"Verno!" teriaknya lalu mendorong tubuhku menjauh. Menciptakan jarak keintiman yang barusan tercipta. Tanpa kata dia langsung pergi dari kamar dengan berlari dan menutup pintu dengan keras, menimbulkan dentuman. Aku hanya bisa tersenyum melihat ekspresinya tadi.
***
Malam mulai larut, namun Fara ragu untuk masuk kembali ke dalam kamar. Sejak tadi ia sengaja menghindari Verno. Sudah sekitar empat jam dia berada di salah satu kamar milik maid di mansion itu. Penghuninya ia ungsikan di salah satu kamar milik maid yang lain. Ponselnya terus saja bergetar, disana tertera nama beruang galak yang tak lain dan tak bukan ialah Verno. Ponselnya memang ia silent supaya Verno tak tahu keberadaannya.
Tapi sayangnya itu tak cukup untuk membuat Verno tak tahu keberadaannya. Pesan terakhir menunjukan orang yang sejak tadi membuatnya resah sudah berdiri di depan kamar tempat ia bersembunyi. Dengan sangat terpaksa ia membuka knop pintu dan langsung mendapati wajah keseharian Verno, datar. "Ikut!" setelah berucap Verno langsung berjalan meninggalkan Fara yang masih mematung di depan pintu.
Sebelum benar-benar mengikuti kepergian Verno, Fara terlebih dulu menghentakan kakinya dengan kesal. Ia harus siap mental setelah ini. Ia melihat Verno menaiki tangga dan berbelok ke arah kamar mereka. Dengan langkah yang pelan ia mencoba mengulur waktu lebih lama.
Harapannya pasti sudahlah pupus karena nyatanya ia sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka sangat lebar. Seolah memang orang di dalam menunggu kehadirannya dengan segera.
Setiap langkahnya Fara selalu memanjatkan doa yang terbaik. Setiap langkah ia selalu mengambil nafas terlebih dulu, menyiapkan segala hal yang bisa terjadi nantinya. Tapi begitu ia masuk tak terjadi apapun, ia hanya mendapati Verno yang duduk berselonjor memangku laptopnya di atas ranjang. "Kenapa masih di situ, naik!" Fara mencebikkan bibirnya. Ia seperti robot, apa-apa harus di perintah dulu.
Ia mendudukan diri di ujung ranjang. Yang terpentingkan dia sudah naik di atas ranjang sesuai dengan perintah Verno tadi. Ia mengurungkan tatapannya ketika Verno juga balik menatapnya tajam. Kepalanya bergerak memberi instruksi supaya Fara mendekat, kode itu sangat terbaca jelas oleh Fara. Akhirnya dia mengalah lalu duduk tepat di samping Verno. "Tidur!" ucapnya tegas, lalu kembali berkutat dengan laptopnya. Nada bicara Verno membuat nyali Fara kembali ciut. Ia akhirnya menarik selimut dan berbaring memunggungi Verno di sampingnya. Karena bosan menunggu kantuk datang Fara kembali membuka ponselnya kembali. Disana ada pesan dari Julian beberapa menit yang lalu.
From : Julian
Hai
Hai juga
Jari letiknya lincah menari di atas keyboard. Bibirnya tersungging ke atas ketika membaca pesan Julian orang yang dulu sempat membantunya.
Apa besok kau ada waktu?
Fara mengernyitkan dahinya. Mencoba mengingat apa besok ia masih bisa libur atau tidak. Dengan segera ia membalikan badannya. Ia masih mendapati kesibukan Verno yang masih setia memangku laptopnya. "Ver!" panggilnya pelan. Mendengar panggilan namanya Verno menurunkan kacamata bacanya lalu beralih menatap Fara yang terbaring di sampingnya dan menatapnya balik.
"Ada apa?" yang kemudian ia menutup laptopnya, menggusurkannya ke atas nakas di samping ranjang dan ikut serta bergabung ke dalam selimut.
"Apa besok aku bisa ambil cuti sehari lagi?" Verno menyipitkan matanya.
"Kamu masih merasa sakit, kalau gitu ayo kita ke rumah sakit!" Verno bangun dari rebahannya tapi tangannya lebih dulu di tahan oleh Fara.
![](https://img.wattpad.com/cover/169785201-288-k90512.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...