26~My Angel~

1.3K 54 1
                                    

"Iya sama-sama, kalo gitu gue balik kerja lagi ya, lo jangan nangis lagi tambah jelek muka lo," itu berhasil membuatku tertawa. Selain peduli teman Feby itu juga orangnya huomris. Itu sebabnya aku suka berteman dengannya.

***

Waktu pulang dari kantor Fara sudah tak lagi bersama dengan Verno. Dia lebih memilih pulang sendirian.

Menyendiri di sebuah cafe yang tak terlalu ramai ia lakukan. Memesan sebuah kopi untuk menstabilkan emosi yang akhir-akhir ini sering naik turun. Ponselnya terus saja berdering. Menandakan ada sebuah telfon yang masuk. Bahkan berpuluh-puluh pesan tak ia baca. Karena dia tahu siapa pelakunya.

Merasa jengkel akhirnya ia mensilent ponsel di atas meja lalu memasukannya ke dalam tas. Rintik hujan membasahi jalanan di depannya. Ia lebih memilih tempat outdoor dari pada indoor. Ingin merasakan sensasi menyendiri di tengah keramaian. Sapuan angin yang membawa air hujan tak membuatnya berpindah dari tempatnya.

Lebih menganggap sapuan angin sebagai relaksasi yang menenangkan. Bajunya basah tidak ia hiraukan. Yang ia pikirkan sekarang ini adalah menatata ulang hatinya. Mengumpulkan segenap tembok yang sudah berhasil dirubuhkan oleh Verno. Menebalkan pertahanan agar rasa itu tak jadi tumbuh di dalam hatinya.

Ia menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sempurna menutup rasa kekecewanan pada dirinya sendiri.

Berbagai tatapan ia dapatkan dari orang yang sedang berlalu lalang. Manager cafe bahkan sudah menawarinya untuk masuk ke dalam. Tapi ia menolaknya. Ingin berbagi kesedihan dengan sang hujan. Seakan mengerti akan kegelisahan hatinya. Hujan seperti perwakilan dari isi hatinya yang tengah menjerit kesakitan.

Ia mulai pergi dari cafe. Menyusuri jalanan ditemani hujan yang kian deras. Tak memikirkan akibat buruk jika terus-terusan diguyur hujan. Yang ia tahu, dia ingin lepas dan pergi dari sumber kesakitan hatinya.

****

Sampai di mansion yang ku pikirkan pertama kali ialah kamar. Dengan begitu aku tak kan bertemu Verno. Keadaan baju yang basah tak menyurutkan langkahku agar cepat sampai ke dalam kamar.

Menanggalkan semua pakaian lalu berendam air hangat. Mencoba melupakan semua kejadian tadi.

Tiga puluh menit ku habiskan di kamar mandi, hingga kulitku menjadi keriput karena kedinginan. Ku ambil baju hangat lalu memakainya.

Tenggorokan ku terasa kering, aku berjalan ke arah nakas. Ingin mengambil air minum yang selalu aku simpan disana. Tapi sialnya air putih yang selalu ku sediakan ternyata habis. Terpaksa aku harua turun ke bawah. Mengambil air minum di lemari pendingin.

Tapi di sana aku malah mendapati Verno. Benar-benar sial.

"Sudah pulang! Kenapa telfon dan pesanku tak kau hiraukan?" dia bertanya padaku. Namun aku acuhkan pertanyaannya. Aku ingin bertindak layaknya orang asing.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang