Verno menangis dalam diam. Fisiknya saja yang terlihat tegar namun siapa yang tahu bahwa batinnya kini sedang dirundung kesakitan yang menyedihkan.
***
Fara sangat mengerti bagaimana perasaan Verno sekarang. Pantas saja mama Elina memintaku untuk bisa mengembalikan pribadinya yang dulu. Pertanyaanku hanya satu bagaimana caranya, aku saja tak tahu harus apa.
Aku membelai rambutnya. "Kamu nggak salah, kalaupun aku jadi kamu pasti aku juga akan melakukan hal yang sama. Jadi stop nyalahin diri kamu sendiri." Verno membuka matanya menatap sendu ke arah mataku. Tersirat dengan jelas dimatanya jika ia masih belum bisa melakukan apa yang tadi ku katakan. Dia bangkit, lalu memelukku erat.
"Ver? Kamu tidur?" sudah cukup lama kami saling berpelukan dan kubiarkan saja, karena ku tahu pria di pelukanku ini tengah terbebani oleh penyesalan yang ia tanggung sejak lama. Dan mengapa aku menanyakan jika ia tidur karena sejak tadi tak ada obrolan diantara kami. Menciptakan keheningan, yang lama-lama membuatku bosan.
Verno mengurai pelukannya. Ia lagi-lagi menatapku dengan tatapan tak terbaca, membuatku kikuk saja.
Ia meraih kedua tanganku lalu ia genggam keduanya. "Far, aku cinta sama kamu." tampak tak ada kebohongan dimatanya. Aku sendiri jadi dibuat bingung dengan pernyataannya barusan. "Emm....Ver, aku ngantuk. Aku pamit ke kamar duluan!" begitu meloloskan serentetan kalimat itu aku langsung pergi begitu saja. Menghindar dari Verno. Jantungku bisa bertalu-talu jika tak segera kabur. Bukannya enggan menanggapi pernyataan nya itu, tapi aku belum siap. Juga bingung bagaimana menanggapinya.
***
Begitu sampai di kamar mereka berdua Fara langsung meghempaskan tubuhnya ke atas kasur dan tak lupa menutupi semua tubuhnya dengan selimut. Sebenarnya tadi ia ingin masuk ke kamar lamanya saja tapi ternyata kamar itu sudah dikunci, jadi terpaksa ia tidak bisa menghindar dari Verno. Walaupun ada banyak kamar yang masih kosong tapi dia yakin kamar-kamar itu pasti bernasib sama seperti kamar lamanya.
Sayup-sayup terdengar suara handle pintu yang terbuka, Fara langsung ambil tindakan dengan memejamkan matanya rapat-rapat, mengatur nafasnya sehingga tak menimbulkan kecurigaan. Ranjang tampak bergerak menandakan Verno bergabung dengannya. "Aku tahu kamu belum tidur. Bangun!" Fara masih setia dengan posisinya. Membuktikan jika ia memang benar-benar sudah terlelap.
"Bangun Far... atau kamu mau aku melakukan hal yang tidak-tidak padamu sekarang juga!" mendengar ancaman seperti itu Fara jadi merasa was-was. Secara perlahan ia menurunkan selimut yang membungkus tubuh atasnya.
"Main ancam," ucapnya dengan nada mendumel. Verno terkekeh melihatnya.
"Biar saja, jadi jangan sekali-kali kamu bohong padaku!" Fara hanya memutar malas bola matanya.
"Soal tadi, aku serius Far. Jadi apa tanggapanmu?" pertanyaan itu membuat sekujur tubuh Fara menjadi kaku. Dia juga bingung harus bagaimana. Tak tahu harus memberi jawaban bagaimana. Ia menyadari jika dia sudah mempunyai rasa pada Verno tapi itu semua tak bisa ia utarakan.
"Soal apa? Aku nggak inget." akhirnya Fara memutuskan untuk berpura-pura tak tahu akan maksud pembicaraan Verno.
"Kamu!!"dari nada suaranya saja Fara tahu kalau Verno tengah kesal padanya. Ia juga tahu pasti sangat sulit bagi seorang Verno menyatakan perasaanya seperti tadi, jadi tak heran jika Verno kesal bahkan marah sepertinya.
Tanpa peringatan sedikit pun Verno langsung bertindak dengan menyatukan kedua bibir mereka. Posisi Fara yang masih terbaring memudahkan Verno untuk menahan pemberontakan yang Fara lakukan. Sebaliknya Fara sangat menyesali posisinya saat ini. Kenapa tadi ia tak bangun saja dan langsung menciptakan jarak antara mereka. Dia sangat merutuki kebodohannya itu. Verno terus menjelajahi bibirnya. Memainkan bagian bawah bibir wanitanya lalu menggigitnya pelan. Membuka akses untuk lebih leluasa menikmati rasa manis yang ia rasakan dari bibir milik wanitanya. Rasa manis itu membuatnya kecanduan bahkan ia merasa tak ingin melepaskan pangutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...