Tujuannya kini ialah mencari dalang dibalik semua ini. Ia akan mencari keberadan Luna walau harus ia kejar samapai keujung dunia sekalipun. Wanita itu salah mencari musuh. Verno jauh lebih kejam dibandingkan dengan apa yang Luna lihat selama ini. Hubungan yang terjalin bertahun-tahun diantara belum cukup membuat Luna mengenal siapa Verno sebenarnya. Dan kali Ini Verno akan menunjukkan siapa dia sebenarnya. Ia janji dengan itu.
****
Dua hari berlalu begitu lambat bagi Verno sebab dia tak kunjung menemukan keberadaan Fara. Juga dengan Luna, wanita picik itu seperti ditelan bumi. Tak ada informasi terakhir yang bisa ia dapatkan.
Banyak botol minuman disemua sudut kamarnya. Semua itu ia lakukan untuk menyalurkan rasa stressnya yang kian menjadi. Ia tak terbiasa dengan semua ini. Verno belum siap ditinggalkan oleh Fara. Bahkan bisa dibilang ia tak kan siap sampai kapan pun. Dan baru akhir-akhir ini ia menyadari jika dirinya sangat mencintai wanita itu. Dirinya juga tak tahu sejak kapan rasa itu muncul sampai sedalam ini hingga Verno sangat merasa kehilangan akan kepergian Fara dari hidupnya. Menyesalkan semua perilakunya pada Fara selama ini.
"Sayang!! Kenapa kamu pergi, padahal sebelumnya kamu janji takkan pergi dariku, aku merindukanmu Far, sangat rindu!!" Verno mengigau ditengah kesadarannya yang tertelan dibawah pengaruh alkohol seperti sebelum-sebelumnya. Selalu kalimat tersebut yang selalu keluar dari mulutnya ketika ia mabuk.
Kepalanya yang tersimpan dimeja sangat berat ia angkat. Seolah beban berkilo-kilo tengah membebaninya. Namun tangannya masih aktif menggoyangkan sebotol minuman yang ada digenggamannya dengan lihai. Isinya yang tinggal seperlima ia tengguk dalam sekali tegukan. Memulai aksi mabuk beratnya kembali.
"Astaga Ver, kamu kenapa?" teriak Elina histeris saat memasuki kamar putranya yang begitu berantakan. Ditambah ia menemukan Verno dalam kondisi mabuk berat.
"Sayang? Kamu pulang?" Verno mengira jika mamanya adalah Fara. Dengan sekuat tenaga ia berjalan sempoyongan mendekati sang mama. Mencoba memeluknya.
"Ini mama Ver, bukan istri kamu! Kamu kenapa sayang? Kenapa sampai kayak gini!!" Elina tak tahan melihat putranya yang begitu kacau. Elina merangkum wajah Verno dengan lembut. Mengusap kedua kantung mata milik putranya yang menghitam. Sepertinya Verno kurang tidur--ralat--tidak tidur bahkan.
Elina yang mendapat kabar jika Verno sedang tidak baik-baik saja langsung datang berkunjung ke kediaman putranya. Jadi ketika ia melihat Verno yang sangat jauh dari kata baik-baik saja ia terkejut bukan main. Mengapa putranya jadi seperti ini. Terlihat sangat menyedihkan.
Namun saat mendengar cerita Leo di lantai bawah, Elina memaklumi keadaan Verno saat ini. Ia tak menduga jika putranya sangat mencintai istrinya sampai sedalam ini. Verno sudah menjadi barisan bucin. Tapi itu wajar dan sudah sepantasnya ia lakukan. Karena nyatanya hidupnya jadi kacau saat Fara meninggalkannya. Ah... belum bisa dikatakan seperti itu juga karena Verno tak tahu fakta sebenarnya. Apakah Fara masih ditangan Luna atukah sudah berhasil lolos dan meninggalkan dirinya.
"Ini mama Ver!! Bukan Fara! Sadar Ver ini mama!!" ujar Elina memberikan penjelasan jika dirinya bukanlah orang yang saat ini Verno nantikan kedatangannya.
"Mama?" tanyanya dengan tertawa. Kadang Verno akan bertingkah seperti orang gila jika kebanyakan minum, apalagi ditambah beban pikiran ia semakin mejadi. Kadang ia akan menangis tiba-tiba dan selanjutnya ia akan tertawa.
"Iya ini mama!" jawab Elina yang mulai meneteskan air matanya. Ia sungguh tak tega melihat Verno saat ini.
Tiba-tiba Verno menangis dipelukan mamanya dan berucap, "Ma, dia pergi ma. Fara pergi!! Verno pengen Fara balik ma!" rengeknya seperti anak kecil yang tambah menyayat hati Elina.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...