43~My Angel~

1.2K 32 0
                                    

"Cepat lepaskan aku, ini perintah atau tingkah lancang kalian memegang tanganku ku laporkan pada Verno dan kalian akan kehilangan pekerjaan ini!" Fara terpaksa mengancam mereka, dan rupanya itu berhasil dalam hati Fara bersorak kemenangan.

***

Fara pergi menuju tempat penyekapan adiknya menggunakan taxi. Berbekal dengan lokasi yang di kirimkan pelaku, melalui map ia yakin bisa sampai ke tempat itu dengan segera. Butuh sekitar 45 menit waktu normal jika dia tak terjebak macet, tapi itu tak mungkin terjadi karena nyatanya dirinya malah terjebak di jalanan macet kota padat seperti ini. Ia menggerutu kesal, kenapa disaat genting seperti ini kondisi jalan tak berpihak padanya.

"Pak sampai sini saja, saya sedang buru-buru!" ujar Fara dengan diikuti memberikan sejumlah uang pada sopir taxi tersebut. Hatinya berdebar tak karuan, ia benar-benar sangat cemas.

Dengan cepat ia membuka aplikasi ojek online, sepertinya jauh lebih cepat dengan menggunakan ojol. Fara keluar dari dalam taxi dan menunggu kedatangan ojol yang ia pesan dipinggir jalan. Tak lama kemudian ada seorang pengemudi ojol yang berhenti di depannya. Segera ia mengambil alih helm yang diberikan ojol tersebut dan memakainya.

"Ngebut ya pak!" Fara memberi instruksi dengan menepuk punggung ojol itu ketika motor sudah mulai berjalan. Dengan lihai motor yang ia naiki menyalip tiap mobil di depannya, melewati celah-celah kecil yang tercipta diantara banyak mobil. Mengingat Fara yang terburu-buru, pengemudi ojol itu berbelok ke arah gang tikus, menghindari jalanan raya yang semakin mengular macet.

"Udah sampai neng," ujar bapak ojol itu yang berhenti tak jauh dari gedung tua di depan sana. Sepertinya itu tempatnya. Lima uang seratus ribuan Fara berikan pada pengemudi ojol itu dengan segera.

"Ini kebanyakan neng!" pengemudi itu mengembalikan uang Fara yang ia anggap terlalu banyak, bahkan hampir empat kali lipat dari harga seharusnya.

"Nggak papa pak, ambil aja!" tolak Fara dengan halus. Ia memang sengaja memberikan uang lebih pada ojol tersebut yang secara tidak langsung telah membantunya untuk sampai lebih cepat ke tempat tujuan.

"Waduh....makasih banyak ya neng, kalau gitu saya pamit!" Fara tersenyum kemudian menatap kepergian ojol tersebut.

Gudang itu tampak sudah lama tidak di operasikan. Banyak tumbuhan merambat di bagian temboknya, dan terlihat pengap berlumut. Belum lagi kondisi sekitar yang jauh dari pemukiman warga sekitar. Sangat cocok di jadikan sarang para penjahat. Dengan langkah ragu Fara mulai berjalan mendekat. Ia mengenggam erat tali sling bag yang ia pakai. Menelan ludahnya kasar, terbesit dipikirannya untuk berbalik arah meninggalkan tempat itu sesegera mungkin. Akal sehatnya berkata demikian, tapi mengingat ada Rania di dalam disana ia mencoba meyakinkan keberaniannya kembali. Ia harus bisa, ini semua demi adiknya.

Sampai di depan pintu gudang, ia mendorong pintu yang terbuat dari besi yang kini sudah berkarat itu dengan kuat. Menimbulkan suara decitan akibat kurangnya pelumas di engsel pintu. Ruangan gelap dan lembab yang ia lihat saat memasuki gudang tersebut. Barang-barang terbengkalai dimana-mana. Berbagai coretan menyeramkan terpatri di dinding yang sedikit berlumut, catnya pun sudah pudar. Berbagai mural terlihat disepanjang tembok yang ia lihat. Tak ada pencahayaan sama sekali, hanya bermodalkan cahaya matahari dari luar. Aliran listrik gudang ini sepertinya sudah terputus.

Fara mengedarkan pandangannya, meneliti setiap pintu yang ia lihat, mencari keberadaan Rania yang belum ia lihat. Tempat ini sangat sunyi hanya terdengar tetesan air dan desingan angin dari luar. Menimbulkan sensasi mendebarkan pada dadanya. Jantungnya mulai bertalu kuat.

Ia menggapai sebuah balok kayu yang tergeletak di samping kakinya. Menggunakannya sebagai senjata jika hal buruk terjadi.

Menggengam erat balok kayu tersebut di tangannya. Melangkah perlahan untuk membuka lima pintu di depannya.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang