Harusnya sekarang ini aku mendapatkan peringatan dari atasan, mana ada karyawan datang telat dan atasan tepat waktu yang ada atasanlah yang berhak telat.
***
Mati aku Verno udah ada diruangannya lagi-batin Fara menjerit.
Tok
Tok
Tak lupa aku mengetuk pintu untuk memasuki ruangan Verno untuk menyampaikan agendanya hari ini. "Masuk," serunya dari dalam. Dengan langkah kaki yang bergetar aku pun memberanikan diri untuk masuk.
Baru saja sampai di depan mejanya aku langsung dihadapkan dengan tatapan yang bisa dibilang membunuh.
"Maaf tuan, saya telat,"lontaran perkataanku itu membuatnya berdiri dari kursi kebesarannya yang sepertinya akan menghampiri tempat berdiriku sekarang. Menunduk dan menghindar dari kontak mata dengan Verno adalah hal terbaik yang sekarang aku lakukan. Ia mendekatiku dan memberhentikan wajahnya tepat di samping telingaku.
Yang ku rasakan detak jantungku menggila hanya dengan ditatap seperti ini oleh pria yang satu ini. Dulu saat masih berpacaran dengan Dava aku tak pernah merasakan jantungku berdetak seperti ini.
Apakah dia mempunyai aura yang membuat dada seorang berpacu cepat seperti ini. "berani sekali seorang karyawan, baru datang setelah atasannya sudah datang," lagi-lagi aku hanya bisa memejamkan mata. Aku sadar bahwa ini merupakan tindakan ketidakdisiplinan yang aku lakukan saat bekerja.
Dan juga posisinya ini membuat bulu kuduku merinding sebab nafas hangatnya yang terus menyapu kulit leherku.
****
Ketika Fara tengah berdiri di depan mejaku, tanpa ku sadari aku memberikan tatapan mata yang mengintimidasi untuknya. Tidak ada pembelaan yang berlebihan seperti biasa yang ia lakukan bila ia berbuat kesalahan. Dia hanya mengubur kepalanya dengan menunduk dan menengelamkan wajahnya seolah ia benar-benar ketakutan melihat keberadaan ku yang berada di sampingnya.
Entah mengapa aku menempatkan kepalaku di samping telinganya sembari membisikan kata-kata intimidasi yang begitu saja terlontar dari mulutku. Tapi entah mengapa fokus mataku tak bisa hanya menatap wajah ketakutannya saja, tapi mataku hanya tertuju pada bibir merah yang sangat manis yang pernah aku kecup tadi malam tanpa sepengetahuan wanita disampigku ini. Sepertinya aku telah merasa kecanduan akan rasa bibirnya yang memabukan itu.
Namun saat membayangkan bibir itu ku kecup sesuka hati bayangan Luna datang menghampiriku. Tangaku reflek menampar pipiku sendiri untuk mengembalikan diriku dari kenyataan yang ada.
***
Melihat kenyataan Verno menampar dirinya tepat dihadapanku.Apa yang membuatnya melakukan hal demikian.
"You okay sir?" tanyaku yang sekaligus menyadarkan dirinya dari keterdiaman beberapa detik yang lalu.
Wajah datarnya kembali lagi setelah aku melontarkan pertanyaanku barusan. " Cepat kembali bekerja,"ujarnya mengusirku. Aku hanya mengangguk mengiyakan dan tak lupa tujuanku masuk ke dalam ruangannya untuk menyampaikan agendanya hari ini.
*****
"Kamu digaji bukan hanya untuk bermain ponsel," suara itu menghentikan aktivitasku yang tengah sibuk di dunia maya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...