain, jadi aku tak bisa menurutimu untuk pergi, dan lagi pula aku tak tahu kau akan membawaku kemana," tuturku mencoba memberi penjelasan dan sekaligus mengubah cara bicaraku.
"Sederhana saja, batalkan janjimu lalu ikut aku SEKARANG," ucapnya tanpa mau ada bantahan sedikitpun, dan pada akhirnya aku lagi-lagi harus mengalah menuruti segala keinginannya yang sangat pemaksa.
Tanpa memperdulikan keterdiaman Verno, aku melenggang pergi keluar kantor untuk masuk ke dalam mobil pribadi Verno. Aku tak merasa takut sekalipun kalau saja status pernikahanku terbongkar toh orang-orang kantor tidak tahu kalau aku adalah seorang istri dari CEO perusahaan mereka bekerja dan mereka hanya tahu kalau aku bekerja sebagai sekertaris dan bukan menjabat sebagai nyonya Federic.
Tak berselang lama Verno datang dengan raut wajah yang menyeramkan. Ia memegang kemudi dan menarik pedal gas dengan kecepatan yang membahayakan.
"Verno, kamu gila pelankan mobilnya aku tak ingin mati muda bersamamu," teriak ku sejadi-jadinya. Dalam hati aku benar-benar menyumpahi Verno dengan sumpah serapah yang tidak terhitung berapa kali aku mengumpat gara-gara sikap Verno yang etah-berantah ini. Maksudnya apa coba, marah-marah tak jelas dengan membahayakan nyawa seperti ini.
"Verno kamu dengar tidak," yang diajak bicara hanya menatap tajam tanpa merespon sedikitpun. Dan aku baru sadar jika Verno membawaku ke mansion pribadi keluarganya. Aku hanya menatap penuh kebingungan saat Verno menyeretku masuk dengan kasar namun saat sampai didepan pintu ia memposisikan diri disampingku lalu memeluk pinggangku dengan lembut seolah-oalah mereka adalah pasangan yang romantis.
Sepanjang perjalanan masuk ke dalam mansion Verno terus membisikanku kata-kata yang dimana ia melarangku untuk tak banyak bertingkah didepan neneknya nanti. Memangnya dia pikir ia mau mempermalukan dirinya sendiri dengan berbuat yang tidak-tidak, dan tentunya tidak akan. Aku masih memiliki akal sehat untuk menjaga harga diriku sendiri. Memangnya aku anak kecil yang harus diberi tahu terus menerus.
"Cucu oma, sudah datang ternyata sini nak peluk oma," tiba-tiba saja aku tersadar dari pemikiranku saat mendegar suara perempuan tua yang memanggil dirinya sendiri dengan sebutan oma. Verno yang berada disampingku segera melepaskan pelukannya dan mulai mendekati perempuan tua itu. Dan kemudian menghambur kepelukan perempuan tua itu. Verno yang mempunyai sifat galak dan kejam itu ternyata memiliki sifat yang sulit ditebak ternyata.
****
Elina yang berjalan dari arah dapur datang menghampiri Fara yang terdiam terpaku mengamati perlakuan Verno pada perempuan tua itu. Ia tampak menyayangi perempuan tua itu dengan tulus. "Dia nenek Verno, saat pernikahan kalian beliau tidak hadir jadi sekarang dia datang kesini ingin menemui cucu kesayangannya katanya," kekeh Elina ketika menjawab segala rasa penasaran Fara pada sosok wanita tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...