"Nggak ada yang lain, aku malu Ver!"
"Nggak ada, iya atau nggak sama sekali!"
"Oke-oke aku terima," setelah mengatakan itu Verno langsung menutup tubuh kami berdua dengan selimut dan kami mengulangi kegiatan kami seperti tadi pagi
****
"Fara ngapain kamu disini?" saat itu Fara baru saja keluar dari ruangan Verno, seusai membacakan agendanya pada hari ini.
Ia gelagapan, apa yang harus dilakukannya sekarang. "Oh itu Kak, aku lagi magang disini jadi asisten sekretarisnya Verno, kakak mau ketemu sama Verno. Ke dalem aja, ada kok orangnya!" setelah menemukan alasan yang dirasa pas akhirnya Fara dapat bernafas lega. Ia langsung mempersilakan Luna untuk masuk dengan membukakan pintunya.
Fara pikir mereka perlu waktu untuk berdua. Membicarakan semuanya sampai tuntas. Kemudian Fara bergegas kembali keruangannya, tak ingin jadi penganggu.
"Ada apa lagi Far!" ucap Verno tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas yang tengah ia pelajari. Ia mengatakan hal demikian karena ia mendengar ketukan pintu.
"Ini aku Ver!" ujar Luna yang lalu berjalan mendekati meja Verno, menarik kursi di depannya lalu duduk. Pergerakan tangan Verno yang membalik halaman dari berkas di tangannya terhenti ketika bukan Fara yang ia kira, tapi wanita yang telah membuatnya kehilangan kepercayaan.
"Mau apalagi kau disini bitch!" ujar Verno sarkas. Ia muak melihat Luna di depannya.
"Ver, please dengerin penjelasan aku. Ku mohon!!" Luna mencoba menggenggam tangan Verno yang berada di sampingnya. Namun Verno buru-buru menepis tangan itu dengan kasar.
"Pergi atau ku seret paksa dari sini!" teriaknya tepat di wajah Luna. Membuat wanita itu berjengkit kaget.
Pintu terbuka dengan lebar menampilkan Fara yang mematung di bingkai pintu. Dengan buru-buru ia membuka pintu tersebut sebab mendengar teriakan Verno dari luar meskipun ruangan itu kedap suara. Fara takut Verno akan melakukan sesuatu yang dapat membahayakan wanita di depannya. "Ada apa ini! Kenapa kau meneriakinya Ver, dia sampai nangis kayak gini!" Fara mendekati Luna yang tampak ketakutan. Ia meraih kedua bahu milik Luna mengusapnya pelan. Dia sungguh tak tega melihat Luna yang menangis sesenggukan seperti ini.
"Bawa dia keluar!"
"Nggak Ver, tolong dengerin penjelasan aku dulu!" Luna memberontak ketika Fara akan membawanya pergi. Ia berlari ke arah Verno lalu bersujud di kakinya. Memohon dengan sangat. Berharap hubungan mereka dapat kembali baik-baik saja.
"Pergi!" Verno menarik paksa wanita di bawahnya. Dengan cepat ia memaksa Luna untuk ikut keluar dengannya. Fara berusaha menghentikan Verno yang memperlakukan Luna dengan kasar. Ia sungguh tak tega, Fara berlari mengejar mereka.
"Verno udah!!" Fara mencekal tangan Verno. Merebut paksa tangan Luna yang memerah. Wanita di sampingnya itu ia bawa kepelukannya. Ia juga wanita, ia paham rasanya diperlakukan tak manusiawi seperti itu.
Verno menatap tajam ke arah Fara yang terang-terangan membela orang yang jelas-jelas telah membuatnya sakit hati. Verno melengos pergi kembali keruangannya.
"Kak, kakak pulang aja! Verno masih marah, bukan waktu yang tepat buat jelasin masalah kalian berdua. Aku antar ya!" Luna mengangguk lemas. Masih tak mempercayai Verno yang sangat kasar padanya berbanding balik dengan perlakuannya selama ini.
****
Selepas mengantar kepergian Luna, Fara kembali mendatangi Verno di ruangannya. Pemandangan yang ia lihat saat ia masuk ialah Verno yang berdiri bersender menatap pemandangan kota dari balik kaca tembus pandang di ruangannya. Dengan langkah pelan Fara mendekati pria itu. Ia memahami kekecewaan yang dialami prianya namun ia juga tak membenarkan perlakuan kasar yang dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...