"Tak apa Lian, aku pulang dengan Verno saja, kau bisa pulang duluan," dengan segala pertimbangan yang ada akhirnya aku menerima ajakan pulang Verno.
"Baiklah kalau begitu, aku pulang duluan. Bye!" baru setelah itu hanya tertinggal kami bertiga. "Emm...Ver, temenin aku belanja dulu ya, baru abis itu kita pulang," sela Luna di antara keheningan ini.
***
Setelah mengantar Luna hanya tinggal Verno dan Fara di mobil. Fara yang tadinya sudah lega duduk di belakang terpaksa harus pindah ke depan setelah Luna sampai di rumahnya. "Jadi itu yang namanya pergi dengan teman wanita!" Fara terdiam membisu. Menyadari kesalahan yang telah ia perbuat pada pria di sampingnya. Ragu-ragu ia menolehkan kepalanya kearah samping, melihat ekspresi pria itu. Rahangnya mengeras, tangannya dengan kuat memegang stir mobil, buku-buku jarinya tampak memutih nampak seperti menahan amarah namun pandangannya lurus ke arah jalanan.
Sebelum menjawab Fara menengguk ludahnya kasar, "Maaf, aku tak bermaksud membohongimu. Hanya saja jikalau ku katakan yang sebenarnya aku takut...Aku takut kau tak mengizinkanku pergi!" Fara menjelaskan semuanya. Tiba-tiba saja mobil berhenti mendadak, Fara yang tak siap membuat tubuhnya terhuyung kedepan meskipun ia telah memakai seatbelt.
Tanganya sibuk memilin ujung bajunya, berharap dapat mengurangi ketakutan yang melanda dirinya sekarang. Dalam hati ia terus merapalkan doa, semoga Verno tak berbuat hal aneh padanya. Ia takut melihat Verno yang sekarang, ia tampak sangat marah.
Ia tak terima jika wanita yang ia cintainya itu tega membohongi dirinya hanya untuk jalan dengan teman prianya.
Verno mengalihkan pandangannya, menatap tajam kearah wanita yang sibuk menenggelamkan kepalanya. Seolah ia sedang dibuat ketakutan.
Verno menarik dalam nafasnya, mencoba menteralisir kemarahan yang sejak tadi ingin menguasai pikirannya. Sebenarnya ia ingin mengumpat menyumpahi wanitanya itu, tapi kewarasannya masih bisa ia gunakan. Jika ia melakukan semua itu bukannya menerima dirinya wanita disampingnya itu pasti malah akan pergi menjauh, dan ia tak ingin hal itu terjadi.
"Kau tahu betul bagaimana perasaanku Far, lalu mengapa kau masih saja membohongiku!" ucapnya dengan penuh nada kekecewaan. Perasaannya berkecamuk antara kecewa, sedih, marah semua bercampur aduk. "Maafin aku, aku janji lain kali nggak akan bohongin kamu lagi!" ucapnya dengan penuh penyesalan dan berikutnya diikuti dengan mencium sekilas ujung bibir milik pria itu. Membuat sang empu menegang, tak mempercayai hal yang barusan terjadi. Ia menolehkan kepalanya kembali menghadap ke arah wanitanya yang tampak menyunggingkan senyum manisnya. "Maafin aku!!" ucapnya disertai dengan menyilangkan kedua tangannya lalu menarik ke bawah kedua telinganya, percis seperti seorang anak yang tengah meminta maaf pada orangtuanya.
Spontan Verno langsung merengkuh tubuh Fara begitu saja. Menyelipkan kepalanya diperpotongan leher. Respon baik di berikan oleh Fara, ia juga ikut memeluk tubuh pria di hadapannya tak kalah erat. Mengusap punggungnya naik turun. "Maafin aku ya, kamu jangan marah, aku takut liat kamu kayak tadi," cicit Fara di sela-sela pelukan mereka. "Ada syaratnya!" balasnya dengan masih merengkuh tubuh milik Fara tak kalah erat. Seolah ia tak akan membiarkan apa yang dimilikinya saat ini pergi meninggalkannya.
"Syarat? Syarat apa?" tanyanya dengan penuh kebingungan.
"Tapi nanti di rumah bukan sekarang!" jawabnya dan disertai dengan mengurai pelukan mereka dan tak lupa mengecup singkat bibir milik wanitanya. Membuat pipi Fara merona.
"oke, jadi sekarang kita pulang kan? Ini masih jauh loh Ver," ujarnya yang dibalas senyuman oleh Verno.
Verno kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Tanganya yang bebas mengenggem erat tangan milik Fara. Membawanya ke arah bibirnya lalu mengecupnya mesra. Membuat Fara lagi-lagi tersipu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...